Kata beberapa orang, tempat ini begitu istimewa karena satu-satunya di Asia Tenggara dan hanya ada beberapa di dunia. Gumuk Pasir, begitu orang menyebutnya untuk gurun mungil di Selatan Yogyakarta ini. Saya merasa, gurun mungil ini biasa saja, bukan karena fenomena alamnya, tetapi pemanfaatannya. Sepintas yang terlihat hanya gerombolan spinifex yang berlarian seirama arah angin, anak-anak muda yang berswafoto, ada juga calon pengantin yang foto pranikah, namun ada beberapa yang bergelak tawa sambil membawa sebilah papan di tepian barchan, lalu menghilang.
Sepertinya ombat laut selatan tak sanggup menelan pasir-pasir ini, kemudian memuntahkan kembali ke pantai. Oleh angin, pasir inipun diterbangkan ke sisi utara dan menumpuk di sepanjang pantai Parang Tritis, Parang Kusumo, dan Depok hingga mencapai luas 16.664 hektar. Hamparan pasir inilah yang kemudian dinamakan Gumuk Pasir (Sand Dune).
Pola barcan berbentuk bulan sabit dengan lereng yang curam di bagian lengkungan dalamnya. Lereng yang curam inilah yang dipakai untuk seluncur pasir atau sandboarding.
Papan seluncur tidak berbeda jauh dengan yang digunakan di es untuk pijakan kakinya, tetapi di area berpasir harus ditambah pelicin. Para sandboarder di gumuk pasir biasa mengoleskan semacam lilin atau minyak yang biasa untuk melicinkan dan mengilapkan lantai kayu. Tujuan penambahan lapisan ini adalah untuk membuat laju papan luncur lebih cepat tanpa ada hambatan, istilahnya mengurangi gesekan.
Beberapa operator sudah menjajakan jasa persewaan papan seluncurnya. Dengan harga sewa Rp 75.000,00 per papan bisa memainkan sepuasnya. Pemandu lokal siap menemi bahkan mengoleskan pelicin di dasar papan agar lancar saat meluncur. Tidak perlu kawatir, para operator di sini sudah tahu lokasi mana untuk pemula hingga yang ingin mencari sensasi lebih. Olah raga yang murah meriah, dan hanya ada 2 di Indonesia.
Bagaimana dengan yang ada di Yogyakarta, mungkin sampai saat ini hanya masih sebatas eksebisi saja. Sepertinya belum ada atlit profesional atau kejuaraan. Sebenarnya potensi gumuk pasir ini sangat strategis untuk menjadi ajang olah raga yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Di beberapa negara maju dengan bentang alam yang sama, sudah banyak beragam olah raga yang diperkenalkan, bahkan dibuat kejuaraannya.
Sand gliding sepertinya tidak perlu membutuhkan barcan agar bisa meluncur, tetapi cukup tiupan sang bayu dan lahan bebas hambatan. Mungkin suatu saat bisa dikembangkan dan bisa mendatangkan banyak keuntungan. Minimal bentang alam ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Saatnya gumuk pasir tak hanya berbisik, tetapi bisa berisik mempromosikan potensinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H