Warna airnya yang hijau tosca, alirannya tenang, dan tepian kanan kiri yang menghijau mengingatkan saya pada sungai Loboc di Bohol-Filipina.
Berbeda dengan sungai Loboc yang sudah ditata dengan baik dan menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal dengan restoran terapungnya. Sungai ini bernama Grindulu yang berhulu di Gunung Gembes dan berhilir di Teluk Pacitan. Belum tersentuh, itu kesan saya.
Di dalamnya ada beberapa ikan hasil penjalaanya dan salah satunya ikan kerapu. "Ikan di sini banyak yang berkurang, karena dari atas sana sudah banyak yang memasang jaring membentang sungai" keluhnya. Namun dia menganggap menjala sebagai hiburan untuk mencari peruntungan. Jika hanya untuk lauk, sudah lebih dari cukup-imbuhnya.
Mimik-mikik nelayan yang saya sapa menunjukan ekspresi yang berbeda, entah apakah ada hubungannya dengan peruntung melautnta, entahlah.
Dari kejauhan tetiba saya di panggil Mas Budi. Dia sambil duduk bersimpuh di padle board dia mendayung menuju tepian Grindulu. Lalu dia menyerahkan dayung kepada saya untuk mencoba berperahu di sungai.
Memori saya kembali semasa kecil saat tinggal di Kalimantan. Bukan perkara yang susah jika mendayung sampan sembari berdiri. Namun, memorik keseimbangan di kaki tak sekuat yang ada di otak. Alhasil berkali-kali terguling juga.
Muara grindulu dengan lintasan yang panjang, dan konon bisa masuk ke area kampung nelayan. Mungkin bagi beberapa orang adalah hal yang biasa, tapi bagi sebagian orang adalah pengalaman yang tak terduga.