Bonn-Jerman, adalah salah satu kota tempat kelahiran maestro musik nan legendaris yakni Ludwig van Beethoven pada tahun 1770. Kota yang terletak di tepi sungai Rhein pernah menjadi ibu kota Jerman Barat sebelum bersatu pada tahun 1990. Di kota ini juga terdapat sebuah lembabaga kerja sama internasionak dalm bidang lingkungan hidup. Di kotan nan indah ini juga terdapat IUCN-ELC (International Union for Conservation of Natur-Environmental Law Centre) atau Pusat Hukum Lingkungan Perserikatan Antarbangsa untuk Suaka Alam. Dari kota inilah lahir sebuah tantangan bagaimana mengembalikan fungsi lingkungan seperti sedia kala yang dinamakan Bonn Challenge.
Setahun sebelumnya, Bonn Challenge 2016 dilaksanakan di Panama, tetapi tahun ini Indonesia menjadi tuan rumahnya. Sebanyak 28 negara, kementrian lingkungan hidup, dan 10 gubernur Sumatera hadir dalam Bonn Challenge 2015 yang dilaksanakan di Griya Agung-Kantor Bupati Sumatera Selatan Palembang. Pertemuan skala internasional yang membicarakan masalah lingkungan hidup dan pelestariannya untuk mencari solusi dan kerja sama.
Tujuan utama dari Bonn Challenge adalah mengurangi kecepata kerusakan hutan seluas 150 juta hektar hingga tahun 2020, sedangkan 2030 akan mengurangi hingga 350 juta hektar. Dalam kegiatan Bonn Challenge di Sumatera Selatan menunjukan keseriusan Provinsi ini untuk mengurangi laju kerusakan. Tahun 2015 dan 2016, Provinsi Sumatera Selatan mengalami kebaran hebat yang merusak hutan terestrial maupun gambut.
Keseriusan provinsi Sumatera Selatan dibuktikan dengan mengundang peserta Bonn Challenge di Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering  Ilir. Daerah Sepucuk dalah hutan gambut yang mengalami degradasi akibat kebakaran. Untuk mengembalikan keadaan ini dibutuhkan upaya serius akan fungsi dan manfaatnya kembali seperti semula.
Sepucuk menjadi demplot (plot demonstrasi) untuk wilayah gambut yang mengalami degradasi. Peserta Bonn Challenge ditunjukan bagaimana merestorasi lahan gambut yang rusak  lalu bisa dikembalikan menjadi lahan yang juga produktif. Dalam kunjungan ini, sebanyak 100 peserta dari 28 negara diminta untuk menjadi orang tua asuh bagi bibit Jelutung (Dyera lowii) yang akan ditanamnya. Secara berkala petugas dari Balitbang lingkungan hidup dan kehutanan Palembang sebagai pengampu lahan akan memantu dan melaporkan perkembangan anak-anak asuh ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H