aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu
1989
Baca juga: Kritik Sastra Puisi "Hujan Bulan Juni" Karya Sapardi Djoko Damono
Jika dilihat, memang agak banyak repetisi kata semisal 'dalam doaku', kata menjelma, kata yang, kata ini, dan kata kau. Dalam sebuah puisi, repetisi kata terlebih jika kata itu menjadi judul, justru bisa mengurangi 'keapikan' puisi bila tidak digunakan dengan tepat. Namun, puisi SDD di atas menggunakan repetisi dengan apik. Sehingga tak mengurangi keapikan puisinya.
Hal terpenting adalah bahwa SDD mampu membuat sebuah puisi yang luar biasa meski menggunakan kata-kata umum yang sudah sering digunakan oleh penyair lain bahkan sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak banyak diksi-diksi gelap di puisinya. Bahkan kalau boleh saya simpulkan, kesimpulan dari keseluruhan puisi di atas terletak pada bait terakhir:
//
aku mencintaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai
mendoakan keselamatanmu
//
Bait ini memang terkesan sebagai susunan kata yang biasa-biasa saja. Tapi, sudah tentu sebuah puisi antara satu bait dengan bait yang lain saling berkaitan. Bait terkahir ini pun berkaitan dengan bait-bait sebelmunya.
Siapa kau yang dimaksud dalam puisi ini? Bagaimana penulis mencintai seseorang dalam doa-doanya? Pertanyaan inilah yang pertama kali muncul ketika saya membaca puisi di atas. Setelah saya baca berulang, ternyata jawaban yang saya dapatkan dari puisi tersebut sangat luar biasa.
Penggambaran subyek 'Kau' dalam puisi ini paling banyak menggunakan majas Alegori. Alegori adalah suatu majas untuk menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan, atau penggambaran.Â
Yang dilukiskan dalam puisi ini adalah sosok 'kau' yang dicintai oleh si penyair, dimana sosok tersebut 'menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara' atau 'menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, bersijingkat di jalan kecil itu, menyusup di celah-celah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku'. Majas ini ada dibait pertama hingga ke lima.
Penggambaran "Kau" yang luwes dan menawan. Sebuah penggambaran yang luar biasa untuk seseorang yang luar biasa pula.
Baca juga: Menguliti Kadar "Cinta Dambaan" dalam Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Darmono