Mohon tunggu...
Dhea Rachmawati
Dhea Rachmawati Mohon Tunggu... Dokter - Prokopton

In process of developing

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Kejang Demam pada Anak

29 Desember 2020   00:28 Diperbarui: 29 Desember 2020   01:13 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di suatu malam, datang seorang ibu berlari sambil menggendong anaknya. Seluruh penghuni ruang IGD tercengang. Ibu panik mencari pertolongan.

Ibu       : Dok, tolong dok anak saya kejang barusan dok

Dokter : Sebentar, ibu tenang dulu, baringkan anaknya di tempat tidur dulu ya bu


Kondisi seperti ini sering terjadi dalam praktik dokter sehari-hari di fasilitas kesehatan manapun. Untuk itu, mari kita sama-sama mengenal apa sebenarnya kejang. Mengapa kejang bisa terjadi? Efek apa yang sebenarnya bisa ditimbulkan pada kondisi kejang? Apa yang sebaiknya dilakukan jika anak kejang?

Berdasarkan definisi dari International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 2005, kejang adalah suatu manifestasi klinis yang disebabkan adanya aktivitas listrik abnormal yang berlebihan pada saraf di otak. Selama kejadian kejang, sejumlah sel otak aktif dalam waktu yang bersamaan seperti adanya badai listrik  atau electrical storm di otak.

Gejala kejang bisa bermacam-macam karena bisa melibatkan bagian otot manapun. Namun gejala yang paling sering ditemukan dalam kejadian sehari-hari adalah bentuk kejang tonik klonik atau kejang kelojotan.

Karena bentuk kejang yang beraneka ragam, banyak orang tua yang menganggap anaknya kejang padahal sebenarnya bukan kejang. Jadi, apa sih yang membedakan gejala kejang dengan gejala bukan kejang?

Ingatlah poin-poin berikut, jika ada minimal 3 karakteristik berikut maka anak bisa dikatakan kejang. Karakteristik kejang antara lain:

  • Gerakan tiba-tiba
  • Gerakan mata tidak normal (misalnya mendelik ke satu sisi)
  • Gerakan kaki dan tangan sinkron (bergerak bersamaan)
  • Kebiruan di area tubuh tertentu (mulut, kaki, atau tangan)
  • Kesadaran terganggu
  • Durasi gerakan terhitung dalam detik sampai menit (jarang sampai beberapa menit kecuali kasus sangat berat)
  • Tidak ada pencetusnya (jarang ada pemicunya, beberapa jenis gerakan yang bukan kejang terangsang oleh suhu ruangan, suara, dan lain-lain)
  • Serangan khas kejang tertentu (penilaian oleh dokter)

Di antara semua jenis kejang pada anak, yang sering diperbincangkan adalah kejang demam. Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf tersering pada anak. Jumlah kasus  kejang demam di Indonesia memang belum diketahui pasti, namun data di Amerika Serikat menunjukkan angka 100.000 kasus per tahun.

Menurut Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI Tahun 2016, mengutip dari American Academy of Pediatrics, kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38 derajat Celsius), dengan metode pengukuran suhu apapun yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Maksudnya apa sih? Jadi, kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh kenaikan suhu tubuh, bukan karena infeksi atau peradangan di otak, epilepsi, gangguan elektrolit ataupun metabolisme yang dapat mempengaruhi kinerja sel otak.

Pada usia berapa kejang demam bisa terjadi? Pada rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun kejadian kejang demam paling mungkin terjadi. Kalau di atas 5 tahun terjadi kejang demam, istilah yang dipakai adalah kejang demam plus namun tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh penyakit selain kejang demam.

Jika kejang terjadi di bawah usia 6 bulan, patut dicurigai ada proses intrakranial yang mendasarinya. Oleh karena itu, biasanya dokter akan melakukan evaluasi dan pemeriksaan lanjutan jika kejang demam terjadi pada usia di luar rentang usia tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun