Desa Cupak, Jombang November 2022
Pada hari Minggu 9/10/2022 telah diadakan Kirab Pusaka di Gunung Pucangan, Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan yang dihadiri oleh Wakil Bupati Jombang Bapak Sumrambah, tokoh masyarakat dan tokoh adat wilayah setempat, juga dihadiri oleh Bapak Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Prof. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA, serta Ketua Kegiatan Matching Fund Prof. Dr, Tri Ratnawati, S.E., M.S., Ak., CA., CPA, para Bapak Ibu dosen dan mahasiswa Untag Surabaya.
Menurut Inggit, dari Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Dispora) Jombang bahwa kirab ini merupakan kearifan budaya lokal setempat dan menjadi uri-uri atau melestarikan adat istiadat yang dilaksanakan setiap tahun. Dalam upaya pelestarian budaya tersebut dilakukan akulturasi budaya dalam kesenian sehingga bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk ikut memeriahkan Uri-uri Adat Istiadat tersebut. "Untuk menarik minat masyarakat dalam melestarikan budaya kirab pusaka, kami mengemasnya dalam kesenian. Tahun ini kami mengemas dalam seni drama, tari, dan musik yang menceritakan Dewi Kilisuci," tambahnya.
Prosesi pembukaan kirab budaya dan pusaka diawali dengan pemotongan pita oleh Bapak Rektor Untag Surabaya Prof. Mulyanto Nugroho. Selanjutnya diberangkatkan kirab budaya dan pusaka beserta para peserta kirab yang dimulai dari Balai Desa Cupak sampai Pendopo Gunung Pucangan Jombang.
Selain diadakannya acara Kirab Budaya, ada juga pertunjukan seni tari yang menceritakan tentang sejarah dan peninggalan Dewi Kilisuci. Dikisahkan Dewi kilisuci merupakan putri mahkota Kerajaan Jenggala. Kala itu ia dilamar oleh dua orang raja. Namun, raja tersebut bukan berwujud manusia seutuhnya, satu pelamar berkepala lembu yang bernama Raja Lembu Suro dan satu lagi yang berkepala kerbau, bernama Raja Mahesa Suro.
Sesungguhnya, Dewi Kilisuci ingin menolak lamaran tersebut. Namun, ia ingin memberikan tantangan kepada dua raja itu. Ia pun membuat sayembara yang tidak mampu dilakukan manusia biasa, yaitu berupa tantangan membuat sumur di atas puncak Gunung Kelud. Ada dua jenis sumur yang harus dibuat, satu sumur berbau amis dan satu sumur lagi sumur berbau wangi. Pembuatan sumur harus selesai dalam satu malam sebelum ayam berkokok. Kedua raja tersebut telah memenangkan sayembara tersebut namun Dewi Kilisuci tetap tidak ingin di nikahi.
Dewi Kilisuci memberikan satu permintaan lagi. Kali ini permintaan sang putri adalah harus memastikan bahwa kedua sumur itu benar-benar berbau amis dan wangi. Caranya kedua raja harus masuk ke dalam sumur. Mahesa Suro dan Lembu Suro pun mengikuti permintaan Dewi Kilisuci, keduanya masuk ke dalam sumur yang sangat dalam. Lalu Dewi Kilisuci memerintahkan kepada prajurit untuk menimbun sumur dengan batu. Akhirnya kedua raja tidak terselamatkan di atas Gunung Kelud.
Selain seni tari juga terdapat seni lukis di anyaman yang dilakukan oleh salah satu UMKM Desa Cupak. Anyaman ini dibuat dari daun pandan yang sudah di keringkan. Hasil kerajinan anyaman dari daun pandan ini bisa berupa tikar, tas, dompet, tempat tisu dan lain-lain.
Dalam proses pembuatan anyaman ini, cuaca menjadi salah satu faktor utama untuk mendapatkan produk yang berkualitas. Karena jika sudah memasuki musim hujan, proses pembuatan anyaman menjadi terhambat dan proses pengeringan daun pandan memakan waktu yang cukup lama. Hasil kerajinan anyaman ini dipasarkan oleh para UMKM melalui media online agar banyak dikenal oleh masyarakat sebagai cinderamata khas Desa Cupak, Jombang.