Teng.. teng.. teng.. bunyi pointer dari baja dipukulkan di tabung selam oleh dive master. Dia kemudian memberi kode dengan telapak tangan saling bertumpuk dan keempat jemarinya bergerak, lalu menunjuk pada sebuah obyek. Penyu. saya langsung menebak dan seketika saya langsung melesat dari kedalaman 6 m menuju 14 m dengan equalizing yang sedikit susah payah. Meno Wall Point, sebuah situs penyelaman terkenal di antara Gili Trawangan dan Meno-Lombok NTB.
Perjalanan menuju Gili Trawangan sangat mudah. Akses peling familiar adalah lewat pelabuhan Bangsal sekitar 10 Km dari kota Mataram. Dari pelabuhan Bangsal, pengunjung dapat langsung membeli tiket seharga Rp 15.000,- dengan berbagai varian warna; hijau, pink, dan kuning. Variasi warna ini untuk menunjukan giliran kapal yang akan membawa Anda menyebrang. Butuh waktu kurang dari 30 menit untuk menyebrang, dan Anda akan langsung dibawa menuju pulau terjauh, terbesar, dan terpadat yakni Gili Trawangan. Masih ada 2 gili lagi yakni Meno dan Air, tetapi Trawangan adalah yang paling familiar.
Jika anda pernah naik pesawat, maka seperti itulah menyelam di lautan. Lantas apa hubungannya naik pesawat dengan menyelam? Pertana, kita akan selalu diingatkan dengan semua prosedur standar penyelaman layaknya pramugari memperagakan memasang sabuk pengaman, hingga memakai pelampung. Yang kedua adalah sama-sama merasakan tekanan, manakala telinga kita terasa sakit dan berkurang pendengarannya, seperti itulah menyelam. Siang yang terik, saat perahu bertuliskan Lombok Diving membawa saya menuju Meno Wall Point. Dive master langsung berubah menjadi pramugari yakni memperagakan peralatan selam beserta teknik-tekniknya, walaupun dia sudah mengetahui kita sudah punya lisensi. SOP tetaplah SOP harus tetap dilakukan meski akan terasa membosankan, karena penerbangan dan penyelaman mengutamakan keselamatan dan kenyamanan.
Setelah semua perlengkapan menyelam terpasang dan semua instruksi disampaikan, maka bersiap untuk masuk ke dalam air. Backroll, sebuah teknik turun ke air dengan cara menjatuhkan bagian punggung/tabung selam dahulu dari bibir perahu. Teknik ini digunakan saat masuk dalam air lewat perahu karena paling aman dan nyaman. Sesaat tubuh terempas di dalam air, langsung bergerak menjauhi dinding perahu untuk menuju titik kumpul dan melakukan buddy checking atau pemeriksaan satu dengan yang lain.
Penyelaman berlanjut menuju kedalam 16 - 18 m yakni di dinding tubir yang diberi nama Meno Wall Point. Dinding vertikal ini berada di Gili Meno, dan bagian dasar yang gelap namun dindingnya penuh dengan terumbu karang dan ikan-ikan yang berlarian kesana kemari. Karang lunak dan keras hampir menutupi seluruh permukaan dinding lengkap dengan penghuninya yakni ikan-ikan karang.
Penyelaman berlanjut pada hamparan karang otak/brain coral. Ikan-ikan kecil nampak bergerombol sepertinya ingin mengajak kami untuk bercanda. Baru kali ini menyelam dikerubuti banyak ikan kecil seperti tenggelam dalam konser dangdut yang penontonnya adalah ikan. Aliran gelombang dari pergerakan ikan begitu terasa saat tubuh ini masuk dalam pusaran gerombolan ikan-ikan ini.
Arloji di tangan saya menunjukan 30 menit penyelaman telah dilakukan. Dive master menanyakan tekanan udara dalam tabung saya. Dua kali jari telunjuk saya acungkan lalu membentuk angka nol, artinya tekanan udara masih 110 bar dari 200 bar. Penyelaman dilanjutkan dan kali ini bermain-main dengan belut laut yang bersembunyi di balik karang acropra. Dia tampak tenang dengan wajah bengis dan gigi yang tidak teratur, namun di balik rupa dia adalah sosok yang bersahabat selama tidak diusik. Ikan buntal tak luput mengganggu kami saat mengaduk-aduk pandangan, sepertinya dia ingin diperhatikan juga. Dasar ikan buntal, saat didekati langsung kabur tidak jelas arahnya ke mana.
Kembali dive master memberi kode untuk menanyakan tekanan tabung. Sesaat saya melihat press gauge pada konsole seolah tidak percaya. Tinggal 40 bar, dan 4 jemari saya tunjukkan lalu membentuk angka nol. Dia tidak percaya dengan kode saya lalu mendekat dan memberi kode angka nol juga. Sesaat kami disuruh tenang lalu menuju kedalam 10 m untuk melakukan safety stop selama 3 menit. Lalu lanjut 3 menit lagi di kedalaman 5 m. Tujuan dari safety stop adalah untuk membuang sisa-sisa nitrogen dalam tubuh agar tidak meracuni saat nanti muncul di permukaan.
Setelah safety stop usai, dive master mengeluarkan sosis yakni pelampung berbentuk panjang berwarna oranya. Tujuan dikeluarkannya sosis ini adalah memberi petunjuk kepada mereka yang di permukaan jika ada penyelam akan naik ke permukaan. Mereka yang melihat sosis mengatur lalu lintas perahu atau sebagai pertanda untuk lokasi penjemputan. Satu tangan mengepal ke atas lalu perlahan kita naik ke permukaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H