Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayam Taliwang yang Bukan dari Taliwang

2 Maret 2016   17:52 Diperbarui: 3 Maret 2016   01:04 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ayam taliwang khas cakranegara Lombok (dok.pri)."][/caption]Saya jengkel bercampur malu manakala melontarkan sebuah hipotesa yang salah dan ngawur lagi, padahal menurut saya ada benang merahnya. Siang itu saya di pinggir pantai Kertasari, di selatan Pulau Sumbawa. "Pasti kuliner disini yang terkenal adalah ayam taliwang?" tanya saya, yang saya dapat ternyata sate keong dan urap rumput luat. 

"Tidak ada hubungannya ayam taliwang dengan kecamatan Taliwang - Kertasari, ayam taliwang adanya di Mataram-Lombok sana" sergah teman saya yang orang aseli Lombok. Sial benar nasib saya saat mengunjungi Kecamatan Taliwang di Kabupaten Sumbawa Barat tetapi tidak menemukan ayam taliwang.

Sejarah menceritakan, jaman dahulu telah terjadi perang di pulau Lombok. Kerajaan Selaparang diserang oleh kerajaan Karangasem-Bali. Perang yang banyak mengorbankan harta benda dan nyawa, akhirnya mendatangkan Kerajaan Taliwang sebagai penengah atau juru damai. Orang-orang taliwang bertugas untuk menyelesaikan konflik dari perang ini. Pemuka agama dari Taliwang memberikan nasihat, sedangkan juru masak menyediakan makanan bagi kedua kubu yang sementara sedang gencatan senjata.

Salah satu menu masakan orang Taliwang adalah ayam panggang dengan bumbu-bumbu khasnya, seperti; bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan terasi. Memang pada waktu itu, ayam adalah makanan yang istimewa bagi kalangan prajurit, terlebih rakyat jelata. Akhirnya perut pun kenyang, lantas apalagi yang menjadi rebutan jika mulut ini tak lagi merasa lapar. Mungkin urusan perut menjadi salah satu percikan api peperangan.

Waktu berlalu, orang Taliwang yang tinggal di Karang Taliwang mulai membaur dengan masyarakat suku sasak. Untuk selera makan, orang Taliwang memang mengerti apa yang diminati, sehinga saat orang-orang sasak menginginkan citarasa pedas makan dibuatlah ayam pelalah yang pedas rasanya. Dari sinilah orang dikenal dengan masakan ayam taliwang.

Malam itu saya diajak ibu Ida untuk mencari makan malam bersama teman-teman. Mengunjungi sebuah kota, sangat sayang jika tidak mencicipi makanan khasnya. Kebetulan saya tidak lagi di kecamatan Taliwang di Sumbawa, tetapi sedang di pulau Lombok yang dulu dijadikan ajang perang Kerajaan Selaparang versus Karangasem. Tidak jauh dari tempat saya menginap ada sebuah rumah makan ayam taliwang yang terkenal.

Malam minggu, daerah[caption caption="Suasana rumah makan ayam taliwang di Cakranegara lombok (dok.pri)."]

[/caption] Cakranegara di Mataram-Lombok, Nusa Tenggara Barat nampak lengang padahal waktu baru pukul 20.00 Wita. Di sebuah rumah makan yang bernama Kania yang berlabel rumah makan taliwang masih nampak ramai. Lahan di samping rumah makan yang dibangun mirip gazebo, saung, atau orang Sumbawa menyebutnya berugak nampak penuh sesak dengan tetamu. Mungkin bu Ida yang sudah pesan tempat duluan, maka kami mendapat jatah sebuah berugak yang cukup luas.

Tak lama berselang, pramusaji sudah siap dengan catatan menu lalu hilir mudik menghampiri kami yang lebih dari 10 orang dengan perut keroncongan. Akhirnya semua sepakat memesan ayam taliwang, dan tidak lengkap tanpa plecing kangkung dan beberuk terong. Tak butuh waktu lama pramusaji untuk menyiapkan daftar pesanan kami.Yang pasti saat pesananan datang, semua sudah bersiap dengan ponsel-ponselnya untuk melakukan aktivitas foodporn.

Selagi mereka asyik dengan ponselnya, saya minta ijin untuk mengulik balik layar dapur Kania. Waktu sudah hampir menunjukan pukul 20.30Wita masih ada beberapa ember ayam yang belum terjual. Seorang juru masak mengatakan "ini pasti habis, bisa saja kurang" katanya demikian. Tidak terbayangkan betapa terkenalnya makanan ini.

[caption caption="Ayam taliwang yang usai diungkep/kukus dan siap untuk dipanggang (dok.pri)."]

[/caption]Dalam sehari dapur Kania bisa memanggang ayam kampung usia muda sebanya 200-300 ekor, akan lebih saat akhir pekan atau liburan. Akhirnya tiba juga waktunya melampiaskan kekesalahan akan hipotesa yang meleset. Ayam panggang yang empuk karana sudah dikukus/ungkep dengan bumbu lalu dipanggang dan ditambah dengan bumbu ayam taliwang. Plecing kangkung dan beberuk terong menjadi tambahan yang sempurna, dan ditutup dengan teh panas yang nikmat. Akhirnya saya sadar ayam taliwang bukan dari kecamatan Taliwang, bukan juga dari Karang Taliwang, tapi dari dapur di jalan Cakranegara tempat ayam taliwang yang terkenal di Lombok.

[caption caption="Ayam taliwang yang siap disajikan (dok,pri)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun