Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Parade SARA di Salatiga untuk Kampanye Kerukunan Antar Sesama

23 April 2017   13:11 Diperbarui: 24 April 2017   04:00 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Etnis Timor Leste lengkap dengan rumah adatnya (dok.pri).

Apa yang anda pikirkan jika melihat kawasan Indonesia bagian timur. Sebuat saja Papua, yang selalu memiliki ciri khas yang mudah kita kenali. Edo Kondologit mengatakan “hitam kulit, keriting rambut, aku Papua”. 

Secera fisik kita akan dengan mudah melihat orang Papua, tetapi acapkali yang luput dari pandangan saya. Saya terperangan manakala ada rombongan pace dan mace bersholawat dan melantunkan lagu-lagu islami. Papua yang identik dengan mayoritas Kristen, tetiba muncul penganut kaum muslim di universitas Kristen.  Anomali, tetapi itulah yang terjadi.

Etnis dari pulau Sumatra (dok.pri)
Etnis dari pulau Sumatra (dok.pri)
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) selalu identik dengan Salatiga dan merujuk dapak dinamika kebudayaan Nusantara.  Sudah menjadi perhelatan setiap tahun jika UKSW mengadakan festival budaya Nusantara dari Senat Mahasiswanya. Mahasiswa yang multi budaya menjadikan festival ini adalah yang terlengkap, karena benar-benar mewakili budaya yang ada di Indonesia.
Etnis batak lengkap dengan rumah adatnya (dok.pri)
Etnis batak lengkap dengan rumah adatnya (dok.pri)
Mungkin UKSW Salatiga satu-satunya yang selalu menampilkan parade budaya Nusantara yang lengkap dari ujung Nusantara. Hendak melihat budaya Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Timor, hingga Papua, bahkan Timor Leste. 22 April 2017 untuk kesekian kalinya UKSW mengeluarkan salah satu kekayaannya yang selama ini tersimpan di kampus, untuk di arak keliling kota Salatiga.
Etnis Dayak dengan ciri khas burung enggang (dok.pri)
Etnis Dayak dengan ciri khas burung enggang (dok.pri)
Panggil Aku Indonesia” tema yang diangkat dalam Indonesia International Culture Festival/IICF 2017. Jika beberapa waktu, dibeberapa tempat diributkan dengan isu SARA demi kepentingan tertentu, makan SARA yang ada di UKSW digelar blak-blak an untuk ditunjukan kepada masyarakat luas. SARA ditampilkan dengan apik dalam catwalk jalanan di bawah terik matahari yang menyengat siang itu.

Etnis Timor Leste lengkap dengan rumah adatnya (dok.pri).
Etnis Timor Leste lengkap dengan rumah adatnya (dok.pri).
Tidak hanya pakaian adat yang diarak, tetapi beberapa properti seperti rumah adat bahkan music-musik daerah juga ditampilkan. Yang menarik adala dari etnis yang ada di Provinsi Nusa Tengara Timur. Para mahasiswa yang kuliah di UKSW tampil menarik karena mengendarai kuda di jalanan utama Salatiga seolah-olah di padang Savana Sumba. Begitu juga mereka yang berasal dari Toraja dengan rumah adat tongkonan yang diarak keliling kota.

Etnis sumba bak di padang savana, padahal tengah kota Salatiga (dok.pri)
Etnis sumba bak di padang savana, padahal tengah kota Salatiga (dok.pri)
Sebagai lembaga pendidikan yang diidentik dengan Kristen juga terbuka dengan agama lain, bahkan simbol-simbol budaya yang jauh dari ajaran kristiani juga ditampilkan, sebab ini bukan parade agama, seloroh teman saya yang waktu itu ikut motret. Total ada 18 enis yang ditampilkan dan tujuannya adalah untuk mengenalkan etnis-etnis di Nusantara sekaligus mengkampanyekan kerukunan antar sesama malalui budaya.

Entis Papua memainkan rebana sambil bersholawat (dok.pri)
Entis Papua memainkan rebana sambil bersholawat (dok.pri)
Lewat megaphone samar-samar terdengar sholawatan. Iringan mahasiswa Papua dari daerah xxx menampilkan aksi yang menarik dan sama sekali tidak saya bayangkan sebelumnya.

Tidak hanya saya yang terhenyak melihat mereka, sebab Papua identik dengan natal dan paskah. Inilah yang hendak ditunjukan jika Nusantara itu unik, sehingga perbedaan adalah warna-warni yang indah yang tidak perlu dipertentangkan. Sehingga perbedaan SARA ini merujuk “Panggil Aku Indonesia” untuk hidup bersama dengan segala keunikan budayanya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun