Sunset Karimunjawa (Dok. Pri)
Perlahan sang surya turun tahta menuju peraduan setelah sehari memancarkan sinarnya yang terik. Para pelancong teriak histeris manakala detik-detik terbenamnya matahari di balik Pulau Burung dan Gleang. Sebuah momen yang menjadi pesta sesaat sore itu di dermaga barat Pulau Karimunjawa-Jepara. Usai golden sunset, pesta di dermaga usai kemudian menikmati dunia malam di pulau yang namanya berarti samar-samar dari Jawa (krimun-krimun seka jawa).
Pukul 4.00 sesaat badan ini berada dinyenyaknya tidur, tetiba Mas Boni membangunkan saya. Instruktur selam ini segera meminta untuk segera persiapan karena harus segera menuju lokasi penyelaman. Rasa kantuk yang berat, tetiba harus segera tersadar. Paling malas adalah saat harus mengenakan pakaian selam yang masih basah. Dari home stay Firzah kami dan rombongan harus secapatnya menuju dermaga untuk berlayar menuju Pulau Menjangan Besar.
Bulan purnama masih menampakkan sinarnya, sedangkan di ufuk timur sang surya yang kemarin turun tahta sudah beranjak dari kaki langit. Gradasi malam menuju pagi sebuah pemandangan yang elok manakana mesin sopek/kapal kecil sudah meraung-raung membelah ombak Laut Jawa. Sembari mengarungi lautan kami menyambi mempersiapkan dan menyiapkan alat selam masing-masing pribadi. Memastikan BCD (Bouyancy Control Device) sudah melekat pada tabung, dan selang regulator sudah terpasang. Tekanan udara dipastikan menunjuk angka 200-an bar, dan semua instrumen berfungsi dengan baik.
Matahari belum juga menampakan dirinya, namun sopek sudah semakin melambat dan artinya lokasi sudah dekat. Tanpa basa-basi ada instruksi, "Silahkan giant step atau back roll." Seketika itu kami berhamburan terjun ke air walau kadang giant step tanpa menggendong tabung. Perlu waktu sesaat untuk tubuh aklimatisasi dengan air laut. Mata sedikit perih, sesaat tubuh menggigil berusaha menambah panas tubuh dan perlahan wet suit sudah melekat baik di tubuh.
Tanda jempol sudah menghadap ke bawah dan benar saja, usai berdoa langsung menuju dasar laut. Gelap dan sedikit remang-remang menghiasi kayuhan demi kayuhan finn menuju permukaan karang. Pulau Menjangan besar bagian dasar lautnya sangat menarik karena berbentuk lereng yang curam dengan terumbu karang tertanam di sisi-sisinya. Berkali-kali mencoba equalizing, yakni menyamakan tetakan dalam tubuh dengan tekanan dalam air. Kali ini tubuh mendapat tekanan sekitar 2-3ATM manakala konsol kedalaman menunjuk angka 20 m.
Surga bawah air Karimunjawa kami arungi pagi ini. Fauna laut sepertinya baru bangkit mengggeliat sesaat pantulan sinar matahari terlihat dari permukaan. Warna-warni terumbu karang yang indah yang tidak saya dapatkan di daratan untuk warna sekomplek ini. Ingin rasanya berlama-lama di dasar laut, namun sayang bukan keluarga neptunus manaka kala Anda jempol menunjuk ke atas. di kedalaman 10 m dan 5 m kami harus berhenti sesaat untuk membuang sisa-sisa nitrogen dalam tubuh. Safety stop ini berlangsung 3 - 5 menit lalu perlahan baru mengayuh ke permukaan sambil meniupkan sosis ukuran raksasa.
Penyelaman ke-2, 3, dan 4 seperti tak ada habis-habisnya. Selama 2 hari di Karimunjawa benar-benar menikmati surga bawah air yang tidak semua pelancong bisa menikmati. Saat paspor menuju dunia bawah air sudah di tangan, saatnya menikmati surganya para penyelam. Lantas apa yang bisa dinikmati mereka yang belum berkesempatan memiliki paspor bawah air? Pesta lautan jawabannya.
Di Karimunjawa tidak berbeda jauh dengan kampung-kampung nelayan pada umumnya. Pada siang hari terasa sepi karena semua pergi melaut atau beristirahat, tetapi menjelang petang mulai nampak geliat masyarakat. Bertempat di alun-alun dekat dermaga barat inilah saat malam tiba keramaian itu muncul, yakni pasar malam.
Pasar malam menjadi waktu yang tepat karena pada waktu itulah tidak banyak aktivitas di laut. Para pelancong sudah kembali di darat dan para penduduk juga sudah di rumah. Alun-alun menjadi randevous manakala penjual dan pembeli akan saling bertemu. Aneka souvenir khas Karimunjawa dijajakan seperti pernak-pernik dari material hewan laut. Yang khas dari Karimunjawa adalah kayu stigi, dewadaru, dan kalimasada. 3 jenis kayu ini menjadi kombinasi yang apik karena dipercaya mendatangkan kebaikan dan menolak hal-hal yang buruk. Komposisi seni kriya dari 3 jenis kayu berupa; tasbih, tongkat, dan pernak-pernik perhiasan.
Aneh datang ke Karimunjawa sonder menikmati kuliner lautnya. Aneke jenis seafood dijajakan di sini. Pelancong bisa membeli mentah untuk dibawa pulang atau makan di tempat. Pilihan ikan bakar atau goreng hanyalah selera, selanjutnya tinggal dinikmati saja. Ikan-ikan segar yang dijajakan menjadi andalan warga Karimunjawa untuk menjaring rejeki dari pelancong, dan pembeli dijamin akan mendapatkan kepuasan. Akhirnya saya juga bingung, bagusnya Karimunjawa itu menyelam atau makanan, keduanya nikmat.
Video:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H