Tahun 2006, saat itu saya menjadi relawan bencana gempa di Yogyakarta. Salah satu permasalahan saat itu adalah ketiadaan air bersih. Datanglah bantuan dari Jerman tentang alat pemurnian air yang nantinya air bisa langsung dikonsumsi. Air sungai yang keruh disedot lalu dimasukan dalam alat dan keluarlah air yang jernih. Namun, masyarakat memilih air sumur lalu merebusnya, sedangkan air hasil purifikasi dibuat hanya untuk cuci tangan hingga urusan MCK.
Sudut pandang masyarakat kita tentang air minum adalah air yang harus direbuh hingga mendidih. Apa pun airnya harus direbus, setelah mendidih baru boleh dikonsumsi. Bahkan mengonsumsi air setengah matang juga menjadi pantangan karena takut "anyang-anyangan"/beser. Lebih parah lagi, air minum dalam kemasan juga harus direbus dahulu baru diminum. Sebuah ketaatan pada asas kesehatan, bagaimana harus memerlakukan air agar dikonsumsi.
Di negara maju, kebiasaan mengonsumsi air tidak lagi harus merebus terlebih dahulu. Air-air yang didistribusikan ke rumah tangga sudah mendapatkan perlakuan khusus sehingga bisa langsung diminum. Cukup meminum air langsung dari keran tanpa harus bersusah payah merebusnya.
Di Indonesia sepertinya belum ada yang kota yang menyediakan air siap minum yang disalurkan melalui pipa-pipa ke rumah-rumah warga. Jangankan mengolah air siap minum, mengolah air hingga memenuhi baku mutu air yang baik acapkali masih menjadi kendala. Namun, di beberapa tempat umum seperti bandara, taman kota, mal sudah menyediakan keran air siap minum. Namun apakah masyarakat yakin?
Tidak mudah meyakinkan masyarakat jika air siap minum itu benar-benar bisa diminum dan aman. Mereka masih percaya dengan ceret dan air yang harus dididihkan terlebih dahulu. Perkembangan teknologi telah menciptakan alat yang mampu meningkatkan kualitas air menjadi lebih baik sehingga bisa dan aman dikonsumsi langsung.
Pengolahan Air Siap Minum
Menjadi ketakutan masyarakat adalah efek samping dari air yakni keracunan atau sakit perut/diare. Efek tersebut disebabkan oleh polutan baik secara fisik, kimia, dan biologi. Secara fisik air bisa membawa partikel-partikel seperti kapur dan logam berat yang bisa mengakibatkan gangguan kesehatan terutama ginjal. Dari sisi kimia, air bisa berpengaruh pada tingkat kesadahan dan keasamannya. Dari sisi biologis adalah ketakutan adanya mikroorganisme patogen yang mengakibatkan penyakit.
Penyaring ini berfungsi untuk menyaring partikel-partikel padat sehingga air menjadi jernih. Selanjutnya air akan dinetralisir dalam air penukar ion untuk menghilangkan kesadahan akibat adanya kalsium dan logam berat. Berikutnya adalah penyaring berukuran mikron yang berfungsi untuk menyaring mikroorganisme berukuran mikron.Â
Bakteri rerata memiliki ukuran1-0,5 mikron, sedangkan penyaring yang digunakan berukuran 0,5-0,01 mikron. Jika ada bakteri yang lolos makan akan dihajar dengan menggunakan sinar ultra ungu yang mampu memutasi DNA bakteri dan bisa membunuhnya.