Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gua Celau Petak Jalan Pintas Antardesa

5 Desember 2018   16:45 Diperbarui: 5 Desember 2018   21:42 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya teringat klub sepak bola Wild Boars asal Thailand. 12 pemain dan seorang pelatih terjebak selama 17 hari di dalam gua, gegara terperangkap banjir. Sesaat sebelum memasuki gua saya melihat langit nampak mendung dan membayangkan panjang lorong gua sejauh 1,67 km. Celau Petak, begitu nama gua yang akan saya masuki dan merupakan yang terpanjang di Kars Bukit Bulan-Jambi.

Menuju Celau Petak

Berjalan menyusuri jalan setapak. Di kanan dan kiri yang terlihat hamparan sawah yang menghijau. Jauh di sana beberapa bukit gamping beridiri dengan kokoh berbalutkan hutan rimba dengan kanopi yang lebat. Suara primata bersahut-sahutan menjadi perpaduan musik alam. Saya berjalan paling belakang sembari mengekor pemandu gua yang berasal dari penduduk sekitar.

Bukit Celau Petak (dok.pri).
Bukit Celau Petak (dok.pri).
Hampir 1 jam kami berjalan dari Dusun Dalam, Desa Melingtang di Sarolangun Jambi. Tujuan kami kali ini adalah menyambangi sebuah gua yang berada di Celau Petak atau bukit peta, dan nama gua juga memiliki nama yang sama. Gua Celau Petak, demikian nama gua yang terpanjang di Kars Bukit Bulan.

Jalur Penghubung 2 Desa

Sampai saat ini, Gua Celau Petak masih digunakan sebagai jalur tradisional untuk menuju dan dari Dusun dalam dan Desa Sungai Baduri. Jalan penghubung menuju desa tersebut sejauh hampir 3 km, dengan mengelilingi bukit. Dengan menerobos celah bukit dengan melewati lorong gua hanya sejauh 1,67 km. Sampai saat ini lorong gua masih sering dilewati untuk menjadi penghubung 2 desa.

Dengan mengenakan senter kepala saya mengikuti langkah kaki Pak Irawan yang menjadi pemandu saya. Begitu mengenalnya jalan ini, pak Irawan berjalan begitu lugasnya, sedangkan kaki saya masih tergagap-gapak, kadang kepleset kadang tersandung.

Aliran sungai kecil dalam gua (dok.pri)
Aliran sungai kecil dalam gua (dok.pri)
Sungai kecil melintas tepat di tengah-tengah lorong gua. Bersiap untuk membasahi sepatu, kecuali mengenakan sepatu boot. Dalam zona gelap abadi, nampak gemuruh kepak sayap kelelawar yang terusik dengan kehadiran kami, terlebih cahaya dari senter kepala. Jika kita sedang sial, makan bersiap menerima kado dari mamalia terbang ini yang sedang membuang goanonya.

30 menit kami berjalan, sampailah di sebuah lorong besar dan tinggi/chamber. Lorong tersebut terdapat sebuat lubang kecil mengarah ke luar. Di titik inilah terdapat penanda batas desa. Jauh di belakang adalah Desa Napal melintang, sedang di depan sana adalah Desa Sungai Beduri. Tidak ada aneh jika lorong penghubung kedua desa ini terdapat pal batas desa.

Pintu keluar di Desa Sungai Baduri (dok.pri).
Pintu keluar di Desa Sungai Baduri (dok.pri).
Di depan napak cahaya remang-remang menjadi pertanda pintu keluar gua sudah dekat. 1,67 jalan desa sudah saya lalui dan kini sudah sampai di mulut gua di Desa Sungai Baduri. Pintu gua yang jauh lebih bagus, kerena sudah dibuat bangunan permanen, namun tidak terawat. Timbunan seresah memenuhi permukaan lantai menjadi kesan jika tempat ini jarang dikunjungi.

Akses yang sulit dan tiada sarana prasarana yang memadai menjadi alasan mengapa tempat ini tidak pernah disambangi. Potensi wisata, terlebih wisata minat kusus yang sebenarnya menjanjikan. Namun tiadanya faktor pendukung menjadikan tempat yang menarik ini nyaris tidak memiliki daya tarik, terlebih nilai ekonomis.

Salah satu ornamen gua Celau Petak (dok.pri).
Salah satu ornamen gua Celau Petak (dok.pri).
Saya harus kembali lagi  masuk gua untuk kembali ke Dusun Dalam. Dalam benak ini, sangat disayangkan potensi alam ini jika tidak dimaksimalkan. Ah yang pasti, hari ini hujan tak kunjung datang dan saya dan teman-teman tidak menjadi bahan berita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun