Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Buka Pantang, Wujud Toleransi di Pulau Enggano

18 Februari 2022   12:25 Diperbarui: 18 Februari 2022   17:37 1736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga dan perwakilan suku hadir buka pantang (dokpri)

"Mas ayo ikut acara buka pantang," ajak Pak Prian, orang asli Enggano dari suku Kaitora. 

Saya mengiyakan dan melajulah sepeda motor kami ke lokasi transmigran. Di bawah terpal warna-warni kami dipersilakan duduk. Saya bengong, karena acara menggunakan bahasa Enggano.

Pulau Enggano sebagai salah satu pulau terluar di Indonesia, berada di sisi barat daya Pulau Sumatera tepatnya di provinsi Bengkulu. 

Pulau ini unik, bukan hanya sebagai pulau samudra yang tidak pernah menyatu dengan pulau Sumatera, tetapi juga dengan budayanya.

Orang asli Pulau Enggano terdiri dari 5 suku, yakni Kaitora, Akauno, Kaahao, Kaharuba dan 1 suku Kaamay. 

Suku Kaamay disematkan bagi para pendatang, seperti dari suku Jawa, Bugis, Minang, Palembang, Batak dan lain sebagainya. 

Setelah ada upacara angkat suku atau masuk suku, maka seorang pendatang sah sebagai suku Kaamay. Menarik lagi, semua suku harus mengikuti aturan, termasuk Kaamay.

Masyarakat Enggano multi etnis, begitu juga ada 3 agama di Sana, yakni Islam, Kristen, dan Katolik. Salah satu wujud toleransi adalah adanya upacara buka pantang, di mana upacara ini dilakukan karena ada keluarga yang sedang berduka.

Jika ada orang Enggano dari salah satu suku meninggal dunia, akan ada pantang bagi suku lain. Pantang tersebut adalah tidak boleh mengadakan acara yang mengundang masa, seperti pesta, hajatan, atau acara keramaian lain. Pantang ini untuk menghormati keluarga yang sedang berduka.

Acara pantang ini berlangsung selama 7 hari atau lebih sesuai dengan kesepakatan. Setelah hari pantang selesai saatnya membuka pantang dengan upacara buka pantang. Upacara ini akan dihadiri oleh semua kepala suku dan anak suku beserta perwakilannya.

Salah sorang kepala suku menerima bendera simbol dibukanya pantang (dokpri)
Salah sorang kepala suku menerima bendera simbol dibukanya pantang (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun