Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Mantra Cinta

17 September 2023   11:11 Diperbarui: 17 September 2023   11:25 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nisa, perempuan yang aku persunting menjadi istri dua tahun lalu, kini tampak berbeda. Mulanya pernikahan kami sangat bahagia, setidaknya ada kebersamaan yang kami lakukan dengan berbincang dan bersenda gurau. Nisa selalu bersikap manja padaku dan aku suka.

Setelah Nisa melahirkan anak pertamanya, perubahan itu terlihat. Aku merasa dia lebih mudah emosi, aku hanya berpikir dia kelelahan saja karena mengurusi anak dan juga pekerjaan rumah sendirian.

Aku bahkan menawarkan asisten rumah tangga padanya, "Sayang, dibantu asisten rumah tangga aja, ya? Biar Mama nggak terlalu capek, mau?" tanyaku padanya saat malam tiba. Karena aku menjumpai dirinya sedang menangis.

Ingat betul, ketika aku masih di kantor siang tadi, istriku menelepon dan bercerita kalau dirinya hari ini habis memarahi Abi, panggilan anak kami yang baru berusia satu tahun. Hanya karena dia menyenggol mangkok yang berisi sayur dan isinya tumpah.

"Nggak usah, Mas. Aku masih sanggup kok, apalagi anak baru satu, Aku cuma butuh tidur aja sebentar." Istriku langsung berbaring di kasur bersama Abi yang sudah terlelap.

Nisa memang berubah. Aku jarang ditemani olehnya ketika malam tiba, sepulang kerja lebih sering mendapatinya sudah tertidur. Padahal jam di dinding baru menunjukkan pukul delapan malam. Mulanya aku memaklumi. Barangkali dia memang benar-benar lelah karena Abi sedang aktif-aktifnya.

Satu tahun inilah aku merasa Nisa benar-benar seperti orang lain bagiku, kami hidup bersama tetapi begitu asing. Aku selalu mengalah dan tidur sendiri, hanya sesekali saja jika aku ingin ditemani dengannya dia baru terbangun dan melayaniku. Selebihnya hanya layar televisi berukuran tiga puluh dua inch yang setia menemani malamku.

***
Pagi yang seperti biasanya, istriku sudah menyiapkan segala sesuatu untuk kami dengan sangat rapi. Meja makan sudah terisi oleh menu sarapan yang ringan untukku dan Abi. Baju-baju kotor sudah wangi tergantung di jemuran.

Hanya saja kami jadi kurang berkomunikasi, waktu sarapan tiba, aku hanya sendiri. Istriku sibuk menyuapi Abi, anak laki-laki yang kami beri nama Abizar Deksa, si super aktif, untuk makan mamahnya harus membuntuti kemanapun dia pergi.

Sampai di kantor aku jadi ikut merasa capek, padahal tidak ada yang aku kerjakan tadi di rumah. Hingga di jam istirahat kantor kejadian memilukan pun terjadi.

"Assalamualaikum, Pak Rio!" ucap salam di ujung ponsel terdengar asing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun