Kami hari ini hendak menyusuri salah satu gua terpanjang di Pulau Enggano. Ada yang mengatakan ini adalah gua Dopaam ada yang mengatakan gua CN. Nama gua ini didasarkan pada pintu masuknya, padalah begitu sampai di dalam gua banyak sekali lorong-lorong gua yang saling terhubung dan memiliki pintu masuk dan keluarnya sendiri-sendiri. Ada banyak gua di sekitar dusun Jangkar dan guat tersebut yang akan kami telusuri/caving.
Misi kami adalah ingin mengeplorasi gua sekaligus memetakan gua. Ekplorasi bertujuan untuk mencatat semuan informasi yang ada di dalam gua, sedangkan peta berfungsi bagi penelusur gua sebagai pemandunya. Selain itu kami ingin mengenalkan gua ini sebagai lokasi yang harus dijaga, karena dari gua ini kebutuhan air warga Enggano terpenuhi.
Kami segera bersiap. Perlengkapan yang kami kenakan adalah wear pack, helm, senter kepala, sepatu boat. Bekal yang kami bawa adalah makanan, minuman, senter dan batu baterey cadangan, obat-obatan. Untuk survey dan pemetaan kami menggunakan laser disto untuk mengukur jarak, kompas dan klini untuk mengukur sudut dan kemiring. Kamera dan buku catatan sebagai alat dokumentasi.
Mulut gua menjadi pintu masuk/entri dan kami mengukur sebagai titik nolnya. Memetakan gua sebenarnya tidak mudah. Cukup mengukur lebar lorong, mencatat apa saja di sekitarnta lalu membuat sketsanya. Panjang lorong diukur dengan menembakan laser disto pada obyek yang mudah dilihat dan kami menggunakan orang, sebab pancaran lampu kepala memudahkan kami dalam membidik.
Mengukur dan memetakan gua adalah tugas mas Andi, sedangkan saya mencatat dan mendokumentasikan fauna di dalam gua serta memotret bentuk-bentuk lorong gua.
Tidak mudah mendokumentasikan fauna gua karena harus mencari hewan-hewan gua ini bergerak dan bersembunyai dan kalau perlu harus menangkapnya. Setelah ditangkap, lalu diidentifikasi dan jika perlu diukur, atau jika tidak mengetahui bisa diambil sampel untuk dianalisis di laboratorium.
Diafragma adalah kekuatan lensa, maka dibutuhkan diafragma yang paling lebar, namun akan mengurangi sisi ruang tajam. Siasat perlu dilakukan dengan pemotretan low speed atau kecepatan rendah dalam membuka rana kamera. Saya biasa menghajar kamera dalam 10 - 30 detik bahkan hitungan menit dengan menggunakan mode bulb. Tidak lupa, selalu gunakan penyangga kaki tiga atau letakkan di atas batu agar stabil.
Amplipigi adalah serangga penghuni gua yang sudah beradaptasi dengan kegelapan abadi, begitu juga dengan jangkrik. Jangkrik di dalam gua memiliki antena yang panjangnya 8 kali dari panjang tubuhnya. Antena digunakan sebagai indera peraba, untuk menggantikan organ mata. Beberapa fauna gua yang saya temukan adalah; kepiting air tawar, udang air tawar, ular piton, dan kelelawar.
Gua penuh kristal, dan hanya orang berdedikasi saya kira yang diijikankan masuk ke sini. Gua yang rapuh menurut saya, sehingga kadang saya hanya berani memandang dari jauh. Saya takut jika saya berlebihan bisa menimbulkan kerusakan. Biarlah saya nikmati sudut-sudut istana kristal ini sambil berharap agar tetap abadi.