Angin semilir membelai mesra. Suasana seketika berubah menjadi aneh, nyanyian binatang malam tak lagi terdengar, semilir angin yang sedari tadi menari juga tiba-tiba terhenti. Seolah mempersilahkan aku dan Arif bercengkerama tanpa ada gangguan.
“Iya, Pak. Saya kangen keluarga. Kangen Emak, Bapak, dan adik-adik di rumah. Tapi bukan itu saja yang membuat air mata ini jatuh, Pak. Saya sungguh bersyukur karena di tempat ini, saya bisa menemukan cinta.”
“Kamu ini ada-ada saja, Rif. Di penjara seperti ini harusnya kamu intropeksi diri, bukannya justru memikirkan cinta!” Jawabku dengan nada sedikit bergurau.
“Bukan begitu maksud saya, Pak. Saya bersyukur karena Allah SWT menggoreskan takdirnya agar saya tertangkap dan masuk penjara ini. Bayangkan saja jika hal itu tidak terjadi! Mungkin saat ini saya masih asyik menikmati narkoba yang perlahan akan menghancurkan masa depan. Bahkan bisa jadi saya sekarat akibat sakau. Sedangkan di tempat ini, waktu untuk mendekatkan diri kepada-Nya lebih banyak. Tidak ada godaan dari barang haram tersebut, Pak. Jujur, di tempat ini saya temukan cinta. Cinta kepada-Nya! Di balik jeruji ini pula, saya menjadi lebih dekat dengan-Nya dan semakin mengenal-Nya, hal itulah yang membuat saya sangat bersyukur.”
Aku hanya terdiam setelah mendengar jawaban darinya. sebuah jawaban yang menampar hati dan pikiran dengan begitu kerasnya. Baru kali ini, sebuah sentilan sekaligus pelajaran kudapatkan dari penghuni penjara yang notabene adalah para pelaku tindak kriminal yang dianggap sebagai sampah masyarakat.
“Kamu memang luar biasa, Rif. Semoga Allah selalu mencintaimu, memberikan kemudahan serta ketabahan kepadamu dalam menghadapi cobaan ini.”
“Iya, Pak. Terima kasih!”
Aku lekas melanjutkan tugasku. Kembali kulangkahkan kaki mengecek setiap kamar. Di setiap pijakan langkah demi langkah kakiku, kata-kata Arif tadi masih saja terus membayangi. Tamparan yang begitu keras masih terasa membaluti hati dan pikiranku yang melayang-layang.
Setelah selesai melaksanakan tugas, aku duduk di depan pintu mushola. Entah ada apa gerangan hingga secara tidak sadar, tiba-tiba aku berada di tempat ini. Selama ini, banyak waktu yang tersia-sia dan tidak kugunakan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mata, hati, pikiran dan seluruh tubuh terpaut jauh dari mushola ini.
‘Ini sebuah pelajaran berharga bagiku!”
Waktu terasa terlewat dengan tersendat-sendat. Kulepas sepatuku, kulangkahkan kaki untuk mengambil air wudu. Saat ini yang kuinginkan hanyalah salat tahajud! Merenung dan bermuhasabah kepada-Nya. Sungguh kejadian yang baru saja kualami menjadi pelajaran yang berharga.