Mampukah Generasi Sandwich Mencapai Harmoni Keseimbangan Hidup antara Pekerjaan, Kehidupan Pribadi, dan Ibadah?Â
Generasi Sandwich
Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya atau sekarang ini bagi orang dewasa yang belum berkeluarga mereka menanggung biaya hidup adik-adiknya.
Berdasarkan hasil survei DataIndonesia.id, hampir separuh atau 46,3% generasi z di Indonesia menjadi generasi sandwich. Dari jumlah itu, 73,38% gen z yang menjadi generasi sandwich merasa bersalah jika tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebesar 10,07% dari 139 responden berusia 11-26 tahun di Indonesia yang tak memiliki banyak waktu luang karena menjadi generasi sandwich.
Karena beban hidup yang besar maka generasi sandwich ini tidak memperhatikan kehidupan pribadi termasuk ibadah di dalamnya. Hidupnya lebih banyak dihabiskan untuk bekerja sehingga generasi sandwich memiliki kesulitan dalam mencapai kehidupan yang seimbang atau work life balance.
Work Life Balance
Work life balance merupakan istilah yang sering digunakan oleh generasi milenial dan Z. Adanya keseimbangan antara urusan pribadi dengan pekerjaan akan meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan.
Penelitian terbaru menemukan bahwa, work life balance adalah sebuah siklus, bukan pencapaian.
Menurut Hudson, aspek-aspek dalam work life balance dalam kehidupannya antara lain keseimbangan waktu.
Bagi generasi sandwich untuk mencapai work life balance mungkin butuh upaya keras tetapi bukan berarti tidak bisa.
Jika ingin dimulai dari saat ini generasi sandwich mampu hidup harmoni dengan siklus yang seimbang.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai siklus hidup yang seimbang, yaitu:
1. Atur jadwal antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (termasuk ibadah di dalamnya)