Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Rehat Sejenak, Benarkah Cuti Membantu Tingkatkan Produktivitas?

15 Oktober 2024   07:34 Diperbarui: 15 Oktober 2024   07:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekerja tanpa henti sudah menjadi kebiasaan banyak orang, rasanya begitu sulit lepas dari pekerjaan---bahkan saat di rumah atau saat seharusnya beristirahat, email dan notifikasi pekerjaan tetap berdatangan. Kondisi ini sering membuat kita berpikir bahwa semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk bekerja, semakin produktif hasilnya. 

Tapi benarkah bekerja tanpa rehat akan membuat kita lebih produktif? Ternyata tidak. Justru, rehat sejenak seperti mengambil cuti ternyata bisa berdampak positif bagi produktivitas dan kesehatan mental kita.

Mengapa work-life balance penting?

Work-life balance, atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, adalah hal yang sering dianggap sepele namun memiliki dampak besar. Ketika keseimbangan ini tercapai, kita tidak hanya akan lebih produktif di tempat kerja, tetapi juga lebih bahagia dalam kehidupan sehari-hari. 

Menurut American Psychological Association, keseimbangan yang baik dapat mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan pada akhirnya, meningkatkan kinerja di tempat kerja.

Namun, menjaga work-life balance di era digital bisa menjadi tantangan. Teknologi membuat kita selalu "terhubung" dengan pekerjaan, dan banyak orang sulit benar-benar memutus hubungan dari tugas-tugas kantor. 

Akibatnya, kita sering terjebak dalam kondisi "burnout," yakni kelelahan mental dan fisik akibat tekanan kerja yang berkepanjangan. Untuk mencegah burnout dan menjaga produktivitas, istirahat yang teratur sangatlah penting.

Manfaat cuti untuk produktivitas

Banyak orang merasa bersalah atau khawatir saat ingin mengambil cuti, seolah-olah pekerjaan akan tertinggal atau dianggap tidak serius dalam bekerja. Padahal, cuti bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan hidup dan performa kerja. 

Berdasarkan penelitian dari Harvard Business Review, karyawan yang mengambil cuti secara teratur justru menunjukkan peningkatan produktivitas dan lebih mampu menghadapi tantangan di tempat kerja.

Cuti memungkinkan tubuh dan pikiran kita untuk pulih dari tekanan sehari-hari. Saat kita terus bekerja tanpa istirahat, otak kita tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk melepaskan diri dari stres, sehingga produktivitas cenderung menurun. 

Sebaliknya, dengan istirahat yang cukup, kita akan lebih segar dan siap untuk menghadapi pekerjaan dengan pikiran yang jernih dan penuh kreativitas.

Penelitian menunjukkan bahwa cuti yang diambil secara rutin berkontribusi pada peningkatan kemampuan kognitif, seperti pemecahan masalah dan kreativitas. 

Otak yang diberi kesempatan untuk beristirahat dapat berfungsi lebih baik, terutama dalam situasi yang memerlukan pemikiran kritis dan inovasi.

Selain meningkatkan produktivitas, cuti juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental. Tekanan pekerjaan yang berkelanjutan dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, bahkan depresi. 

Berdasarkan penelitian, orang yang sering bekerja tanpa istirahat berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental.

Mengambil cuti memberi kita waktu untuk melepaskan diri dari rutinitas yang melelahkan dan memberikan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kita sukai. 

Aktivitas seperti berlibur, berkumpul dengan keluarga, atau sekadar istirahat di rumah dapat membantu menurunkan level stres dan memulihkan kesejahteraan mental kita. Kesehatan mental yang baik pada gilirannya akan berdampak positif pada kualitas pekerjaan dan interaksi sosial kita.

Cara memanfaatkan cuti dengan optimal

Kebanyakan orang mengambil cuti hanya untuk urusan mendadak atau acara keluarga, bukan untuk benar-benar menggunakan waktu tersebut untuk istirahat atau relaksasi dari rutinitas kerja.

Agar cuti memberikan dampak maksimal bagi produktivitas dan kesehatan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Putuskan sambungan dari pekerjaan. Saat cuti, hindari mengecek email atau pesan pekerjaan. Manfaatkan waktu untuk benar-benar "melepaskan diri" dari beban pekerjaan.

2. Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan relaks. Baik itu bepergian, menghabiskan waktu bersama keluarga, atau menekuni hobi, pastikan cuti digunakan untuk hal-hal yang dapat mengisi ulang energi fisik dan mental.

3. Rencanakan cuti secara berkala. Jangan menunggu sampai merasa benar-benar kelelahan baru mengambil cuti. Sebaiknya, jadwalkan cuti secara berkala untuk menjaga keseimbangan.

4. Jangan merasa bersalah mengambil cuti. Banyak orang merasa tidak enak hati atau khawatir dinilai kurang berdedikasi jika mengambil cuti. Padahal, cuti adalah hak yang harus dimanfaatkan untuk menjaga performa kerja jangka panjang.

5. Gunakan cuti untuk refleksi. Selain relaksasi, manfaatkan cuti untuk merenung dan mengevaluasi diri. Hal ini bisa membantu menyegarkan kembali tujuan dan motivasi bekerja.

Dengan memanfaatkan cuti secara optimal, kita dapat kembali bekerja dengan semangat baru, lebih fokus, dan siap menghadapi tantangan dengan lebih baik. Jadi, jangan ragu untuk memanfaatkan hak cuti kamu ya!

Karena rehat sejenak bisa menjadi kunci untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun