Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lombok Menjual Potensi Lokal

7 Desember 2021   09:53 Diperbarui: 7 Desember 2021   17:25 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tamu adalah raja, dan tamu tersebut menginginkan Lombok seperti Bali 30 tahun yang lalu. Inilah salah satu kata kunci mengapa, turis asing mengalihkan destinasi wisatanya ke Lombok, karena tempat yang seharusnya mereka tuju sudah banyak mengalami perubahan. Mereka justru seolah berada di kampung mereka sendiri, sedangkan mereka meminta bukan itu, tetapi yang asli di situ.

Bukan Lagi Nomor Dua

Lombok di Nusa Tenggara Barat bisa dikatakan sebagai destinasi kedua setelah Pulau Dewata. Bali lebih moncer dengan segala yang ada dan jauh lebih lama terkenal dibanding pulau di sisi timurnya. Namun tidak ada yang keliru jika saat ini para pelancong ada yang berbondong-bondong menggeser menuju arah timur.

Saat Bali sudah mandiri, kini giliran Lombok menjadi salah satu andalan pemerintah dengan status wisata super prioritas. Lombok sedang disolek sedemikian rupa agar bisa menjadi magnet para pelancong domestik maupun mancanegara.

Lombok yang dulu hanya dikenal dengan suku Sasak dan Gunung Rinjani, kini menjadi raksasa wisata yang bangun dari tidurnya. Mirip dengan Samalas yang sebentar menjadi super volcano, siap meledakan diri dengan atraksi-atraksi wisatanya yang baru.

Lombok tidak lagi menjadi nomor dua, tetapi kini sudah mandiri dan siap menjadi tujuan utama para pelancong. Apa yang dulu tidak ada, sekarang sudah serba ada.

Saya teringat dahulu tahun 2003 saat pertama kali mendaki Gunung Rinjani. Hanya ada beberapa pendaki yang saya temui sepanjang jalur pendakian, kini harus mengisi daftar antrean.

Bersiap Menanti Tamu

Pertama kali menginjakkan kaki di Lombok, saya harus menempuh jalan darat selama 4 hari 3 malam. Bisa dibayangkan betapa lelahnya. Kini cukup 4 jam 30 menit, berangkat dari depan rumah dan sampai di Lombok International Airport. Jika dihitung-hitung dengan kurs saat ini, lebih murah naik pesawat.

Tidak berbeda jauh dengan saat harus menyebrang menuju Lombok yang harus estafet ke Pulau Bali, sekarang ada yang dari Jawa menuju Lombok melalui Surabaya.

Saya hanya geleng-geleng kepala, betapa pelancong saat ini sangat dimanjakan. Jika dulu harus berjam-jam di kapal, sekarang kurang dari 120 menit sudah sampai jika memilih kapal cepat. Iri sekali dengan saat ini.

Lombok yang dianugerahi bentang alam yang luar biasa adalah modal utama untuk menyambut para tetamu. Bagaimana tidak, dari dasar laut hingga puncak gunung semua bisa didatangi dan tersedia semua akses transportasi. Jika teringat saja seperti mau menangis, dulu berjam-jam menunggu angkutan umum, itu pun kalau lewat.

Menjual Potensi Lokal

Ada yang menarik yang disampaikan dalam konferensi Internasional yang bertajuk "Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism," yakni tentang potensi lokal yang ada di Lombok. Para pelancong berbisik, yang mereka cari adalah itu-potensi lokal.

Saya teringat, saat pertama kali ke Lombok saat makan di sebuah kedai hendak memesan air mineral. Saya menyebut salah satu merek dagang terkenal, tetapi sang empunya menyodorkan air mineral merek taman kerajaan di Lombok.

Sepintas saya melirik semua air mineral hanya satu merek. Jangan-jangan dalam dunia perdagangan, ini yang namanya praktik politik proteksi. Atas nama tanah air di Lombok saya sangat sepakat dimana mereka makan dan minum dari tanahnya. Lantas saya membawa satu botol buat oleh-oleh khas Lombok.

Lain cerita, saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bertanya pada Gubernur NTB Zulkieflimansyah, mengapa plecing kangkung Lombok sangat khas? Jawaban yang terlontar "saya juga heran, dulu pernah menanam Kangkung Lombok di Jawa-Yogyakarta, tapi rasanya berbeda".

Tanah Lombok memberikan citarasa pada sepucuk kangkung yang tidak bisa dirasa di tempat lain. Rasa inilah yang menjadi sumber penasaran calon-calon pelancong yang tidak bisa didapatkan di dunia maya atau toko virtual.

Ada pepatah mengatakan. Untuk mendapatkan pedang yang tajam, jangan mencari di pasar, tetapi pergilah ke pandai besi. Begitu juga untuk melihat potensi lokal, maka harus menelusuri Lombok sejengkal demi sejengkal.

Suatu saat saya penasaran dengan tenun lombok yang terkenal itu. Apa benar sedemikian istimewa. Datanglah saya di Desa Sade. Benar saja, saya melihat bagaimana kapas itu dipintal menjadi benang, kemudian diwarnai dengan pewarna alam.

Setelah itu, diikat dalam alat tenun dan satu persatu dirangkai menjadi selembar kain. Merinding saya melihat proses yang rumit, telaten, dan penuh citarasa seni. Baru selembar kain, padahal masyarakat di sana mengenakan semua.

Pengolahan ayam taliwang khas lombok (Dok.Pri)
Pengolahan ayam taliwang khas lombok (Dok.Pri)

Berbicara kuliner, tidak lengkap jika tidak mencari apa yang khas di sana. Menu lokal yang melegenda, ayam taliwang. Saya melihat dengan mata kepala sendiri dari proses ayam mulai dicabuti bulunya, dilumuri bumbu, dipanggang, disajikan sampai dicabuti daging dan tersisa tulangnya.

Saya yang sedari kecil tidak doyan cabai, kali ini harus merasakan lomboknya Lombok di ayam taliwang yang ditemani plecing kangkung. Ini yang dicari pelancong, bukan ayam bumbu tepung semata.

Kekayaan potensi lokal inilah yang dicari pelancong meskipun remeh temeh seperti hanya air mineral taman kerajaan, kangkung yang di-plecing, atau hanya seutas kain tenun. Jika berbicara potensi lokal, Lombok mungkin tidak akan habis dikupas dengan kata-kata di sini, tapi harus datang sendiri.

Olahraga Minat Khusus

Berbicara olahraga, NTB sepertinya hanya ada beberapa yang fenomenal sebut saja Muhammad Zohri, atau kiper Sampdoria saat ini Emil Audero Mulyadi. Jika berbicara olahraga mainstream, sangat susah menemukan di Lombok. Tetapi jika mencari olahraga antimainstream, di Lombok menjadi salah satu destinasinya.

Olahraga minat khusus, dimana tidak semua orang mau dan bisa melakukannya. Sebut saja Rinjani Trail 100K, yakni lari dari Senaru menuju Segara Anak dan kembali lagi ke Senaru. Jangankan berlari, berjalan setapak demi setapak pun banyak yang berpikir ribuan kali.  Tetapi bagi sebagian orang, mereka mau membayar mahal untuk mengikuti tantangan tersebut.

Dalam promosi Lombok sebagai destinasi wisata Super Prioritas, Sandiaga Uno sekelas Menteri turun langsung menjajal wisata minat khusus dengan membuat ajang mini triathlon. Berenang, bersepeda, dan berlari mampu dilakoni meski dalam simulasi.

Triathlon, tidak sembarang bisa dilakukan, karena harus memiliki perairan yang layak untuk berenang dan jalan raya untuk adu balap dan cepat. Lombok sudah ada.

Fish schooling daya tarik penyelam di Gili Meno Lombok (Dok. Pri)
Fish schooling daya tarik penyelam di Gili Meno Lombok (Dok. Pri)

Suatu saat saya ada kesempatan menyelam di Lombok, tepatnya di Meno Wall Point. Waktu penyelaman normal sekitar 30 menit, saya mencoba melambatkan gerakan saya untuk menghemat konsumsi udara dalam tangki selam.

Saya begitu kagum dengan pesona bawah air Lombok. Dalam hati, semoga tidak banyak orang yang menyelam agar keindahan ini tetap terjaga. Wonderful Indonesia!

Sebagai pungkasan, DSP Mandalika menjadi destinasi baru. Ada yang berkata, tiketnya mahal akan sangat susah mendatangkan wisatawan. Buktinya, pada perhelatan Superbike, berbondong-bondong pelancong ke sana. Hujan badai diterobos meskipun sudah bayar malah, dan semua tertebus lunas dengan pengalaman yang didapatkan. Lombok memang bikin kapok lombok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun