Selanjutnya, berdasarkan data pada pertanyaan "Apakah Anda selalu menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya nonfiksi?", sebanyak 13 responden, atau 39% dari total 33 responden, mengaku pernah menyisihkan waktu khusus untuk membaca karya nonfiksi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai menyadari pentingnya membaca nonfiksi sebagai sumber pengetahuan dan informasi yang bermanfaat. Ketertarikan mereka mungkin didorong oleh topik tertentu yang relevan dengan pembelajaran mereka, seperti sains, sejarah, atau isu-isu sosial terkini.Â
Ada 12 responden, atau sekitar 36% dari total 33 responden, yang menyatakan bahwa mereka kadang-kadang membaca karya nonfiksi atas inisiatif pribadi. Ketertarikan ini mungkin dipengaruhi oleh keinginan untuk mempelajari hal-hal baru.Â
Sehingga apabila minat baca siswa terhadap karya fiksi dan non-fiksi dibandingkan, ketertarikan yang lebih besar ada dalam karya fiksi, tetapi siswa cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk membaca karya nonfiksi.Â
Siswa kelas 8A di SMP Waskito memiliki minat baca rendah. Survei menunjukkan mereka hanya membaca sesekali, dengan sebagian kecil yang rutin melakukannya. Minat siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, sekolah, pengaruh media sosial, dan kurangnya pilihan buku di perpustakaan.Â
Untuk meningkatkan minat baca, terdapat tiga solusi, yaitu memperbanyak pilihan buku di perpustakaan, membuat ruang baca yang nyaman dan tenang, serta membangun sudut baca sesuai minat siswa. Mengadakan diskusi tentang buku menarik dan memberikan penghargaan bagi siswa yang aktif membaca juga dapat memotivasi mereka. Dengan upaya ini, diharapkan budaya literasi dapat tumbuh di SMP Waskito dan sekolah-sekolah lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H