Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjalanan Mengembangkan Diri dengan Growth Mindset

5 Oktober 2024   12:29 Diperbarui: 5 Oktober 2024   12:45 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Dalam hidup, salah satu hal yang selalu menarik perhatian saya adalah kemampuan manusia untuk terus berkembang dan belajar. 

Sebuah konsep yang sangat berperan dalam proses ini adalah growth mindset, gagasan bahwa kecerdasan dan kemampuan kita tidaklah tetap, tetapi bisa terus ditingkatkan melalui usaha dan strategi yang tepat. 

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Carol Dweck, seorang profesor psikologi dari Stanford University. Ia membedakan antara fixed mindset, yaitu keyakinan bahwa kecerdasan kita tetap, dan growth mindset, yaitu keyakinan bahwa kita bisa mengembangkan kemampuan kita melalui usaha dan pembelajaran.

Konsep ini mengajarkan kita untuk tidak takut gagal, melainkan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang. 

Dalam lingkungan yang mendorong growth mindset, tantangan menjadi sesuatu yang harus dihadapi, bukan dihindari.

Cara saya mengenali dan mengembangkan growth mindset

Setelah resign, saya merasa telah melewatkan banyak hal dan tertinggal dalam berbagai aspek. Setelah tiga tahun menjalani peran sebagai ibu rumah tangga, saya mulai berpikir tentang mengenali dan mengembangkan potensi diri. 

Apakah saya akan terus fokus hanya pada pekerjaan rumah tangga tanpa belajar? 

Saya berpikir untuk lebih memahami bagaimana growth mindset bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun berada di rumah, saya tetap bisa terus berkembang dan, tentunya, menghasilkan uang juga.

Salah satu langkah yang saya ambil adalah mengikuti tes STIFIn, sebuah metode yang membantu mengidentifikasi tipe kecerdasan dan karakter pribadi. Tes ini memberikan wawasan tentang bagaimana otak kita bekerja dan apa yang menjadi keunggulan serta area yang bisa kita kembangkan lebih lanjut.

Hasil dari tes STIFIn menunjukkan bahwa saya memiliki tipe kecerdasan Thinking extrovert. Ini berarti saya cenderung berpikir analitis dan logis, serta suka berinteraksi dengan orang lain untuk berdiskusi dan bertukar pikiran.

Menyadari hal ini, saya memutuskan untuk mengasah kemampuan analitis saya dengan menulis di blog Kompasiana. 

Di sana, saya belajar dari Kompasianer yang sudah senior bagaimana artikel mereka bisa menjadi artikel pilihan dan artikel utama. 

Selain itu, saya mulai kembali membaca lebih banyak buku setelah lama tidak melakukannya, serta mengambil kursus online tentang akuntansi yang sudah pernah saya pelajari sebelumnya dan ilmu baru tentang copywriting.

Dengan memahami potensi diri melalui tes STIFIn, saya merasa lebih termotivasi untuk terus belajar dan berkembang. Saya lebih fokus pada aktivitas yang benar-benar mendukung pengembangan diri.

Menggabungkan hasil dari tes STIFIn dengan konsep growth mindset memberi saya pandangan yang lebih komprehensif tentang pengembangan diri. Ini membantu saya untuk lebih terbuka terhadap tantangan baru dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.

Sejalan dengan konsep growth mindset, Carol Dweck dalam bukunya "Mindset: The New Psychology of Success" menekankan pentingnya usaha dan ketekunan. 

Dia menyebutkan bahwa orang dengan growth mindset melihat usaha sebagai jalan menuju keahlian. Mereka memahami bahwa setiap kegagalan adalah kesempatan untuk belajar dan bahwa kemampuan bisa ditingkatkan dengan kerja keras dan strategi yang tepat.

Selain itu, growth mindset juga memainkan peran penting dalam kesehatan mental. Ketika kita percaya bahwa kemampuan kita bisa berkembang, kita cenderung memiliki pandangan yang lebih positif tentang diri kita sendiri dan masa depan kita. 

Ini membantu kita untuk lebih resilient terhadap tekanan dan stres. Penelitian  juga menunjukkan bahwa memiliki growth mindset bisa mengurangi risiko depresi dan kecemasan, karena kita lebih mampu melihat situasi sulit sebagai kesempatan untuk belajar daripada sebagai ancaman.

Pengalaman saya dengan tes STIFIn memperkuat keyakinan saya dalam konsep growth mindset, saya belajar bahwa kunci untuk terus maju bukanlah keahlian bawaan, tetapi usaha dan keinginan untuk terus belajar.

Mengembangkan growth mindset bukanlah hal yang terjadi dalam semalam. Ini adalah proses yang memerlukan waktu dan ketekunan. Namun, dengan terus berusaha dan belajar, kita bisa mencapai potensi penuh kita. 

Tes STIFIn hanya salah satu alat yang bisa membantu kita memahami diri lebih baik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan growth mindset, kita bisa meraih hal-hal besar dalam hidup, kita menjadi lebih percaya diri dan mampu menghadapi tantangan dengan sikap positif. 

Terima kasih supporter utama suami, keluarga, dan orang terdekat. 

Dan juga untuk Kompasiana sebagai media saya untuk terus belajar dan berkembang. 

Selamat 16 tahun Kompasiana. Jaya selalu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun