Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menyusuri Gua Terpanjang di Pulau Enggano

29 Mei 2019   12:44 Diperbarui: 29 Mei 2019   17:07 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami hari ini hendak menyusuri salah satu gua terpanjang di Pulau Enggano. Ada yang mengatakan ini adalah gua Dopaam ada yang mengatakan gua CN. Nama gua ini didasarkan pada pintu masuknya, padalah begitu sampai di dalam gua banyak sekali lorong-lorong gua yang saling terhubung dan memiliki pintu masuk dan keluarnya sendiri-sendiri. Ada banyak gua di sekitar dusun Jangkar dan guat tersebut yang akan kami telusuri/caving.

Misi kami adalah ingin mengeplorasi gua sekaligus memetakan gua. Ekplorasi bertujuan untuk mencatat semuan informasi yang ada di dalam gua, sedangkan peta berfungsi bagi penelusur gua sebagai pemandunya. Selain itu kami ingin mengenalkan gua ini sebagai lokasi yang harus dijaga, karena dari gua ini kebutuhan air warga Enggano terpenuhi.

Kami segera bersiap. Perlengkapan yang kami kenakan adalah wear pack, helm, senter kepala, sepatu boat. Bekal yang kami bawa adalah makanan, minuman, senter dan batu baterey cadangan, obat-obatan. Untuk survey dan pemetaan kami menggunakan laser disto untuk mengukur jarak, kompas dan klini untuk mengukur sudut dan kemiring. Kamera dan buku catatan sebagai alat dokumentasi.

Mulut Gua (dok.pri).
Mulut Gua (dok.pri).
Sebuah sungai kecil yang belum ada namanya kami susuri untuk menuju mulut gua. Sebuah pintu gerbang besar menjulang dan air masuk ke dalamnya, dan inilah mulut guanya. Sunyi, hanya gemericik air yang mengalir dan suara kepak kelelawar dan hanya itu. Arloji saya menunjuk pukul 10.00 dan pak Aji berkata "mari sebelum masuk kita berdoa terlebih dahulu".

Mulut gua menjadi pintu masuk/entri dan kami mengukur sebagai titik nolnya. Memetakan gua sebenarnya tidak mudah. Cukup mengukur lebar lorong, mencatat apa saja di sekitarnta lalu membuat sketsanya. Panjang lorong diukur dengan menembakan laser disto pada obyek yang mudah dilihat dan kami menggunakan orang, sebab pancaran lampu kepala memudahkan kami dalam membidik.

Mengukur dan memetakan gua adalah tugas mas Andi, sedangkan saya mencatat dan mendokumentasikan fauna di dalam gua serta memotret bentuk-bentuk lorong gua.

Tidak mudah mendokumentasikan fauna gua karena harus mencari hewan-hewan gua ini bergerak dan bersembunyai dan kalau perlu harus menangkapnya. Setelah ditangkap, lalu diidentifikasi dan jika perlu diukur, atau jika tidak mengetahui bisa diambil sampel untuk dianalisis di laboratorium.

Slow speed, teknik memotret dengan kecepatan rendah (dok.pri).
Slow speed, teknik memotret dengan kecepatan rendah (dok.pri).
Memotret di dalam gua juga bukan perkara yang mudah. Gua yang gelap total maka untuk memotretnya harus membutuhkan pencahayaan yang baik dan kuat. Senter dengan kekuatan diatas 1000 lumen sangat menolong dalam memotret di dalam gua. Selain cahaya, kekuatan kamera terutama di dalam ISO juga bisa dimanfaatkan yakni dengan menseting iso di atas 800 atau 1.600.

Diafragma adalah kekuatan lensa, maka dibutuhkan diafragma yang paling lebar, namun akan mengurangi sisi ruang tajam. Siasat perlu dilakukan dengan pemotretan low speed atau kecepatan rendah dalam membuka rana kamera. Saya biasa menghajar kamera dalam 10 - 30 detik bahkan hitungan menit dengan menggunakan mode bulb. Tidak lupa, selalu gunakan penyangga kaki tiga atau letakkan di atas batu agar stabil.

Ampipligi salah satu fauna gua (dok.pri).
Ampipligi salah satu fauna gua (dok.pri).
Saya berjalan semakin masuk di dalam gua. Semakin hening dan sepi, sesekali saya mematikan senter kepala untuk menikmati kegelapan abadi. "Amplipigi mas" seru mas Andi dan saya segera mengejarnya.

Amplipigi adalah serangga penghuni gua yang sudah beradaptasi dengan kegelapan abadi, begitu juga dengan jangkrik. Jangkrik di dalam gua memiliki antena yang panjangnya 8 kali dari panjang tubuhnya. Antena digunakan sebagai indera peraba, untuk menggantikan organ mata. Beberapa fauna gua yang saya temukan adalah; kepiting air tawar, udang air tawar, ular piton, dan kelelawar.

Ornamen gua (dok.pri).
Ornamen gua (dok.pri).
Ornamen-ornamen gua sangat cantik. Stalagtit yang menggantung, stalagmit yang runcing ke atas dan bila bertemu menjadi pilar. Ada juga stalagtit yang berbentuk pipet, ada juga yang berbentuk pipih yang jika diketuk bersuara merdu.

Gua penuh kristal, dan hanya orang berdedikasi saya kira yang diijikankan masuk ke sini. Gua yang rapuh menurut saya, sehingga kadang saya hanya berani memandang dari jauh. Saya takut jika saya berlebihan bisa menimbulkan kerusakan. Biarlah saya nikmati sudut-sudut istana kristal ini sambil berharap agar tetap abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun