Mohon tunggu...
Dhea Anggraeny
Dhea Anggraeny Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fiksi vs Non-Fiksi: Apa yang Lebih Menarik bagi Siswa Kelas 8 SMP Waskito?

14 Desember 2024   17:08 Diperbarui: 14 Desember 2024   17:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kegiatan survei 20 November 2024

kegiatan survei 20 November 2024
kegiatan survei 20 November 2024

Pada tanggal 20 November 2024, 3 Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, yaitu Dhea Anggraeny, Nisa Putri Syilda dan Siti Ummul Fadillah melakukan survei untuk mengetahui minat baca siswa kelas 8 SMP Waskito terhadap karya fiksi dan non-fiksi. Dr. Siti Ansoriyah, M.Pd., sebagai dosen pembimbing, memimpin survei ini. Penelitian ini berusaha untuk memahami preferensi bacaan siswa dan mendorong budaya membaca yang lebih baik di kalangan siswa. Diharapkan bahwa hasil survei ini akan memberikan informasi penting tentang bagaimana membangun program literasi di sekolah. 

Mayoritas siswa kelas 8A SMP Waskito mempunyai ketertarikan rendah pada kegiatan membaca buku. Hal ini ditemukan dalam survei penelitian yang dilakukan kepada 33 siswa kelas 8A di SMP Waskito. 

Minat membaca merupakan kesadaran individu untuk membaca yang dipengaruhi oleh motivasi pribadi atau pengaruh lingkungan sekitarnya. Menurut Nurdiansyah, minat membaca adalah dorongan internal yang mendorong seseorang untuk menjelajahi berbagai jenis tulisan, baik dalam bentuk sastra maupun nonfiksi. Ketika seseorang membaca atas kemauan sendiri tanpa paksaan, mereka cenderung lebih menikmati dan memahami isi bacaan dengan baik. 

Siswa cenderung lebih aktif membaca ketika memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, akses terhadap bahan bacaan yang menarik, serta dukungan sosial dan fisik yang memadai. Selain itu, peran media sosial dan teknologi tidak dapat diabaikan, karena mayoritas siswa lebih tertarik pada materi digital dibandingkan buku cetak. 

Survei penelitian kepada siswa kelas 8A SMP Waskito menunjukkan bahwa 70% dari 33 responden memilih jawaban 'Kadang-kadang' pada pertanyaan, "Seberapa sering Anda membaca buku dalam sebulan?" Selanjutnya, 15% responden memilih jawaban 'Selalu,' 9% memilih 'Pernah,' dan persentase terkecil, memilih 'Tidak yaitu Pernah' 6%, pada pertanyaan yang sama. 

Pada pertanyaan "Apakah Anda merasa puas setelah membaca buku?", sebanyak 33% dari 33 responden menjawab 'Sering,' yang merupakan persentase terbanyak. Namun, terdapat 21% responden yang jarang merasa puas dan 27% yang tidak pernah merasakan kepuasan setelah membaca. Sementara itu, jawaban 'Kadang-kadang' memiliki persentase terendah, yaitu 18%. 

Pada pertanyaan mengenai frekuensi kunjungan ke perpustakaan, mayoritas responden memberikan jawaban 'Tidak Pernah' dan 'Pernah.' Hal serupa juga terlihat pada pertanyaan lain, seperti "Apakah Anda membaca buku digital selain buku fisik?" 

Hasil analisis mengenai minat baca siswa terhadap karya fiksi dan nonfiksi menunjukkan bahwa pada pertanyaan "Apakah Anda selalu merasa tertarik untuk membaca karya fiksi?", sebanyak 12 responden, atau sekitar 36% dari total 33 responden, memberikan jawaban positif. Namun, pada pertanyaan "Apakah Anda selalu menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya fiksi?", jumlah yang sama, yakni 12 responden atau 36%, mengaku tidak pernah menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya fiksi. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun terdapat ketertarikan terhadap genre fiksi, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengalokasikan waktu untuk membaca. 

Berdasarkan data dari pertanyaan "Apakah Anda membaca karya fiksi karena keinginan sendiri?", sebanyak 15 responden, atau 45% dari total 33 responden, menyatakan bahwa mereka kadang-kadang membaca karya fiksi atas inisiatif pribadi. Meskipun tidak konsisten, hampir setengah dari siswa memiliki dorongan intrinsik untuk membaca karya fiksi. Persentase ini mencerminkan minat yang positif terhadap bacaan fiksi, namun fakta bahwa mereka hanya membacanya sesekali menunjukkan adanya peluang untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam aktivitas membaca. 

Penelitian pada siswa ini kemudian dilengkapi dengan minat baca non-fiksi, di mana data menunjukkan bahwa pada pertanyaan "Apakah Anda selalu merasa tertarik untuk membaca karya nonfiksi?", sebanyak 14 responden, atau sekitar 42% dari total 33 responden, menyatakan bahwa mereka kadang-kadang memiliki ketertarikan untuk membaca karya nonfiksi. Ketertarikan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti relevansi konten, kebutuhan untuk memperoleh informasi tertentu, atau pengaruh dari lingkungan sekitar, termasuk guru maupun teman. 

Selanjutnya, berdasarkan data pada pertanyaan "Apakah Anda selalu menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya nonfiksi?", sebanyak 13 responden, atau 39% dari total 33 responden, mengaku pernah menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya nonfiksi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai menyadari pentingnya membaca nonfiksi sebagai sumber pengetahuan dan informasi yang bermanfaat. Ketertarikan mereka mungkin didorong oleh topik tertentu yang relevan dengan pembelajaran mereka, seperti sains, sejarah, atau isu-isu sosial terkini. 

Ada 12 responden, atau sekitar 36% dari total 33 responden, yang menyatakan bahwa mereka kadang-kadang membaca karya nonfiksi atas inisiatif pribadi. Ketertarikan ini mungkin dipengaruhi oleh keinginan untuk mempelajari hal-hal baru. 

Sehingga apabila minat baca siswa terhadap karya fiksi dan non-fiksi dibandingkan, ketertarikan yang lebih besar ada dalam karya fiksi, tetapi siswa cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca karya nonfiksi. 

Siswa kelas 8A di SMP Waskito memiliki minat baca rendah. Survei menunjukkan mereka hanya membaca sesekali, dengan sebagian kecil yang rutin melakukannya. Minat siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah, pengaruh media sosial, dan kurangnya pilihan buku di perpustakaan. 

Untuk meningkatkan minat baca, terdapat tiga solusi, yaitu memperbanyak pilihan buku di perpustakaan, membuat ruang baca yang nyaman dan tenang, serta membangun sudut baca sesuai minat siswa. Mengadakan diskusi tentang buku menarik dan memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif membaca juga dapat memotivasi mereka. Dengan upaya ini, diharapkan budaya literasi dapat tumbuh di SMP Waskito dan sekolah-sekolah lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun