Beberapa kali tangan ini harus merayap di dinding gua dan seketika itu guano/tahi kelelawar menempel di telapak tangan. Rasa jijik sirna saat itu, mungkin hanya pantat celana yang menjadi lap.Â
Akhirnya perjalana berakhir di sebuah lorong besar yang penuh dengan jangkrik gua. Jangkrik yang panjang antenanya luar biasa adalah organisme gua yang hidup di kegelapan abadi. Di titik ini kami berhenti sembari melihat monster kecil berkaki panjang.
Hampir 1 jam lebih kami berada di dalam lorong gua. Saatnya kami kembali ke permukaan. Penderitaan harus kami jalani kembali, yakni naik vertikal 12 meter ke mulut gua. Kali ini, memanjat jauh lebih mudah dari pada turun. Dan kami bertiga sampai dengan selamat di mulut gua. Sembari kami menikmati santap siang, dia kembali membuat kami emosi. "Saya terakhir ke gua ini 15 tahun yang lalu dan agak lupa jalan-jalannya, untung tadi kita selamat ya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H