Mohon tunggu...
Ratna Dhevi
Ratna Dhevi Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Menulislah, karena menulis membuatmu tetap waras. Seneng nulis dan masih terus belajar nulis. Tulisan berserak dimana-mana, masih berusaha konsisten di setiap platform menulis. Beberapa tulisan bisa di baca di ratnadhevi.blogspot.com yang lainnya berserak di akun-akun media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Harkitnas dalam Pandemi, Bangkit dalam Optimisme Normal Baru

21 Mei 2020   02:37 Diperbarui: 21 Mei 2020   03:26 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kebangkitan nasional yang jatuh setiap tanggal 20 Mei menjadi berbeda di tahun 2020 ini. Peringatan hari lahir organisasi pergerakan nasional Budi Utomo tahun ini tidak seramai tahun-tahun sebelumnya. Bahkan upacara peringatannya pun berlangsung virtual, tanpa adanya upacara-upacara lain di lapangan-lapangan provinsi, kabupaten, kantor pemerintah atau sekolah-sekolah.

Pandemi covid-19 tentu alasan utama keserba virtualan ini. Sudah hampir tiga bulan sejak pasien pertama covid-19 dilaporkan. Sejak saat itulah, Indonesia sudah tidak baik-baik saja. Dalam kesehatan, ekonomi, pun pendidikan.

Normal Baru

Bangkit dalam optimisme normal baru, tema harkitnas tahun ini. 

"Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2020 merupakan momentum bagi seluruh anak negeri untuk bersatu padu, bangkit, dalam optimisme normal baru atau new normal, yaitu membiasakan diri dengan cara dan pola hidup baru dan tetap produktif di tengah pandemi Covid-19." kata Menkominfo dalam amanatnya saat menjadi inspektur upacara virtual peringatan harkitnas kemarin.

Dalam pidato amanatnya, menkominfo juga mengajak masyarakat Indonesia untuk membiasakan diri dengan cara dan pola hidup baru, tetap produktif di tengah pandemi, terbiasa menerapkan protokol kesehatan, protokol transportasi, dan protokol lainnya serta perubahan standar bekerja, belajar, maupun aktivitas lainnya.

Normal baru, wacana pemerintah yang perlahan menjadi nyata. Protokol-protokol dari berbagai instansi terus dikeluarkan dalam rangka mempersiapkan normal baru. Sayangnya, wacana tersebut agaknya disambut masyarakat dengan tergesa-gesa hingga banyak abai terhadap protokol-protokol kesehatan yang sudah dicanangkan sejak pandemi ini semakin menggila. 

Polemik normal baru inipun membuat para tenaga kesehatan merasa terkhianati. Munculnya tagar #IndonesiaTerserah telah menjadi curahan hati kekecewaan nakes atas kebijakan pemerintah dan juga keabaian masyarakat. 

Protokol Kesehatan dalam Normal Baru

Wiku Adisasmita, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengatakan dalam Kompas.com bahwa normal baru adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. 

Ada 7 protokol kesehatan di era normal baru yang dikeluarkan kemenkes bersama gugus percepatan penanganan covid-19.

  1. Jaga kebersihan tangan
  2. Hindari menyentuh wajah
  3. Terapkan etika batuk dan bersin
  4. Pakai masker
  5. Jaga jarak
  6. Isolasi Mandiri
  7. Jaga kesehatan

Semua protokol kesehatan tersebut sebenarnya sudah tidak asing lagi. Tiga bulan belakangan ini, masyarakat Indonesia sudah terus menerus dihimbau untuk melaksanakannya. Edukasi protokol kesehatan juga sudah sangat masiv. Tentang pelaksanaannya di tingkat masyarakat dan individu, kita semua yang dapat menjawabnya. 

Sudah terlaksanakah semua protokol tersebut? Sudah terbiasakah kita? Atau masihkah kita merasa kebal?

Bagaimana dengan Pendidikan?

Tak kalah dengan kemenkes, kemdikbud pun mengeluarkan protokol pelaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) dalam masa darurat Covid-19 melalui surat edaran bernomor 15. 

Dalam lampiran yang berisi 3 bab tersebut, protokol belajar mengajar dituliskan dengan rinci untuk menyambut new normal. Mulai dari tujuan, prinsip, metode, media, panduan pelaksanaan hingga protokol normal baru untuk satuan pendidikan (sekolah) saat sudah buka kembali nanti.

SE Sesjen Kemdikbud No. 15 Tahun 2020 dapat diunduh di sini. (klik tulisan di sini untuk mengunduh)

PB PGRI sebagai Organisasi Profesi dan peran Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK), selalu siap mengawal guru dalam menghadapi normal baru. Pandemi ini memaksa guru untuk dapat terus beradaptasi dan mengakrabkan diri dengan teknologi. Pada bulan Mei ini, PB PGRI  bersama rumah perubahan dan Mahir Academy mengadakan webinar Guru Daring Milenial : Self Driving For Teacher yang diikuti oleh ribuan guru dari seluruh Indonesia. 

Selama tiga minggu para guru di godok kembali dengan materi-materi "menjadi guru" di era milenial ini. Terlepas dalam situasi pandemi ataupun tidak. Guru-guru ini dipaksa membuka mata untuk terus belajar dan terus menyesuaikan diri. Di sini pula, para guru dikobarkan kembali semangatnya untuk dapat terus membawa makna dan membawa perubahan untuk generasi penerus bangsa.

Wisuda virtual sebagai puncak acara webinar Guru Daring Milenial dilaksanakan bertepatan dengan hari kebangkitan nasional dan di awali dengan orasi ilmiah oleh Prof. Ace Suryadi., M.Sc., Ph.D. dari pusat kajian pendidikan nasional PB PGRI. Menurut Prof. Ace pandemi ini harus dijadikan sebagai momentum perbaikan mutu pendidikan. Pendidikan Literasi dan Numerasi untuk Peningkatan Lifelong Learning adalah tema yang disampaikan oleh Prof. Ace dalam orasi ilmiahnya.

Penggalakan pendidikan Literasi dan Numerasi dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Makarim di akhir tahun 2019 kemarin. Pendidikan Literasi dan Numerasi inipun tersurat dengan jelas dalam pedoman pelaksanaan BDR pada SE Sesjen Kemdikbud No. 15 tahun 2020 tadi. Siswa harus memiliki kemampuan membaca dan berhitung yang mumpuni. 

Kemampuan membaca disini adalah kemampuan mendapatkan informasi penting dalam setiap bacaan. Artinya memahami apa yang dibaca. Memahami konsep membaca.

Pun dengan kemampuan berhitung. Tentunya siswa harus memiliki kemampuan untuk dapat mengaplikasikan konsep berhitung. Kembali lagi, yang ditekankan disini adalah pengaplikasian konsep baik dalam perhitungan abstrak maupun nyata.

Menurut mas mentri, dua kemampuan ini merupakan kemampuan dasar yang dapat digunakan untuk belajar mata pelajaran apapun. Pertanyaannya, apakah para guru siap mengawal siswa  dan memberikan pelayanan terbaiknya?

Semoga hari kebangkitan nasional tahun 2020 ini menjadi momentum bangkitnya guru-guru Indonesia untuk semakin maju dan berkembang. Mampu menyesuaikan diri dalam situasi apapun, pun dalam situasi normal baru kelak.

Antusiasme para guru dalam belajar kembali menjadi guru ini, seharusnya memberikan nafas baru dalam dunia pendidikan di normal baru. Semangat para guru ini, tentunya menjadi harapan baru dunia pendidikan Indonesia. Dalam normal baru nanti, kita semua berharap pendidikan Indonesia mampu bangkit dan bersaing.

Indonesia boleh terserah, para guru tidak boleh terserah.

Kebangkitan guru semoga mampu membuat Indonesia di masa depan tak lagi terserah.

Salam pendidikan dan #salamliterasi

-dhe

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun