Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bonn Challenge, Tantangan untuk Restorasi Lingkungan

12 Mei 2017   11:11 Diperbarui: 12 Mei 2017   17:09 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alek Noerdin selaku Gubernur Sumatera Selatan dalam sambutanya di Bonn Challenge 2017 (dok.pri).

Bonn-Jerman, adalah salah satu kota tempat kelahiran maestro musik nan legendaris yakni Ludwig van Beethoven pada tahun 1770. Kota yang terletak di tepi sungai Rhein pernah menjadi ibu kota Jerman Barat sebelum bersatu pada tahun 1990. Di kota ini juga terdapat sebuah lembabaga kerja sama internasionak dalm bidang lingkungan hidup. Di kotan nan indah ini juga terdapat IUCN-ELC (International Union for Conservation of Natur-Environmental Law Centre) atau Pusat Hukum Lingkungan Perserikatan Antarbangsa untuk Suaka Alam. Dari kota inilah lahir sebuah tantangan bagaimana mengembalikan fungsi lingkungan seperti sedia kala yang dinamakan Bonn Challenge.

Alek Noerdin selaku Gubernur Sumatera Selatan dalam sambutanya di Bonn Challenge 2017 (dok.pri).
Alek Noerdin selaku Gubernur Sumatera Selatan dalam sambutanya di Bonn Challenge 2017 (dok.pri).
Tahun 2015, adalah gelatan pertama Bonn Challenge di kota Bonn-Jerman. Alek Noerdin sebagai Gubernur Sulawesi Selatan hadir dalam pertemuan tersebut. Dalam kesempatan itu dia berujar "bagaimana bisa kegitan Bonn Challenge yang bertujuan untuk merestorasi lingkungan yang terdegradasi dan kritis dilakukan disebuah kota yang indah dan lingkungannya baik. Mengapa tidak dilakukan di tempat yang mengalami kerusakan lingkungan dan membutuhkan penangangan". Dari lontaran tersebut, maka Bonn Challenge 2017 mengambil tempat di Sumatera Selatan.

Setahun sebelumnya, Bonn Challenge 2016 dilaksanakan di Panama, tetapi tahun ini Indonesia menjadi tuan rumahnya. Sebanyak 28 negara, kementrian lingkungan hidup, dan 10 gubernur Sumatera hadir dalam Bonn Challenge 2015 yang dilaksanakan di Griya Agung-Kantor Bupati Sumatera Selatan Palembang. Pertemuan skala internasional yang membicarakan masalah lingkungan hidup dan pelestariannya untuk mencari solusi dan kerja sama.

Konfrensi meja bundar di Griya Agung kantor Gubernur Sumatera Selatan (dok.pri).
Konfrensi meja bundar di Griya Agung kantor Gubernur Sumatera Selatan (dok.pri).
Dari 28 negara yang hadir dikategorikan menjadi 2, yakni negara donor dan negara yang membutuhkan bantuan. Negara-negara pendonor akan memberikan sejumlah dana, tenaga ahli, dan teknologi bagi negara panerima. Negara Eropa seperti Belanda, Jerman, dan Swiss, sedangkan dari Asia ada Jepang, China, dan Korea Selatan adalah negara-negara donor. Indonesia, dan beberapa negara Asia Selatan seperti India, Srilangka, dan Pakistan menjadi penerima bantuan.

Salah seorang peserta sedang menanam jelutung di Sepucuk-Ogan Komering Ilir (dok.pri).
Salah seorang peserta sedang menanam jelutung di Sepucuk-Ogan Komering Ilir (dok.pri).
Salah satu yang menarik adalah program kredit karbon. Beberapa negara industri harus membayar sejumlah dana kepada negara-negara yang masih memiliki hutan. Besarnya dana dihutung kapasitas hutan berdasar luasnya dalam menyerap emisi karbon. Semakin luas wilayah hijaunya, maka akan semakin banyak dana yang diperoleh untuk kegiatan konservasi.

Tujuan utama dari Bonn Challenge adalah mengurangi kecepata kerusakan hutan seluas 150 juta hektar hingga tahun 2020, sedangkan 2030 akan mengurangi hingga 350 juta hektar. Dalam kegiatan Bonn Challenge di Sumatera Selatan menunjukan keseriusan Provinsi ini untuk mengurangi laju kerusakan. Tahun 2015 dan 2016, Provinsi Sumatera Selatan mengalami kebaran hebat yang merusak hutan terestrial maupun gambut.

Keseriusan provinsi Sumatera Selatan dibuktikan dengan mengundang peserta Bonn Challenge di Sepucuk, Kabupaten Ogan Komering  Ilir. Daerah Sepucuk dalah hutan gambut yang mengalami degradasi akibat kebakaran. Untuk mengembalikan keadaan ini dibutuhkan upaya serius akan fungsi dan manfaatnya kembali seperti semula.

Sepucuk menjadi demplot (plot demonstrasi) untuk wilayah gambut yang mengalami degradasi. Peserta Bonn Challenge ditunjukan bagaimana merestorasi lahan gambut yang rusak  lalu bisa dikembalikan menjadi lahan yang juga produktif. Dalam kunjungan ini, sebanyak 100 peserta dari 28 negara diminta untuk menjadi orang tua asuh bagi bibit Jelutung (Dyera lowii) yang akan ditanamnya. Secara berkala petugas dari Balitbang lingkungan hidup dan kehutanan Palembang sebagai pengampu lahan akan memantu dan melaporkan perkembangan anak-anak asuh ini.

Foto bersama dari 28 delegasi negara (dok.pri).
Foto bersama dari 28 delegasi negara (dok.pri).
Bonn Challenge ditutup dengan konfrensi perss yang diwakli gubernur Sumatera Selatan dan wakil presiden dari IUCN. Dalam konfrensi Pers, Alek Noerdin mengungkapkan untuk kedepannya akan ada 9 titik gambut dan 2 hutan gunung yang akan direstorasi. Kegiatan ini juga akan menjadi momentum bagi 10 gubernur di Sumatera dalam rangka restorasi lingkungan. Kedepannya Bonn Challenge akan menantang tentang permasalahan perubahan iklim dunia dalam skala yang lebih luas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun