Mohon tunggu...
Choirunnisa
Choirunnisa Mohon Tunggu... Freelancer - mengurus rumah tangga

Thinking extrovert

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Segenggam Memori dalam Sepotong Es Goyang di Masa Kecil

6 Agustus 2024   09:22 Diperbarui: 6 Agustus 2024   09:34 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Es Goyang | sumber gambar: doyanresep.com

Es goyang, sebuah jajanan jalanan yang mengundang selera, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangan masa kecil banyak orang Indonesia. Dari gerobak sederhana yang berjejer di pinggir jalan hingga aroma manis yang menguar dari cetakan es, es goyang memiliki daya tarik yang khas. 

Es goyang, es krim tradisional yang buat memori melekat hingga dewasa. Es goyang lahir dari keterbatasan. Pada era 1970-an, es krim impor masih menjadi barang mewah yang sulit dijangkau oleh banyak orang. Untuk menyiasati hal ini, para pedagang kaki lima menciptakan alternatif yang lebih terjangkau: es krim "lolipop" yang dikenal sebagai es goyang. 

Setiap sore bapak penjual es goyang memangkal gerobak es nya di depan Masjid Al Abror dekat rumah. Gerobak dengan kombinasi warna coklat tua dan muda itu selalu ada di sana, menunggu para pembelinya.

Gaya busana bapak penjual es goyang yang rapih membuat dagangannya laris, setelan kemeja dan celana bahan panjang dan tidak lupa topi koboi hitam yang selalu dipakainya.

Proses pembuatannya dimulai dengan mencampurkan tepung kacang hijau dan tepung jagung sebagai dasar. Gula pasir ditambahkan untuk memberikan rasa manis. Adonan kemudian direbus dengan api kecil sambil terus diaduk. Setelah mencapai konsistensi yang tepat, adonan dimasukkan ke dalam cetakan di penangas es.

Es goyang dengan berbagai pilihan rasa seperti coklat, vanila, strawbery dengan di celup coklat cair dan diberi taburan kacang yag dihaluskan membuat memori rasa es goyang tersebut masih lekat diingatan hingga dewasa ini. Aroma harum es yang menguar dari gerobak, suara goyangan gerobak yang khas, dan kegembiraan saat mencicipi es yang lezat.

Selain itu marketing yang pintar dibuat bapak penjual es goyang, membuat anak-anak tidak hanya membeli sepotong saja bahkan bisa dua atau tiga. Marketing dengan memberikan es goyang gratis jika pembeli mendapat gagang es goyang yang sudah ditandai dengan spidol hitam.

Sensasi makan es goyang tidak hanya ketika es masuk ke dalam mulut saja, tetapi mulai dari memilih dengan adrenalin yang cukuo menegangkan, perhitungan, alias tebak-tebakan di mana letak es goyang yang gagangnya ada tanda hitamnya.

Potongan pertama yang digigit pastilah bagian atas di mana gagang paling ujung diberi tanda hitam, rasa penasaran tidak hanya ketika saya yang akan makan, tetapi melihat es goyang teman pun menjadi tontonan apakah hasilnya keburuntungan atau sebaliknya.

Segenggam memori masa kecil dalam sepotong es goyang, hingga saat ini saya belum menemukan es goyang dengan rasa, celupan coklat, dan taburan kacang yang dihaluskan sama seperti es goyang di masa kecil dulu.

Namun, sayangnya, jumlah penjual es goyang semakin berkurang seiring dengan modernisasi kota-kota. Meskipun begitu, es goyang tetap hidup dalam ingatan kita sebagai bagian dari warisan kuliner Indonesia yang unik dan menggoda.

Jadi, mari kita nikmati es goyang dengan cara yang sederhana: goyangkan gerobak, celupkan es ke dalam cokelat, dan biarkan kenangan masa kecil mengalir kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun