Hari ini esok dan tidak lebih dari enam bulan kedepan, saya dan ratusan mahasiswa di kampus ini yang sementara menjalani program mata kuliah tugas akhir/skripsi akan menjalani proses asistensi dan formalitas dan birokrasi yang katanya menjengkelkan dan membunuh idealisme pribadi skripsioner. Ini bukan tentang proses dari pengerjaan skripsi tetapi merupakan bagian terpenting dari pengerjaan skripsi, apalagi kalau bukan wadah alias bahan dasar yang digunakan untuk menampung, merampung ide yang dalam bentuk khayalan dan ingatan kemudian dirubah menjadi berwujud dimana wujud itulah yang dikatakan tulisan. Tulisan membutuhkan wadah, untuk formalitas seperti aktifitas kampus tentunya lah membutuhkan kertas.
Keadaan dan pemandangan yang menjadi sangat biasa dan hal yang wajar di daerah perkuliahan adalah lembaran kertas. baik itu tumpukan menggunung, selembaran yang berserakan, dan kertas laporan serta tugas akhir yang setiap harinya akan menggunakan kertas minimal 100 lembar setiap mahasiswa dimana 100 lembar kertas = 1/5 rim kertas yang akhirnya kebanyakan nasib dari kertas itu akan menuju ke tong sampah.
Maraknya pemerhati lingkungan dan tentunya tidak ketinggalan pula aksi kampus yang menyuarakan "go green" atau "save our forest" dan masih banyak lagi kata-kata yang empati terhadap lingkungan dari orang yang juga harus mendapatkan empati (walaupun tidak keseluruhan orang). Bagaimana mungkin instansi seperti kampus dikatakan mencapai target dalam aksi "go green" atau "save our forest" sementara hal terkecil namun bisa berakibat fatal bagi kelangsungan ekosistem hutan justru menjadi bahan konsumsi setiap hari.
Setiap Proses produksi kertas memerlukan bahan kimia, air dan energi dalam jumlah besar dan tentusaja bahan baku, yang pada umumnya berasal dari kayu . Diperlukan 1 batang pohon usia 5 tahun untuk memproduksi 1 rim kertas. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kertas juga sangat besar, baik secara kuantitatif dalam bentuk cair, gas, dan padat, maupun secara kualitatif. Agar limbah ini tidak mencemari lingkungan, maka diperlukan teknologi tinggi dan energi untuk mem-prosesnya.
Untuk memenuhi kebutuhan kertas nasional yang sekitar 5,6 juta ton/tahun diperlukan bahan baku kayu dalam jumlah besar yang mahal dan tidak dapat tercukupi dari Hutan Tanaman Industri (HTI) Indonesia, ironisnya kita lihat di sekeliling kita betapa banyaknya kertas yang ada di sekitar kita : dokumen, kemasan produk yang berlebihan, koran, majalah, brosur/leaflet/katalog produk, surat-surat, produk-produk sekali pakai, dan lain-lain. Padahal dengan memakai kertas bekas sebagai bahan baku kertas baru, sejumlah pohon, bahan kimia, air dan energi dapat dikurangi penggunaannya.
Untuk pohon Pinus mungkin sangat sulit dipastikan jumlah yang tepat, tetapi dengan perhitungan yang sederhana kita dapat memperkirakannya. Pertama, kita harus tahu pohon apa yang dimaksud? Sebuah batang pohon raksasa atau sekedar batang pohon yang kecil. Kertas dibuat dari batang pohon Pinus, maka kita harus mensurveinya untuk mengetahui diameter rata-rata pohon tersebut.
Sebagian besar pohon tersebut berdiameter 1 kaki (30.5 cm) dan tinggi 60 kaki(18 meter), ini menghasilkan volume sebesar 81,430 Inchi kubik kayu:
pi x radius2 x panjang = volume 3,14 x 62 x (60x12) = 81,430
Di lapangan, 2X4 kaki dari lembayran kayu mempunyai berat 10 pound dan terdiri dari 504 kaki kubik kayu. Ini menunjukan bahwa sebatang pohon pinus memiliki berat sekitar 1.610 pounds (81,430/504 * 10).Kita tahu bahwa pada pembuatan kertas, kayu diolah menjadi pulp (bubur kertas), hasil yang diperoleh sekitar 50%-nya saja. Karena sekitar setengah dari pohon yang diolah berupa mata kayu,lignin atau bahan lainnya yang tidak bagus untuk membuat kertas. Sehingga sebatang pohon pinus menghasilkan sekitar 805 pond kertas.
Jika kita bandingkan dengan berat kertas photocopy, 1 rim kertas photocopy mempunyai berat 5 pounds dengan jumlah kertas sebanyak 500 lembar. Sehingga berdasarkan perhitungan ini didapat (805/5 * 500)= 80,500 lembar kertas.
Jika kita tidak mulai memperbaiki pola konsumsi kertas sejak saatini, maka akan terjadi kebiasaan dan ketergantungan untukselalu menggunakan kertas dalam jumlah besar. Hal ini tentunya akan memberikan tekanan secara terus menerus kepada bumi kita dan memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan.
Jika sebuah organisasi terdiri dari 100 orang dapat menghemat 3 lembar kertas setiap hari, maka dalam setahun ada 156 batang pohon yang dapat diselamatkan.
sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup,http://www.howstuffworks.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H