Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Warna-warni Tenun Nusantara

14 Maret 2016   11:47 Diperbarui: 14 Maret 2016   12:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seorang nenek di desa wisata Sade sedang mempraktikan bagaimana proses pembuatan kapas dari benang (dok.pri)."][/caption]Segumpal kapas dipilin menjadi sehelai benang lalu ditumpuk satu sama lain hingga menjadi selembar kain. 3 - 4 bulan bukan waktu yang pendek untuk menyelesaikan selembar tenunan bermotif. Ketekunan, ketelatenan, kesabaran, daya imajinasi dan konsistensi adalah lembaran-lembaran benang penyusun kain tenun. Beruntung, saya berkesempatan melihat segumpal kapas hingga menjadi selembar kain di Nusa Tenggara Barat.

Daratan Sumatera terkenal dengan ulos, di Jawa khususnya Jepara ada kain troso,di Timor dengan tais, hingga Papau dengan rajutan nokennya. Budaya memanfaatkan serat tumbuhan menjadi seni kriya dari pakaian hingga perlengkapan penunjang kebutuhan. Hasil buah tangan yang terampil dengan motif yang sederhana, hingga yang rumit dengan penuh makna. Ada yang hanya polos rupanya, ada juga dengan penuh dengan warna-warni alam. Inilah warisan budaya nenek moyang berupa lembaran-lembaran kain, yang tiap jengkal Nusantara memilik penciri masing-masing.

[caption caption="Penenun di desa Sade Lombok sedang menyelesaikan sebuah selendang (dok.pri)."]

[/caption]Pagi ini saya di ajak mengunjungi desa Sade di Pulau Lombok. Desa yang masih dipertahankan adat dari nenek moyangnya ini menjadi salah satu tujuan pelancong yang menyambangi pulau Lombok. Rumah-rumah beratap jerami masih tetap kokoh berdiri di balik perkembangan modernisasi. Prilaku menjaga kebersihan rumah kadang susah dipami karena mereka mengepel lantai dengan kotoran sapi. Lebih aneh lagi manakala seorang lelaki meminang pujaan hati yakni dengan cara menculik gadis pujaannya di malam hari. Suku Sasak di Lombok dengan segala budaya dan keramahannya menyambut mereka yang terheran-heran seperi terkena gegar budaya, termasuk saya.

Tambatan mata saya tertuju pada seorang nenek yang sedang memintal kapas-kapas menjadi berhelai-helai benang. Kapas dipilin lalu ditarik ujungnya dengan ditautkan dan dibelitkan pada roda yang berputar. Pilinan di atur agar memiliki ukuran besar yang sama hingga menjadi gulungan-gulungan benang. Ada yang berkisah, usai benang-benang ini dipintal lalu diberi warna. Pewarna alami yang biasa di pakai antara lain Ketepeng, Jambu biji, Jati, Tom (indigofera), Kepel, Pacar air, Alpukat, Urang Aring, Manggis, Kedelai, Kara Benguk, Sabut kelapa, Getah Gambir, Bunga Sari kuning Biji Alpukat, Bixa Orelana, Kacang merah, Makutodewo dan lain sebagainya. Usai di warnai benang akan dilakukan penghanian yakni mengikatkan benang-benang pada alat tenun, seperti yang saya lihat saat berkunjung di Desa Kertasari-Taliwang di pulau Sumbawa.

[caption caption="Cetakan untuk motif tenun troso Jepara-Jawa Tengah (dok.pri)."]

[/caption]Yang menarik dari pembuatan selembar kain tradisional adalah proses menenun. Sebelum menenun, akan ditentukan motifnya terlebih dahulu. Di sinilah harga sebuah kain tenun akan ditentukan. Semakin rumit, sulit, dan bagusnya makna dari motof kain maka akan semakin malah harganya, selain kualitas kain dan tingkat kerapihan pembuatan. Di Jepara ada sentra industri kain tenun Troso. Motif tenun troso sebelumnya sudah ditentukan lalu dicetak pada cetakan dan dengan alat tenun akan secara otomatis tercetak dengan sindirinya. Lain kisah saat berkunjung di pulau Timor-NTT, mama-mama penenun kain tais/kain timor dalam membuat motif sepenuhnya mengandalkan imajinasi dan hitungan dalam membuat motif. Inilah ke khasan masing-masing motif kain tenun di nusantara.

[caption caption="Melungsing benang, yakni menata benang secara berjajar dalam lungsing/alat tenun (dok.pri)."]

[/caption]Di Kertasari pulau Sumbawa membuat kain tenun saat ini hanya dilakukan oleh ibu-ibu saja. Generasi muda sepertinya sudah enggan menenun. Di bawah rumah panggung yakni hunian khas orang Selayar dari Makasar kaun ibu sedang sibuk menyelesaikan selembar kain sarung. Mereka ada yang, memintal, melunsin, dan menenun demi menghasilkan selembar kain bermotif khas orang pesisir. Di desa Sade, yang menenun tidak lagi kaum ibu tetapi gadi-gadis juga ikut terlibat. Di Sade kain tenun tak lagi menjadi pemenuh kebutuhan sandang, tetapi menjadi komoditi wisata. Kain tenun berupa selendang, slayer, jarik, dengan motof-motif yang menarik bahkan ada yang bertulisankan "lombok, desa sade" sebagai penciri asal kain tenunnya.

[caption caption="Penjual kain timor/tain di pasar SoE Nusa Tenggara Timor (dok.pri)."]

[/caption]Helaian-helaian benang warna-warni, kiji tak lagi memikat lungsin tetapi sudah membelit leher para pelancong untuk dijadikan buah tangan. Ada teman saya yang kini mengoleksi kain-kain tenun Nusantara, dan hebatnya dia selalu menitip pada saya. Dalam benak saya hanya bisa bersenandika, suatu saat kain tenun itu akan berkali-kali lipat harganya dan menjadi sebuah investasi nilai seni. Nusantara, pulau-pulaumu bak helaian warna-warni benang yang di tenun menjadi selembar kain utuh yang bernama Indonesia.

 

Video ada di SINI

https://www.youtube.com/watch?v=e5v2EDjGVjs

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun