Aroma belerang begitu menyengat menusuk hidung dan membuat mata pedih. Peluh keringat mengucur deras disertai air mata begitu melihat gulungan-gulungan kain dicelupkan dalam panci dengan air berwarna pekat. Saya teringat kegiatan ini saat jaman kuliah dulu, dimana saat ingin memoles celana jeans yang sudah kusam agar terlihat baru dengan menggunakan naptol atau wenter. Namun yang saya lihat saat ini adalah senin membuat motif kain, bukan sekedar mewarnai kain. Batik sasirangan akan menjadi kisah dalam perjalanan ini.
Pengetahuan saya yang dangkal tentang seni merajah selembar kain membuat saya terkesima saat mengunjungi Kabupaten Tabalong di Kalimantan Selatan. Batik yang saya satu, batik tulis/lukis atau batik cap. Baru kali ini saya melihat sebuah teknik membatik dengan cara diikat, sehingga disebutlah batik ikat.
Kain dasar berwarna putih yang digunakan untuk menggambar pola dengan cetakan (dok.pri).
Batik sasirangan adalah salah satu jenis batik yang menggunakan teknik pembuatan motif dengan cara diikat lalu diwarnai dengan pencelupan. Batik yang menjadi penciri Kalimantan Selatan ini sangat menarik. Berbeda dengan batik tulis yang selalu memiliki motif pakem, begitu juga dengan batik cap yang selalu presisi dalam motifnya. Batik sasirangan juga memiliki motif yang sudah menjadi pakem, tetapi tingkat presisinya tergantung teknik dalam mengikat pola gambarnya.
Kain yang sudah dipola lalu dijahit jelujur kemudian diikat, beberapa sisi ada yang ditutup dengan plastik dan siap untuk diwarnai (dok.pri)
Selembar kain putih awalnya akan digambar dengan menggunakan mal atau cetakan yang sudah dibuat dalam selembar karton tebal. Dengan pensil kain tersebut akan digambar motif-motof khas Banjar. Motif yang sudah jadi kemudian akan diikat sekuat mungkin. Tujuan pengikatan ini agar pewarna kain tidak masuk dalam garis pola. Untuk memermudah pengikatan, kain juga akan dijahit jelujur. Yang terpenting dalam batik ikat ini adalah kekuatan dan presisi dalam mengikat untuk melindungi pola-pola motif yang tidak ingin diwarnai.
Saat ini pewarna yang digunakan adalah jenis pewarna sintetis. Pewarna ini dibuat dalam industri warna untuk tekstil. Dahulu pewarna alami digunakan, tetapi ketidaktersediaan bahan baku pewarna, tingkat kepraktisan, tuntutan konsumen, hitungan ekonomi dan tingkat kesulitan menjadi alasan mengapa memilih pewaran sintetis.
Pencelupan dalam pewarna bertujuan untuk memberikan warna pada kain. Pencelupan ini dilakukan beberapa kali dengan warna yang berbeda untuk mendapatkan motif batik yang diinginkan (dok.pri).
Dalam pewarnaan, kain ikat akan dicelup kedalam beberapa pewarna secara bergantian. Teknik pewarnaan ini terdiri dari beberapa tahap, jadi dibutuhkan perencanan yang matang. Saya teringat akan manipulasi foto dengan cara menggabungkan beberapa gambar menjadi satu lapisan gambar dimana gambar mana yang menjadi dasar dan gambar warna yang menjadi pengisi. Proses pembuatan batik sasirangan juga demikian yakni harus ada uratan pewarnaan.
Monumen tanjung puri atau tugu obor sebagai landmark kabupaten Tabalong menjadi motif dalam batik sasirangan (dok.pri).
Batik sasirangan saat ini menjadi identitas kalimantas Selatan dan banyak digemari. Pola-pola yang unik dan tidak lazim acapkali menjadi tambahan nilai seninya. Yang menurut saya, batik sasirangan mirip dengan batik tulis tanpa canting tetapi dengan benang jelujur dan tali ikat. Batik ini dibuat dengan sentuhan tangan, dikerjakan secara manual dan belum tentu motif akan selalu presisi sama.
Sasirangan tak sekedar sirang yang artinya jelujur, tetapi ada makna yang dalam dibalik setiap ikatan talinya. Dahulu, kain sasirangan dipakai untuk pengobatan, selain sebagai penutup tubuh untuk perlengkapan upacara adat. Â Saat ini sasirangan menjadi identitas kota dan kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya