Mohon tunggu...
Syarief Kate
Syarief Kate Mohon Tunggu... Freelancer - Simple dan Senang Berbagi

| Menjadi insan yang bermanfaat bagi yang lain | Penulis Buku : ~Sudut Kota~ ~Biarkan Aku Menulis~ ~Negeri Seribu Alasan~ ~Demokrasi Rasa Kopi~ Founder Home Writing Institute

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengurai Falsafah Bugis di Era Milenial

28 Januari 2020   20:15 Diperbarui: 28 Januari 2020   20:11 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap manusia bebas menulis apa saja di media sosial maupun di media mainstream. Namun, bukan berarti bebas tuk saling hujat menghujat, menyinggung suku, ras, agama, dan pilihan politik.

Manusia telah dianugrahkan kemampuan baik berbicara, berkreativitas maupun menulis. Di era milenial saat ini dimana setiap individu memiliki smartphone atau telepon pintar. Sehingga terkadang ketika berkumpul bareng dengan keluarga, teman, sahabat dan rekan kerja intraksi mulai berkurang. Semua sibuk dengan handphone masing-masing mulai dari sekedar cek pesan yang masuk, main tik-tok, nonton youtube dan aktivitas lainnya.

Falsafat bugis khususnya memberi banyak pesan kepada semua kalangan dalam berintraksi dan juga filosofi yang bisa diterapkan di era milenial sekarang ini. Dari pesan berantai di media sosial berikut falsafat bugis beserta maknanya :

Aniniriwi duawwae (hindarilah yang dua), yakni :
1. Aja Mucaccai pappojinna tauwwe (Jangan mencela kesukaan orang lain).
2. Aja Murekengngi apunnangenna tauwwe (Jangan menghitung harta milik orang lain.

Puadai Seddie (katakan yang satu), yakni :
1. Puwadai anu sitinajae weddingnge naporio tauwwe (Katakan hal yang wajar yang bisa menyenangkan orang lain).

Pugaui duwwae (lakukan yang dua), yaitu:
1. Pugaui anu weddingnge napodeceng tauwwe (Lakukan hal yang bisa memperbaiki orang lain).
2. Pegaui ampe kedo temmasolae tenrisumpalae (Lakukanlah sesuatu dengan prilaku yang baik dan tak tersanggah atau terbantahkan)

Enggerangngi Duwwae (ingatlah yang dua), yaitu :
1. Engngerangngi pappedecenna tauwwe lao ri idi (Ingatlah kebaikan orang kepada kita)
2. Engngerangngi atassalammu lao ri tauwwe (Ingatlah kesalahanmu kepada orang lain)

Alluppai duwwae (lupakan yang dua), yaitu:
1. Allupai pappedecemmu lao ri tauwwe (Lupakan kebaikanmu kepada orang lain)
2. Allupai atassalanna tauwwe lao ri idi (Lupakan kesalahan orang lain kepada kita)

Namun dibalik falsafat tersebut Muhammad SAW, manusia termulia dan teladan nomor satu di dunia ini mengatakan bahwa manusia yang paling berguna adalah manusia yang memberi manfaat kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun