Mohon tunggu...
Dhedi R Ghazali
Dhedi R Ghazali Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Saya hanya seorang penulis yang tidak terkenal.

Saya hanya pembaca yang baik dan penulis yang kurang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tuhan, Apa Mau-Mu?

13 Maret 2016   03:38 Diperbarui: 13 Maret 2016   03:44 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kalimat yang keluar dengan terbata-bata. Ada keraguan yang kentara. Keraguan itulah yang membuatku percaya bahwa masih ada secerca cahaya di dalam kegelapan hati Fitri saat ini. Aku harus bisa membuka jendela di dalam hati itu. Biar cahaya merangsek masuk ke dalam. Agar terang semua yang gelap.

“Kau membenci Tuhan, kan? Jika kau membenci Tuhan, temui Dia, Fit. Temui dirumah-Nya. Ikutlah aku ke masjid seberang jalan. Kau mau salat atau tidak, itu terserah. Yang penting ikutlah aku ke sana.”

Fitri pun akhirnya ikut ke masjid. Sesampainya di sana, aku lekas mengambil air wudu untuk ikut melaksanakan salat berjamaah. Sedangkan Fitri hanya duduk-duduk saja di depan masjid. Setiap ada orang yang bertanya, dia hanya menjawab sedang ‘berhalangan’. Tapi aku sendiri tak yakin apakah memang dia sedang berhalangan atau tidak.

Selesai salat berjamaah, aku bertemu dengan Ridwan. Dia adalah teman lama. Dia juga yang mengajariku tentang agama. Bagaimana seharusnya menjadi muslim. Dialah malaikat di saat aku mulai perlahan menjadi iblis berwujud manusia. Ilmu agamanya luas. Untaian kalimatnya meneduhkan hati. Tak jarang dia mengutip kalimat-kalimat para sufi yang menentramkan. Aku sadar. Barangkali Ridwan bisa membantuku untuk memberikan masukan kepada Fitri agar tak lagi menyalah-nyalahkan Tuhan. Keyakinanku bahwa Ridwan adalah perantara untuk menghidupkan cahaya di gelapnya hati Fitri sangatlah beasar. Ridwan adalah sosok yang sholeh. Ilmu agamanya yang luas pastilah akan bisa memberikan argument-argumen atas kekalutan hati Fitri. Aku pun menceritakan apa yang sedang dialami Fitri ke Ridwan. Tapi tidak dengan masalah pemerkosaan itu. Tak pantas aku membicarakan aib orang lain.

Ridwan pun bersedia untuk bertemu Fitri. Aku sangat yakin kalau dia bisa memberikan pencerahan kepadanya. Sama seperti waktu dia memberikan pencerahan padaku.

 “Fit, ini ada temanku. Dia adalah guruku selama ini. Dialah yang menbgajariku banyak hal tentang agama.”

Aneh. Suasana menjadi aneh. Mata Fitri terbelalak melihat Ridwan. Begitu juga dengan Ridwan yang tercengang melihat Fitri. Mereka berdua saling tatap.

“Kenapa kalian diam? Apa sudah saling kenal sebelumnya?”

“Dasar cowok bajingan. Cowok brengsek!” Fitri menampar Ridwan.

Aku hanya terkejut dengan reaksi Fitri. Apakah mereka sudah saling kenal sebelumnya? Ridwan pun hanya diam saat ditampar.

“Lelaki biadab! Bajingan! Dasar setan. Dasar iblis.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun