Saya teringat klub sepak bola Wild Boars asal Thailand. 12 pemain dan seorang pelatih terjebak selama 17 hari di dalam gua, gegara terperangkap banjir. Sesaat sebelum memasuki gua saya melihat langit nampak mendung dan membayangkan panjang lorong gua sejauh 1,67 km. Celau Petak, begitu nama gua yang akan saya masuki dan merupakan yang terpanjang di Kars Bukit Bulan-Jambi.
Menuju Celau Petak
Berjalan menyusuri jalan setapak. Di kanan dan kiri yang terlihat hamparan sawah yang menghijau. Jauh di sana beberapa bukit gamping beridiri dengan kokoh berbalutkan hutan rimba dengan kanopi yang lebat. Suara primata bersahut-sahutan menjadi perpaduan musik alam. Saya berjalan paling belakang sembari mengekor pemandu gua yang berasal dari penduduk sekitar.
Jalur Penghubung 2 Desa
Sampai saat ini, Gua Celau Petak masih digunakan sebagai jalur tradisional untuk menuju dan dari Dusun dalam dan Desa Sungai Baduri. Jalan penghubung menuju desa tersebut sejauh hampir 3 km, dengan mengelilingi bukit. Dengan menerobos celah bukit dengan melewati lorong gua hanya sejauh 1,67 km. Sampai saat ini lorong gua masih sering dilewati untuk menjadi penghubung 2 desa.
Dengan mengenakan senter kepala saya mengikuti langkah kaki Pak Irawan yang menjadi pemandu saya. Begitu mengenalnya jalan ini, pak Irawan berjalan begitu lugasnya, sedangkan kaki saya masih tergagap-gapak, kadang kepleset kadang tersandung.
30 menit kami berjalan, sampailah di sebuah lorong besar dan tinggi/chamber. Lorong tersebut terdapat sebuat lubang kecil mengarah ke luar. Di titik inilah terdapat penanda batas desa. Jauh di belakang adalah Desa Napal melintang, sedang di depan sana adalah Desa Sungai Beduri. Tidak ada aneh jika lorong penghubung kedua desa ini terdapat pal batas desa.
Akses yang sulit dan tiada sarana prasarana yang memadai menjadi alasan mengapa tempat ini tidak pernah disambangi. Potensi wisata, terlebih wisata minat kusus yang sebenarnya menjanjikan. Namun tiadanya faktor pendukung menjadikan tempat yang menarik ini nyaris tidak memiliki daya tarik, terlebih nilai ekonomis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H