Mohon tunggu...
Dhea Rachmawati
Dhea Rachmawati Mohon Tunggu... Dokter - Prokopton

In process of developing

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Melakukan Pemeriksaan Tekanan Darah, Gula Darah, dan Berat Badan Secara Rutin

28 September 2021   10:00 Diperbarui: 29 September 2021   11:40 9622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu malam minggu, suasana IGD tampak ramai. Tiba-tiba datang laki-laki muda dengan paniknya membopong seorang laki-laki paruh baya yang tampaknya sedang kesakitan memegangi dadanya. 

Lelaki paruh baya itu sepertinya mengalami sesak napas. Salah seorang perawat langsung menghampiri dan melakukan penilaian awal pada pasien tersebut. Pasien segera ditempatkan di ruang triase zona merah (1). Ada apa yah dengan pasien tersebut?

Perawat kemudian melaporkan hasil penilaian awal kepada dokter. Selanjutnya dokter melakukan anamnesis dan pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan EKG (2) untuk merekam jantung pasien dan pemeriksaan laboratorium untuk enzim jantung (3)

Dokter pun menegakkan bahwa pasien mengalami serangan jantung. Tindakan awal dilakukan, pasien diberikan terapi oksigen dan obat untuk penanganan darurat. 

Selang 30 menit kemudian, pasien tiba-tiba pingsan. Anaknya berteriak memanggil petugas. Perawat segera menghampiri, kemudian terdengar: CODE BLUE! CODE BLUE! (4)

Jantung pasien mendadak berhenti. Dokter dan tim melakukan resusitasi jantung paru (5). Selang 10 menit kemudian, jantung pasien kembali berdetak namun pasien belum sadar penuh. 

Pasien dirawat di ruang intensif. Jika saja pasien tidak segera mendapat pertolongan awal, kejadian henti jantung tersebut bisa saja berakibat kepada kematian.

Kejadian di atas merupakan satu dari sekian banyak kasus serangan jantung yang banyak terjadi di Indonesia. 

Serangan jantung atau istilah medisnya adalah Sindrom Koroner Akut (SKA), merupakan salah satu masalah utama di Indonesia yang menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. 

Penyakit ini menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia bahkan di dunia berdasarkan data WHO tahun 2019. 

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan peringkat prevalensi tertinggi.

Apa itu serangan jantung?

Serangan jantung atau Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah satu jenis Penyakit Jantung Koroner (PJK).  

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner. 

Gejala tersering berupa nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada atau dada seperti tertekan ketika sedang melakukan aktivitas berat.

Data WHO tahun 2019 menunjukkan bahwa 7 dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (44% dari seluruh kematian atau 80% dari 10 penyebab kematian terbanyak). 

Dari seluruh total kematian di dunia, 32%-nya (17.9 juta kematian) disebabkan oleh Penyakit jantung dan pembuluh darah yang 85%-nya disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Apa faktor risiko serangan jantung?

Ada beberapa faktor risiko, ada yang bisa dimodifikasi (diubah) dan ada yang tidak bisa diubah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain riwayat penyakit jantung dalam keluarga inti kandung dan faktor usia (Pria > 45 tahun ; Perempuan > 55 tahun). Sementara itu, faktor yang dapat dimodifikasi antara lain penyakit hipertensi, penyakit diabetes, obesitas, dan stres.

Pencegahan apa yang bisa dilakukan?

Mencegah faktor risiko mendominasi pola hidup sehat. Jika faktor usia dan riwayat keluarga tidak bisa diubah, maka menerapkan gaya hidup sehat menjadi pilihan. 

Hal yang dianjurkan adalah dengan mencegah agar tidak memiliki penyakit hipertensi, diabetes, dan obesitas dengan melakukan pengukuran tekanan darah, gula darah, berat badan, dan tinggi badan secara rutin; serta mengelola stress dengan baik. 

Jika sudah terlanjur memiliki penyakit tersebut, maka orang tersebut wajib kontrol rutin di fasilitas kesehatan terdekat agar tidak sampai menimbulkan komplikasi seperti serangan jantung.

QUESTION & ANSWER

Apa itu tekanan darah?

Tekanan darah adalah tekanan yang didapat pada dinding pembuluh darah saat darah dialirkan.

Berapa sih tekanan darah yang normal?

Ada 2 jenis tekanan yang diukur untuk menilai tekanan darah yaitu Tekanan Darah Sistolik (TDS) dan Tekanan Darah Diastolik (TDD). 

Berikut tabel kategori tekanan darah menurut JNC VII (Joint National Committee VII) (6):

Tabel tekanan darah | Dokumentasi pribadi
Tabel tekanan darah | Dokumentasi pribadi

Berapa kali pemeriksaan rutin tekanan darah seharusnya dilakukan?

Hipertensi atau tekanan darah tinggi hanya dapat diketahui dengan cara mengukur tekanan darah dengan benar karena hipertensi tidak memberikan gejala. 

Itulah sebabnya hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam atau “the silent killer”.

Oleh karena itu sangat dianjurkan melakukan pemeriksaan tekanan darah minimal setahun sekali.

Apa itu gula darah?

Gula darah atau dalam bahasa medis dinamakan glukosa darah adalah produk akhir metabolisme karbohidrat yang tersimpan di dalam darah, berguna sebagai sumber energi tubuh. Namun jika berlebihan dapat menganggu fungsi tubuh. 

Pengukuran gula darah paling banyak dilakukan pada 2 waktu, yaitu sewaktu (diukur tanpa melihat berapa lama jarak waktu pemeriksaan dengan waktu makan terakhir) dan puasa (diukur setelah 10-12 jam puasa). 

Cara pengambilan darahnya pun bisa melalui jari tangan (pembuluh darah kapiler) atau melalui lipat lengan (pembuluh darah vena). 

Berapakah nilai gula darah yang normal?

Kadar gula darah normal adalah di bawah 100. Selebihnya harus berhati-hati dan sebaiknya dilakukan pengecekan ulang berkala. 

Berikut merupakan tabel patokan skrining diabetes menurut konsensus Perkeni (7) tahun 2015.

Tabel skrining diabetes | Dokumentasi pribadi
Tabel skrining diabetes | Dokumentasi pribadi

Berapa kali dalam setahun seharusnya melakukan pemeriksaan gula darah?

Cek kadar gula darah menunjukkan kadar glukosa dalam darah. Hasilnya membantu mendeteksi penyakit diabetes.

Sangat dianjurkan melakukan peemriksaan gula darah minimal sekali dalam setahun.

Di mana bisa melakukan pemeriksaan tersebut?

Pemeriksaan tekanan darah dan gula darah bisa dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti puskesmas setempat atau posbindu (pos pembinaan terpadu) lansia untuk usia ≥ 60 tahun. 

Pemeriksaan rutin ini termasuk dalam program pemerintah dalam mencegah dan mengendalikan hipertensi dan diabetes.

Bagaimana jika melakukan pemeriksaan di rumah secara mandiri?

Pengukuran tekanan darah mandiri boleh dilakukan, namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain menggunakan tensimeter digital pada lengan atas yang mudah digunakan, dalam kondisi duduk dengan tenang, nyaman, dan tidak berbicara, diulang 2-3 kali selang 1-2 menit dengan hasil dibagi rata.

Kesimpulan hasil berbeda jika diukur di fasilitas kesehatan, dan sebaiknya alat tensimeter dikalibrasi ulang tiap 6 atau 12 bulan. 

Diagnosis hipertensi dapat ditegakkan jika tekanan darah sistolik > 135 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 85 mmHg.

Kalau tekanan darah tinggi atau gula darah tinggi harus minum obat seumur hidup yah?

Penyakit diabetes dan hipertensi diabetes mellitus tidak dapat disembuhkan, namun hanya bisa dikendalikan agar tidak menimbulkan komplikasi. 

Berdasarkan pedoman penanganan diabetes, pasien harus minum obat diabetes secara rutin. 

Pada pasien dengan hipertensi derajat 1, dapat dimulai dengan terapi modifikasi gaya hidup, jika tidak berhasil maka dilanjutkan dengan menggunakan obat. Baik keduanya, pasien wajib kontrol rutin ke dokter untuk dilakukan evaluasi pengobatan secara berkala.

Berat dan tinggi badan apakah perlu diukur juga jika sudah dewasa?

Pengukuran tinggi dan berat badan sangat dianjurkan setiap tahun. Tujuannya untuk meningkatkan deteksi dini obesitas agar tidak sampai menjadi status obesitas.

Berat badan berapa yang masuk kategori obesitas?

Jika IMT (Indeks Massa Tubuh) ≥ 25 maka didiagnosis dengan obesitas. 

Berikut kategori status gizi dewasa berdasarkan WHO tahun 2000.

dokpri
dokpri

IMT dihitung dari rumus :      

Berat Badan (dalam kg) dibagi Tinggi Badan (dalam meter dikuadratkan)

Keynotes:

Dibutuhkan upaya bersama untuk menyadarkan masyarakat agar senantiasa melindungi diri dan keluarga dari penyakit tidak menular (PTM) dengan cara membiasakan berperilaku CERDIK, yang merupakan kepanjangan dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

NB:

  1. Ruang Triase Zona Merah: pasien prioritas utama mendapatkan pertolongan medis segera karena dikategorikan sebagai kasus gawat dan darurat
  2. EKG (ekokardiografi): pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung
  3. Enzim Jantung: pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar enzim dan protein yang berhubungan dengan cedera pada jantung
  4. Code Blue: kode isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami henti jantung dan/atau henti napas
  5. Resusitasi Jantung Paru: tindakan medis untuk mengembalikan fungsi napas dan/atau sirkulasi darah di dalam tubuh yang terhenti
  6. JNC VII: Salah satu panduan yang banyak digunakan di Indonesia dalam klasifikasi hipertensi.
  7. Konsensus Perkeni: pedoman yang dikeluarkan oleh Persatuan Endokrinologi Indonesia

Referensi:

  1. Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut: Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2018. 
  2. The top 10 causes of death  
  3. Hari Jantung Sedunia (HJS) Tahun 2019 : Jantung Sehat, SDM Unggul 
  4. Cardiovascular diseases (CVDs) Riskesdas. Kementerian Kesehatan RI; 2018
  5. Rencana Aksi Kegiatan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI; 2017
  6. Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular:. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2015
  7. Pengukuran Tekanan Darah di Rumah (PTDR) 
  8. Program P2PTM dan Indikator 
  9. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015.
  10. Klasifikasi Obesitas setelah pengukuran IMT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun