Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Asa Porter di Ancala Rinjani

19 Mei 2017   08:35 Diperbarui: 19 Mei 2017   10:27 1554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Swafoto 12 tahun yang lalu saat RInjani masih sepi (dok.pri).

Dari sela buff dan kerah kausnya terlihat luka kulit mengelupas di pundak sisi kanannya. Luka yang menjadi tanda betapa kerasnya  perjalanan untuk mengubah nasib di lereng istanan dewi Anjani. Fendi, pemuda berusia 25 tahun, kesehariannya menjadi porter/pengangkut barang-barang pendaki yang membutuhkan jasanya. Dia bersama ayah dan pamannya menjadi andalan pendaki yang ingin menapaki puncak Rinjani. Kini sekitar 200 porter mengadu nasib di punggung Rinjani, tak sekedar membantu pendaki,  tetapi ada pundi-pundi rupiah yang menjadi rejeki.

Pagi ini, halimun masih menyelimuti Desa Sembalun di lereng tenggara Gunung Rinjani. Puncak Pegasingan nampak membentengi desa ini dengan punggungnya yang kokoh. Sebuah desa diatas ketinggian sekitar 1.200 m dpl terasa menusuk tulang pagi ini dengan hawa dinginnya. Sebuah desa yang mengingatkan pendakian dimana gunung ini masih sepi dan tidak seperti saat ini.

Pagi di Desa Sembalun lereng Gunung RInjani (dok.pri).
Pagi di Desa Sembalun lereng Gunung RInjani (dok.pri).
Saya teringat 12 tahun yang lalu saat sendirian mendaki Rinjani via sembalun. Ransel berkapasitas 120 liter, 1 tas kecil melekat di pundak saya. Entah berapa berat beban yang saya pikul, yang pasti hampir 5 hari saya melangkah menapak menuju puncak rinjan. segara anak, dan turun kembali ke Senaru. 1 tahun yang lalu saya mencoba napak tilas perjalanan masa lalu, dan banyak yang berubah.

Ransel ukuran ukuran besar hanya ada dibeberapa pundak pendaki, sisanya banyak yang menempel di punggung penduduk lokal. Dahulu jarang sekali ada yang memakai jasa porter, bukannya tidak ada namun belum lazim. Bagi saya, selain tidak lazim juga belum mampu membayar untuk sekelas dompet mahasiswa.

Swafoto 12 tahun yang lalu saat RInjani masih sepi (dok.pri).
Swafoto 12 tahun yang lalu saat RInjani masih sepi (dok.pri).
Saat ini porter menjadi salah satu kunci keberhasilan pendaki, karena bisa mengurangi beban pendakian. Porter tak semata-mata menjadi pengangkut ransel dan perlenglapan pendakian, tetapi bisa menjadi penunjuk jalan, juru masak, mengambil air, bahkan memberi tawaran menginap di rumahnya.

Porter menjadi pekerjaan yang baru. Dahulu warga Sembalun menggantungkan hidupnya pada pertanian. Pernah mendapat cap sebagai penghasil bawang di NTB karena pertaniannya yang produktif. Saat ini pertanian tak semeriah dahulu, seban sudah bergeser ke bisnis pendakian.

Anak-anak juga dilibatkan orang tuanya untuk menjadi porter walau bebannya tidak seberat orang tuang mereka (dok.pri).
Anak-anak juga dilibatkan orang tuanya untuk menjadi porter walau bebannya tidak seberat orang tuang mereka (dok.pri).
Rinjani tidak pernah tutup, kecuali Gunung Baru jari erupsi, ada korban kecelakaan di gunung, atau cuaca buruk. Hari-hari biasa, Rinjani penuh dengan pendaki. Saat liburan tiba, Rinjani akan penuh sesak dengan pendaki. Saat saya mendaki 1 tahun yang lalu, di gunung tercatat ada sekitar 4.000 pendaki menurut data Taman Nasional Gunung Rinjani.

Mendaki gunung saat ini bukan lagi salah satu tujuan hidup, tetapi sudah menjadi gaya hidup. Naik gunung menjadi trend baru anak muda, agar memiliki eksistensi dalam pergaulan. Semua bisa mendaki, tanpa perlu bersusah payah menggendong ransel yang berat. Cukup ikut paket pendakian, atau datang sendiri mencari porter untuk menemani mendaki.

Porter bak selebritis untuk saat ini, karena selalu ada saja yang mencari untuk membayar jasanya mendaki Rinjani. Porter bukan lagi orang asing, tetapi sudah menjadi bagian pendaki. Bahkan ada juga pendaki yang menEyerahkan semua pendakiannya kepada porter, dari makan, tidur, jalan. Pendaki cukup bawa diri dan uang yang cukup.

Porter tidak sekedar pengangkut beban, tetapi bisa menjadi penunjuk jalan, juru masak. Foto ini saat porter sebagai penunjuk jalan di jalur Torean yang jarang dilewati pendaki (dok.pri).
Porter tidak sekedar pengangkut beban, tetapi bisa menjadi penunjuk jalan, juru masak. Foto ini saat porter sebagai penunjuk jalan di jalur Torean yang jarang dilewati pendaki (dok.pri).
Hari itu, saya terpaksa menginap semalaman di Sembalun Lawang sebelum esok pagi-pagi mendaki Rinjani. Semalam saya mencoba mengubungi beberapa petugas base camp untuk mencari 1 -2 orang porter untuk membawakan ransel-ransel kami. Jawaban yang kami terima, "maaf semua porter sudah naik semua, nanti kalau ada yang turun coba kami carikan" kata pak Matika.

Semalam saya hanya berangan-angan, bagaimana jika tidak mendapatkan porter. Pagi menyingsing dan saya mendapatkan kabar yang baik. Ada 1 orang porter yang baru saja turun gunung, tetapi belum yakin dia mau naik lagi atau tidak. Sekita harapan kami hampir pupus karena tidak kunjung ada jawaban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun