Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - mengurus rumah tangga

Seorang Thinking extrovert yang senang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jadi Generasi Muda, antara Mimpi Sukses dan Jerat Hustle Culture

3 September 2024   06:06 Diperbarui: 3 September 2024   06:26 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: unsplash.com/Andreas Klassen

Jadi Generasi Muda, antara Mimpi Sukses dan Jerat Hustle Culture 

Zaman sekarang, istilah hustle culture sudah tak asing lagi di telinga. Budaya kerja keras tanpa henti ini seakan menjadi mantra bagi generasi muda yang berambisi meraih kesuksesan.

Siapa sih yang enggak pengen sukses? 

Tapi, dalam mengejar mimpi, kita seringkali terjebak dalam arus hustle culture. Kerja terus-menerus, tidur sedikit, dan mengorbankan waktu untuk hal lain demi mencapai tujuan. 

Kedengarannya sih keren, tapi apakah kita sadar kalau gaya hidup seperti ini bisa membahayakan kesehatan mental kita?

Apa itu Hustle Culture?

Hustle culture adalah gaya hidup yang menomorsatukan kerja keras tanpa kenal lelah. Budaya ini mendorong individu untuk terus berproduksi, mengejar target, dan mengorbankan waktu istirahat demi mencapai tujuan. 

Di era digital, dengan kemudahan akses informasi dan persaingan yang semakin ketat, hustle culture semakin subur.

Ilustrasi dampak hustle culture. Foto: unsplash.com/Sydney Sims
Ilustrasi dampak hustle culture. Foto: unsplash.com/Sydney Sims

Dampak Negatif bagi Kesehatan Mental

Burnout: Tekanan untuk selalu produktif dan mencapai target yang tidak realistis seringkali memicu kondisi burnout. 

Kelelahan kronis, perasaan sinis, dan penurunan kinerja adalah beberapa gejala umum burnout.

Stres Kronis: Hustle culture menciptakan lingkungan yang penuh tekanan, sehingga memicu stres kronis. Stres yang berkepanjangan dapat merusak kesehatan fisik dan mental.

Gangguan Tidur: Demi mengejar target, banyak orang yang rela mengurangi waktu tidur. Padahal, tidur yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

Masalah Kesehatan Mental Lainnya: Hustle culture juga dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi.

Faktor Penyebab

Tekanan Sosial Media: Platform media sosial menciptakan ilusi kesuksesan instan, mendorong individu untuk terus membandingkan diri dengan orang lain.

Persaingan Kerja: Persaingan yang semakin ketat di dunia kerja membuat generasi muda merasa harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Kultus Produktivitas: Produktivitas seringkali dianggap sebagai tolok ukur kesuksesan, sehingga individu merasa tertekan untuk terus menghasilkan.

Foto: unsplash.com/Lesly Juarez
Foto: unsplash.com/Lesly Juarez

Alternatif yang Lebih Sehat: Jalan Keluar dari Jerat Hustle Culture

Pentingnya Istirahat: Lebih dari Sekadar Tidur

Tidur yang cukup bukan hanya sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga merupakan fondasi kesehatan mental yang baik. 

Studi menunjukkan bahwa kurang tidur dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan kognitif. 

Selain tidur, meluangkan waktu untuk bersantai, seperti membaca buku atau berjalan-jalan di alam, juga dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan mood.

Mindfulness dan Meditasi: Senjata Rahasia Mengelola Stres

Praktik mindfulness dan meditasi telah terbukti efektif dalam mengurangi stres, meningkatkan kesadaran diri, dan meningkatkan kesejahteraan mental. 

Sebuah meta-analisis yang diterbitkan di Journal of Psychosomatic Research menunjukkan bahwa meditasi dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi.

Menetapkan Batasan: Jaga Keseimbangan Hidup

Menetapkan batas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi adalah kunci untuk menghindari burnout. 

Studi menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki work-life balance yang baik cenderung lebih produktif, kreatif, dan memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi.

Membangun Komunitas: Kekuatan Dukungan Sosial

Dukungan sosial dari keluarga dan teman dapat menjadi penyangga yang kuat dalam menghadapi tekanan hidup. 

Studi menunjukkan bahwa individu dengan jaringan sosial yang kuat cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik dan lebih tahan terhadap stres.

Rekomendasi Tambahan 

Olahraga Teratur: Olahraga tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres. 

Studi menunjukkan bahwa olahraga secara teratur dapat meningkatkan produksi endorfin, hormon yang memberikan perasaan senang.

Gizi Seimbang: Makanan yang sehat dan bergizi dapat memberikan energi yang dibutuhkan tubuh dan meningkatkan kesehatan mental. 

Studi menunjukkan bahwa diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat mengurangi risiko depresi.

Terapi: Jika sudah merasa kesulitan mengelola stres atau mengalami gejala gangguan mental, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. 

Terapi dapat menjadi alat yang efektif untuk mengatasi masalah kesehatan mental.

Hustle culture memang menawarkan motivasi untuk meraih kesuksesan, namun penting untuk diingat bahwa kesehatan mental juga sama pentingnya. 

Generasi muda perlu menemukan keseimbangan antara bekerja keras dan menjaga kesejahteraan diri. 

Dengan memahami dampak negatif hustle culture dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat, kita dapat meraih kesuksesan tanpa mengorbankan kesehatan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun