Pada tanggal 22-25 Juli 2023, kelompok Kuliah Kerja Lapangan Pendidikan Sosiologi UPI 2020 mengadakan sebuah kegiatan observasi dalam upaya menggali informasi terkait corak kehidupan, tantangan, dan realita sosial masyarakat di Ujung Kulon. Kegiatan KKL ini berlokasi di Kampung Paniis yang terletak di Desa Taman Jaya, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tidak dapat dipungkiri bahwa Kampung Paniis menawarkan keindahan alam berupa wisata pulau, wisata pantai yang luar biasa indah, wisata budaya berupa pertunjukan tari rengkong yang eksotis, serta didukung oleh kegiatan masyarakat sekitar yang menggantungkan mata pencahariannya di sektor pariwisata, konservasi terumbu karang, dan berprofesi sebagai pengrajin patung badak sebagai ciri khas yang ditonjolkan oleh Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Terlepas dari kekayaan potensi pariwisata yang dimiliki dan aktivitas masyarakat yang heterogen, Kampung paniis memiliki permasalahan yang sangat memprihatinkan terkait sulitnya akses jalan dan jembatan yang sulit dilalui oleh para wisatawan. Kelompok KKL kami menjadi saksi yang secara langsung melihat dan merasakan ketidaknyamanan akses jalan yang rusak ketika hendak berkunjung ke Desa Taman Jaya. Selain menyaksikan secara langsung, penuturan dari masyarakat Kampung Paniis juga mengindikasikan adanya keluhan terkait sulitnya akses jalan yang memadai. Melalui wawancara dengan salah seorang warga Kampung Paniis, ia menjelaskan bahwa permasalahan ini sudah berlangsung cukup lama tanpa adanya tindakan yang serius dalam menyelesaikannya. Hal ini menjadi sebuah kritik sosial yang patut diperhatikan oleh seluruh lapisan masyarakat Provinsi Banten, khususnya bagi pemegang kebijakan (pemerintah Provinsi Banten) dan warga Desa Taman Jaya sebagai pelaku pariwisata.
Kritik sosial ini dirasa penting untuk ditanggapi lebih lanjut oleh seluruh elemen masyarakat mengingat akses jalan merupakan salah satu daya dukung pariwisata yang primer. Dari sudut pandang sosiologi pariwisata, permasalahan sosial yang terjadi di Kampung Paniis dengan akses jalan yang buruk dapat bermuara kepada permasalahan sosial yang lebih luas seperti ketimpangan pembangunan. Ketika sebuah kampung memiliki potensi objek wisata alam yang menarik, aksesibilitas yang buruk dapat menjadi penghambat bagi pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Kondisi jalan yang tidak memadai dapat menciptakan ketimpangan pembangunan antara kampung Paniis dan daerah lain yang memiliki akses yang lebih baik.
Selain ketimpangan pembangunan, dampak pada penghidupan masyarakat lokal akibat kondisi akses jalan yang buruk dapat berdampak negatif pada mata pencaharian. Akses yang sulit bagi wisatawan dapat mengurangi jumlah pengunjung, sehingga pendapatan dan peluang pekerjaan bagi masyarakat setempat menjadi terbatas. Adapun analisis sosiologi pariwisata terkait dampak dari permasalahan ini dari sektor sosial dan budaya lokal akan berdampak terhadap minimnya interaksi dan integrasi dengan wisatawan dan dapat mengurangi kesempatan masyarakat lokal untuk berinteraksi dengan berbagai budaya dan gagasan, sehingga potensi kesempatan untuk pertukaran pengetahuan dan pemahaman berkurang.
Dalam menghadapi kritik-kritik di atas, pihak terkait, termasuk pemerintah dan pelaku pariwisata di Kampung Paniis, perlu bekerja sama untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya perbaikan akses jalan, pembangunan infrastruktur yang lebih baik, serta pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dan berwawasan budaya, dapat membantu mengatasi masalah sosial yang dihadapi kampung ini sambil tetap menjaga potensi alam dan keunikan budayanya untuk tujuan pembangunan yang berlekanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H