Inilah kenyataan, bahwa bagaimanapun juga nyatanya Tuhan belum jera dengan manusia. Manusialah yang jera dengan Tuhan. Kejeraan itu juga pada akhirnya membuat manusia menjadi pencuri-pencuri mimpi juga nasi dari anak-anak terlahir sungsang. Nyawa-nyawa yang sejak lahir sudah harus menerima kenyataan pahit, bahwa mimpi-mimpi mereka sedang dicuri.Â
Berbeda dengan anak-anak para konglomerat yang sejak lahir diberi minum susu dengan harga jauh lebih tinggi dari harga mimpi-mimpi anak-anak itu, disekolahkan dengan biaya berlipat-lipat lebih banyak dari biaya kehidupan bertahun-tahun anak-anak itu. Maka bersyukurlah saya, meski bukan terlahir dari anak seorang kolongmerat namun masih bisa bermimpi dengan nyaman sebab perut yang tak pernah kelaparan, dan saat itulah saya percaya bahwa Tuhan tidak jera-jeranya memberikan banyak hal dalam kehidupan ini sejak 26 tahun yang lalu.
Yogya, 02 Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H