Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyelami Belantara Meno Wall

13 Mei 2016   12:00 Diperbarui: 13 Mei 2016   16:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyelam di antara ikan-ikan kecil yang bergerak menggerombol (dok.pri)

Teng.. teng.. teng.. bunyi pointer dari baja dipukulkan di tabung selam oleh dive master. Dia kemudian memberi kode dengan telapak tangan saling bertumpuk dan keempat jemarinya bergerak, lalu menunjuk pada sebuah obyek. Penyu. saya langsung menebak dan seketika saya langsung melesat dari kedalaman 6 m menuju 14 m dengan equalizing yang sedikit susah payah. Meno Wall Point, sebuah situs penyelaman terkenal di antara Gili Trawangan dan Meno-Lombok NTB.

Perjalanan menuju Gili Trawangan sangat mudah. Akses peling familiar adalah lewat pelabuhan Bangsal sekitar 10 Km dari kota Mataram. Dari pelabuhan Bangsal, pengunjung dapat langsung membeli tiket seharga Rp 15.000,- dengan berbagai varian warna; hijau, pink, dan kuning. Variasi warna ini untuk menunjukan giliran kapal yang akan membawa Anda menyebrang. Butuh waktu kurang dari 30 menit untuk menyebrang, dan Anda akan langsung dibawa menuju pulau terjauh, terbesar, dan terpadat yakni Gili Trawangan. Masih ada 2 gili lagi yakni Meno dan Air, tetapi Trawangan adalah yang paling familiar.

Peta penyelaman, Meno Wall dilingkari merah (mata dive).
Peta penyelaman, Meno Wall dilingkari merah (mata dive).
Tujuan pelancong menuju ke-3 gili tidak lain adalah menikmati pesona baharinya. Bisa melihat sunrise, sunset, atau berjemur, jika ingin menikmati pasir putihnya maka itu bisa menjadi pilihan. Berani mencoba menyelam, maka itu adalah surga di sana, atau setidaknya cukup snorkeling atau bermain kayak. Banyak pilihan menikmati tawaran atraksi bahari di Lombok sisi barat ini, sehingga menjadi salah satu tujuan para pelancong saat berkunjung di Nusa Tenggara Barat. Melihat kebun binatang bawah air menjadi impian saya saat berkunjung di Gili Trawangan, yang konon masih terjaga dengan baik.

Jika anda pernah naik pesawat, maka seperti itulah menyelam di lautan. Lantas apa hubungannya naik pesawat dengan menyelam? Pertana, kita akan selalu diingatkan dengan semua prosedur standar penyelaman layaknya pramugari memperagakan memasang sabuk pengaman, hingga memakai pelampung. Yang kedua adalah sama-sama merasakan tekanan, manakala telinga kita terasa sakit dan berkurang pendengarannya, seperti itulah menyelam. Siang yang terik, saat perahu bertuliskan Lombok Diving membawa saya menuju Meno Wall Point. Dive master langsung berubah menjadi pramugari yakni memperagakan peralatan selam beserta teknik-tekniknya, walaupun dia sudah mengetahui kita sudah punya lisensi. SOP tetaplah SOP harus tetap dilakukan meski akan terasa membosankan, karena penerbangan dan penyelaman mengutamakan keselamatan dan kenyamanan.

Setelah semua perlengkapan menyelam terpasang dan semua instruksi disampaikan, maka bersiap untuk masuk ke dalam air. Backroll, sebuah teknik turun ke air dengan cara menjatuhkan bagian punggung/tabung selam dahulu dari bibir perahu. Teknik ini digunakan saat masuk dalam air lewat perahu karena paling aman dan nyaman. Sesaat tubuh terempas di dalam air, langsung bergerak menjauhi dinding perahu untuk menuju titik kumpul dan melakukan buddy checking atau pemeriksaan satu dengan yang lain.

Seekor penyu yang dengan mudah ditemukan di Mena Wall Point (dok.pri).
Seekor penyu yang dengan mudah ditemukan di Mena Wall Point (dok.pri).
Saatnya turun menuju dasar laut. Udara dalam BCD langsung segera dibuang dan perlahan tubuh amblas menuju dalam lautan. Rahang bergerak ke kanan dan kiri sambil sesekali menelan ludah untuk proses equalizing yakni menyamakan tekanan dalam telinga dan air. Dari kedalaman 5 m, kita langsung diarahkan menuju hamparan terumbu karang yang berserakan. Baru menikmati hutan karang, dive master menunjuk sebuah obyek bercangkang. Ternyata seekor penyu sisik sedang memakan bunga karang. Tanpa mengganggu makan siangnya, saya dari dekat berhasil memotret penyu yang kelaparan ini.

Penyelaman berlanjut menuju kedalam 16 - 18 m yakni di dinding tubir yang diberi nama Meno Wall Point. Dinding vertikal ini berada di Gili Meno, dan bagian dasar yang gelap namun dindingnya penuh dengan terumbu karang dan ikan-ikan yang berlarian kesana kemari. Karang lunak dan keras hampir menutupi seluruh permukaan dinding lengkap dengan penghuninya yakni ikan-ikan karang.

Seekor oktopus sedang menyamar di sela-sela terumbu karang (dok.pri).
Seekor oktopus sedang menyamar di sela-sela terumbu karang (dok.pri).
Di sebuah bunga karang, saya takjub dengan keberadaan mahluk berkaki 8. Octopus nampak diam seolah tidak merasa terganggu atau terancam dengan kedatangan kami yang sangat dekat. Biasanya hewan ini sangat sensitif dengan kedatangan mahluk asing yang bernama penyelam dan langsung kabur dengan menyemprotkan tinta hitamnya. Dia tampak tenang sambil bergoyang-goyang di atas bunga karang, dan yang menarik dia sedang mengamuflasekan dirinya. Warna tubuhnya mirip bunglon yakni bisa mimikri atau menyamakan warna dengan lingkungannya.

Penyelaman berlanjut pada hamparan karang otak/brain coral. Ikan-ikan kecil nampak bergerombol sepertinya ingin mengajak kami untuk bercanda. Baru kali ini menyelam dikerubuti banyak ikan kecil seperti tenggelam dalam konser dangdut yang penontonnya adalah ikan. Aliran gelombang dari pergerakan ikan begitu terasa saat tubuh ini masuk dalam pusaran gerombolan ikan-ikan ini.

Arloji di tangan saya menunjukan 30 menit penyelaman telah dilakukan. Dive master menanyakan tekanan udara dalam tabung saya. Dua kali jari telunjuk saya acungkan lalu membentuk angka nol, artinya tekanan udara masih 110 bar dari 200 bar. Penyelaman dilanjutkan dan kali ini bermain-main dengan belut laut yang bersembunyi di balik karang acropra. Dia tampak tenang dengan wajah bengis dan gigi yang tidak teratur, namun di balik rupa dia adalah sosok yang bersahabat selama tidak diusik. Ikan buntal tak luput mengganggu kami saat mengaduk-aduk pandangan, sepertinya dia ingin diperhatikan juga. Dasar ikan buntal, saat didekati langsung kabur tidak jelas arahnya ke mana.

Kembali dive master memberi kode untuk menanyakan tekanan tabung. Sesaat saya melihat press gauge pada konsole seolah tidak percaya. Tinggal 40 bar, dan 4 jemari saya tunjukkan lalu membentuk angka nol. Dia tidak percaya dengan kode saya lalu mendekat dan memberi kode angka nol juga. Sesaat kami disuruh tenang lalu menuju kedalam 10 m untuk melakukan safety stop selama 3 menit. Lalu lanjut 3 menit lagi di kedalaman 5 m. Tujuan dari safety stop adalah untuk membuang sisa-sisa nitrogen dalam tubuh agar tidak meracuni saat nanti muncul di permukaan.

Setelah safety stop usai, dive master mengeluarkan sosis yakni pelampung berbentuk panjang berwarna oranya. Tujuan dikeluarkannya sosis ini adalah memberi petunjuk kepada mereka yang di permukaan jika ada penyelam akan naik ke permukaan. Mereka yang melihat sosis mengatur lalu lintas perahu atau sebagai pertanda untuk lokasi penjemputan. Satu tangan mengepal ke atas lalu perlahan kita naik ke permukaan.

Penyelam di balik karang acropora (dok.pri).
Penyelam di balik karang acropora (dok.pri).
Sesaat sampai di atas kepal, Dian buddy saya menyelam 'ngecap'. Sebuah istilah hidungnya mimisan atau pembuluh di saluaran pernafasan pecah. Kejadian ini disebabkan karena pengaruh tekanan dalam air. Untuk kisah udara terpakai 160 bar selama 45 menit, padahal biasanya hanya 70-90 bar saya hanya mengatakan pada dive master, "Mungkin saya lelah," sembari dia membubuhkan tanda tangan logbook selam saya. Meno Wall terimakasih, kebun bintangmu sangat lengkap, walau hanya berkunjung 40 menit sudah lebih dari cukup bagi saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun