Pagi itu Marco, peselancar asal Maroko sudah menari-nari di atas gulungan ombal laut selatan. Sementara itu, peselancar cilik dari Pacitan menemani tamunya menuju ujung timur pantai Pancer sembara membawa papan selancarnya.Â
Mereka berdua pagi ini akan menerobos dan menjinakan ombak di Teluk Pacitan. Suasana pagi dimana mentari masih hangatnya bersinar di Pancer Door-Pacitan.
Keindahan Pancer Door
Pagi ini saya menelusuri pantai Pancer Door yang ada di pacitan. Saya berjalan dari Muara Sungai Grindulu. Saya tertarik dengan 2 warga lokal yang sedang mengadu peruntungan. Berkali-kali jala ditebarkan, hanya air yang tertangkap dan selepas itu terlepas saat jala dinaikan.Â
Senyuman mereka tersungging manakala memerlihatkan ikan-ikan yang sedang bernasib sial pagi ini. "Lumayan buat lauk sarapan" katanya sembari terkekeh lalu berpamitan pulang, karena takut kesiangan.
Bahkan even-even selancar kelas dunia juga pernah diadakan di tempat ini. Tidak salah jika tempat ini saat pagi banyak orang-orang asing yang hendak bermain-main dengan ombak.
Pagi pun berlalu seiring meningginya Sang Surya dengan sinarnya yang mulai memanas. Saya berteduh di bawah pohon ketapang yang cukup rimbun. Terdengar riuh anak-anak yang sedang memainkan kuas di atas kain berwarna putih. Mereka sedang melukis fauna-fauna laut sesuai dengan imajinasi yang ada di kepala mereka.
Tindakan ini setidaknya sudah bisa mengurangi penggunaan plastik, yang jika nanti tidak ditangani dengan benar akan berdampak buruk bnagi lingkungan.
Baru saja usai melihat anak-anak memainkan kuasnya tetiba ada panggilan dari pengeras suara. "Para pengunjung pantai pancer dimohon untuk berkumpul di dekat tiang bendera. Sore ini kita akan mengadakan acara ngabekti bumi pancer. Kita akan berdoa bersama-sama untuk laut kita, pantai kita, dan keselamatan kita semua. Selesai berdoa kita akan melakukan aksi memunguti sampah yang berserakan di pantai".
Usai memberi hormat kepada Sang Saka Merah Putih, lalu mereka sujud berdoa. Sejenak suasana pantai menjadi hening dan lantunan doa dipanjatkan. Begitu doa dinyatakan selesai, mereka bergerak ke segala penjuru untuk mencari benda yang bernama "sampah". Mereka tak ragu mengambil berbagai jenis sampah yang berserakan di pantai Pancer Door.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H