Di antara rumpun bambu dan sela-sela pohon ketapang tercium aroma dupa yang semerbak. Hanya suara cenggeret dan lolongan anjing yang terdengar. Tempat yang sunyi dan sepi, dan pagi ini saya berada di antara pagoda dan vihara yang terpisah oleh sungai. Vihara Veluvana, begitu namanya.
Boyolali identik dengan kota susu dan salah satu kecamatan di sana adalah Ampel. Ampel sebuah kecamatan yang beriklim sejuk karena berada di ketinggian 600 - 900 m dpl dan terletak di sisi Timur gunung Merbabu. Ampel hanyalah sebuah kecamatan yang menjadi perlintasan jalan utama Semarang dan Solo.
Tidak ada yang istimewa di tempat ini, tetapi di tempat ini ada 2 hal yang istimewa menurut saya. Ampel menjadi tanah kelahiran seorang pahlawan nasional, dr. Soeharso. Siapa tidak mengenal dr. Soeharso yang namanya diabadikan menjadi rumah sakit ortopedi di Solo.
dr Soeharso
Sosok anak Kepala Desa yang harus berjuang menghidupi keluarganya selepas ayahnya wafat. Bersama ibunya yang menggantikan menjadi kepala desa, mereka berjuang menyambung hidup dengan menjual tembakau. Pendidikan adalah hal yang utama, sehingga Soeharso kecil disekolahkan bagaimana caranya.
Singkat cerita Soeharso sudah menjadi seorang dokter, kemudian membantu perjuangan melawan Belanda pada waktu itu. Dia mendirikan balai pengobatan untuk korban luka perang. Saat ini menjadi rumah sakit ortopedi di Solo.
Beranjak dari makam dr Soeharso saya menuju sebuah tempat yang tidak banyak diketahui orang. Ampel identik dengan umat Islam dan menjadi mayoritas, namun ada kesahajaan di tempat ini. Di lereng merbabu ini ada satu-satunya sekolah tinggi Agama Budha Smaratungga. Kali ini yang saya bahasa ada apa dibelakang sekolah itu.
Vihara Veluvana
Sebuah Vihara yang diberi nama Veluvana (Weluwana) berdiri di tepi sungai. Rimbun pohon bambu menambah asri tempat ini. Berjalan turun dari depan vihara terdapat jembatan yang melintang di jurang sungai.
Bangunan-bangunan kecil terlihat di tepian sungai. Nampak sepi dan sunyi. Kata rekan seperjalanan saya yang kebetulan mahasiswa di sekolah STABS, "pagi ini para Biku masih meditasi di sana", sembari menunjuk rumah kecil mirip cottage.
Di pagoda lantai 3 saya merenung, betapa damainya tempat ini manakala di tempat lain tempat ibadah menjadi masalah. Di tempat sedamai dan setenang ini memang menjadi tempat permenungan. Ah luar biasa Indonesia dan tidak terasa suara panggilan ibadah sholat Zuhur sudah dikumandangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H