Mengenal Kejang Demam pada Anak

Di suatu malam, datang seorang ibu berlari sambil menggendong anaknya. Seluruh penghuni ruang IGD tercengang. Ibu panik mencari pertolongan.

Ibu       : Dok, tolong dok anak saya kejang barusan dok

Dokter : Sebentar, ibu tenang dulu, baringkan anaknya di tempat tidur dulu ya bu

Kondisi seperti ini sering terjadi dalam praktik dokter sehari-hari di fasilitas kesehatan manapun. Untuk itu, mari kita sama-sama mengenal apa sebenarnya kejang. Mengapa kejang bisa terjadi? Efek apa yang sebenarnya bisa ditimbulkan pada kondisi kejang? Apa yang sebaiknya dilakukan jika anak kejang?

Berdasarkan definisi dari International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 2005, kejang adalah suatu manifestasi klinis yang disebabkan adanya aktivitas listrik abnormal yang berlebihan pada saraf di otak. Selama kejadian kejang, sejumlah sel otak aktif dalam waktu yang bersamaan seperti adanya badai listrik  atau electrical storm di otak.

Gejala kejang bisa bermacam-macam karena bisa melibatkan bagian otot manapun. Namun gejala yang paling sering ditemukan dalam kejadian sehari-hari adalah bentuk kejang tonik klonik atau kejang kelojotan.

Karena bentuk kejang yang beraneka ragam, banyak orang tua yang menganggap anaknya kejang padahal sebenarnya bukan kejang. Jadi, apa sih yang membedakan gejala kejang dengan gejala bukan kejang?

Ingatlah poin-poin berikut, jika ada minimal 3 karakteristik berikut maka anak bisa dikatakan kejang. Karakteristik kejang antara lain:

• Gerakan tiba-tiba
• Gerakan mata tidak normal (misalnya mendelik ke satu sisi)
• Gerakan kaki dan tangan sinkron (bergerak bersamaan)
• Kebiruan di area tubuh tertentu (mulut, kaki, atau tangan)
• Kesadaran terganggu
• Durasi gerakan terhitung dalam detik sampai menit (jarang sampai beberapa menit kecuali kasus sangat berat)
• Tidak ada pencetusnya (jarang ada pemicunya, beberapa jenis gerakan yang bukan kejang terangsang oleh suhu ruangan, suara, dan lain-lain)
• Serangan khas kejang tertentu (penilaian oleh dokter)

Di antara semua jenis kejang pada anak, yang sering diperbincangkan adalah kejang demam. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Jumlah kasus  kejang demam di Indonesia memang belum diketahui pasti, namun data di Amerika Serikat menunjukkan angka 100.000 kasus per tahun.

Menurut Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI Tahun 2016, mengutip dari American Academy of Pediatrics, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 derajat Celsius), dengan metode pengukuran suhu apapun yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Maksudnya apa sih? Jadi, kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh, bukan karena infeksi atau peradangan di otak, epilepsi, gangguan elektrolit ataupun metabolisme yang dapat mempengaruhi kinerja sel otak.

Pada usia berapa kejang demam bisa terjadi? Pada rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun kejadian kejang demam paling mungkin terjadi. Kalau di atas 5 tahun terjadi kejang demam, istilah yang dipakai adalah kejang demam plus namun tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh penyakit selain kejang demam.

Jika kejang terjadi di bawah usia 6 bulan, patut dicurigai ada proses intrakranial yang mendasarinya. Oleh karena itu, biasanya dokter akan melakukan evaluasi dan pemeriksaan lanjutan jika kejang demam terjadi pada usia di luar rentang usia tersebut.

Katanya beda ya antara kejang demam dengan demam disertai kejang? Seperti definisi di atas, pada kejang demam tidak ditemukan adanya kelainan di otak yang kemungkinan menyebabkan kejang. Jika kejang disertai demam, biasanya definisi ini diberikan pada kondisi kejang yang disebabkan proses intrakranial misalnya ensefalitis (radang otak) yang seringnya disertai dengan demam karena biasanya ada proses infeksi yang mendasarinya.

Selain menangani kegawatdaruratan kejang dan demamnya, yang menjadi perhatian lainnya adalah mencari penyebab dari demamnya. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium atau rontgen untuk mencari sumber infeksi penyebab. Pemeriksaan lanjutan lainnya seperti CT scan kepala, MRI kepala, atau EEG (elektroensefalografi) tidak rutin dilakukan pada kasus kejang demam, kecuali pada beberapa jenis kejang tertentu.

Setelah memberikan terapi, dokter pun memberikan penjelasan tentang kondisi anak tersebut.

Ibu       : Dok, anak saya tidak apa-apa kan dok? Kalau kejang lagi bagaimana dok?

Dokter : Kami observasi kejang dan demamnya dulu ya bu, ada kemungkinan anaknya perlu dirawat. Sementara ini demamnya kami turunkan dulu untuk mencegah kejang kembali.

Ibu       : Dok, anak saya kejangnya karena apa ya dok?

Dokter : Kemungkinan anak ibu kejang demam, artinya kejang saat ada kenaikan suhu tubuh.

Ibu       : Ayan bukan dokter?

Dokter : Beda bu, kalau ayan atau epilepsi biasanya tidak disertai demam.

Ibu       : Waktu itu temennya pernah kejang gini katanya radang selaput otak, apa anak saya juga dokter? Saya jadi takut dia kenapa-kenapa.

Dokter : Setelah kejang kondisi anak ibu ini sadar penuh dan pemeriksaan fisik sarafnya normal, kemungkinan bukan karena itu. Namun, kami akan evaluasi jika ada muncul kecurigaan ke arah sana ya bu.

Ibu       : Kalau kejang begini anak saya nanti cacat ga dok? Apakah akan ada kerusakan saraf?

Dokter : Untuk kondisi kejang demam seperti ini biasanya prognosisnya baik, bu. Tapi akan kami evaluasi lagi kondisi anaknya. Jika kejadian kejang hanya berlangsung di bawah 5 menit, kemungkinan belum ada kerusakan di otak sehingga tidak sampai menimbulkan kecacatan.

Ibu       : Ada kemungkinan bisa berulang ga dok?

Dokter : Kemungkinan kejang lagi bisa bu, terutama jika sudah ada riwayat seperti ini. Jadi selepas pulang dari RS, saya harap ibu memahami cara penanganan kejang seperti yang akan saya jelaskan. Sedia selalu termometer dan obat penurun panas di rumah ya bu.

Ibu       : Kasih obat apa dok supaya anak saya ga kejang berulang?

Dokter : Pemberian obat antikejang rutin tidak dilakukan selama tidak ada kelainan saraf berat, durasi kejang singkat, dan ambang suhu saat kejang di atas 39 derajat Celsius.

Jadi kesimpulannya, apa yang harus dilakukan ketika anak kejang?

DO (Yang Dilakukan)

1. Tetap tenang
2. Rekam (video) dan perhatikan gerakan kejang dan durasi kejang
3. Bawa anak ke IGD
4. Beri ruang  dan longgarkan pakaian
5. Miringkan badan anak

DON'T (Tidak Boleh Dilakukan)

1. Panik berlebihan
2. Memasukkan benda apapun ke dalam mulut karena berisiko tersedak
3. Menunggu lebih lama
4. Menahan gerakan kejang
5. Memposisikan anak telentang

NB :

1. International League Against Epilepsy (ILAE) : organisasi internasional untuk penyakit epilepsi
2. Manifestasi Klinis : tanda atau gejala suatu penyakit
3. Pengukuran suhu tubuh dengan menggunakan termometer dengan metode pengukuran melalui telinga, ketiak, atau anus/rektal
4. Proses intrakranial : suatu kelainan yang terjadi di dalam otak
5. EEG : pemeriksaan rekaman aktivitas listrik di otak
6. Indikasi rawat inap pada kejang demam berbeda berdasarkan keputusan dokter
7. Prognosis : prediksi perkembangan suatu penyakit

Referensi :

1. Nelson textbook of pediatrics 21th ed; 2020.
2. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: UKK Neurologi PP IDAI; 2016.
3. Buku Ajar Neorologis Anak. Jakarta: FKUI; 2013.
4. Smith DF, Appleton RE, MacKenzie JM, Chadwick DW. An Atlas of epilepsy. Edisi ke-1; 1998
5. R.S. Fisher et all. Epilepsia, 55(4):475–482, 2014
6. link ILAE