Mohon tunggu...
Dheacy Mamusung
Dheacy Mamusung Mohon Tunggu... Wiraswasta - motivasi

ingin banyak yang membaca dan mengerti arti sebuah makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seperti Apakah Hati Nurani Kita?

24 Juni 2019   22:16 Diperbarui: 24 Juni 2019   22:18 3309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pengetahuan Allah yang melampaui pemikiran manusia memungkinkan Allah untuk dapat menyelesaikan misteri yang masih tersembunyi bagi manusia. Didalam Alkitab juga berbicara tentang objek, orang, waktu yang Kudus. Kekudusan Allah menunjuk pada kemurnian dan kebenaran tindakan Allah, Dia selalu bertindak dan melakukan yang benar.

Kebaikan Allah bukan berarti Allah mentaati hukum alam sehingga disebut baik, namun karena dari tindakanNyalah menunjukkan bahwa Allah baik. Allah mentaati hukum yang berdasarkan karakterNya yang kekal. 

Sebagai bukti pemeliharaanNya. (Roma 8:28) Dan keberadaan hati nurani yang murni ini membuat seseorang memiliki beban yang tulus terhadap keselamatan jiwa orang lain. Seperti Tuhan juga tidak menghendaki seorangpun binasa, ia akan rela mengorbankan apapun demi keselamatan jiwa orang lain (Roma 9:1-3). Orang-orang seperti ini melayani bukan karena upah atau imbalan yang disediakan. Di dalam dirinya ada "beban" dan irama melayani. 

Hati nurani yang terbeban bagi keselamatan jiwa orang lain pasti berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ia rela kebebasannya terampas demi supaya menjadi berkat bagi sesama (1Kor. 10:25-29). Kalau berbuat suatu kesalahan, maka hati nuraninya sangat terganggu. Hal ini menjadi hukuman bagi orang tersebut.

Disini saya akan menjelaskan bagaimana kita dalam dosa yang kita perbuat tampa kita sadari dan ini bisa disebut sebagai (1) karena ia berasal dari akar asli umat manusia; (2) karena ia hadir dalam kehidupan setiap individu sejak kelahirannya, dan karenanya tidak dapat dianggap sebagai hasil peniruan; dan (3) karena itu adalah akar ke dalam dari semua dosa aktual yang mencemari kehidupan manusia.

Dalam proses pembentukan hati nurani, yang memegang peranan adalah jiwa. Unsur yang masuk dalam jiwa menentukan kualitas jiwanya; dan kualitas jiwa menentukan kualitas hati nuraninya. Kalau unsur-unsur dunia atau dari kuasa jahat yang masuk ke dalam jiwa, maka hati nuraninya rusak. Unsur-unsur dunia adalah keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1Yohanes 2:15-17). Ini sama dengan percintaan dunia atau mengasihi dunia (Yakobus 4:1-4). 

Hal inilah yang menyeret jiwa dan roh ke dalam kegelapan abadi. Itulah sebabnya dikatakan dalam Firman-Nya bahwa bukan tanpa alasan kalau Kitab Suci berkata: "Roh yang ditempatkan Allah di dalam diri kita, diingini-Nya dengan cemburu!" (Yakobus 4:5). 

Allah mengingini roh yang keluar dari diri-Nya yang ada pada manusia dapat kembali kepada-Nya. Kalau hati nurani seseorang baik, maka roh atau neshamah-nya menjadi bersih atau kudus sehingga dilayakkan menerima kemah baru; kembali kepada Bapa dalam Kerajaan Surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun