Sampailah kami di Martapura sebagai pusatnya perhiasan. Saat bu Agatha membawa sesuatu kami hanya bisa melongo dan saya berkata "dasar ibu-ibu". Dia sudah menggengam beberapa biji batu permata dan aksesoris gelang dari kayu gaharu. Padahal waktu itu kami baru sampai dan usai makan, lah bunda sudah belanja pernak-pernik, memang dasar ibu-ibu dan kembali pada kodratnya sebagai seorang wanita.
Saya merasa beruntung menjadi bagian dari DRE. 3 Hari kami merasakan menjadi keluarga petualang bersama rekan-rekan seperjalanan. Risers 4 di dalam kabin kami, merasa inilah keluarga baru kami. Ada seorang ibu dengan 2 orang anak ketemu baru dan seorang bapak yang siap menjadi sopir cadangan. Mungkin hanya grup kami yang bisa merasakan ini, melihat kegigihan seorang ibu-ibu menyetir mobil dari Kalimantan Timur menuju Kalimantan Selatan dengan jalan yang kadang tidak karuan bentuknya. Sekali lagi yang masih saya ingat saat ada oprasi dari Satlantas, hanya ibu Agatha yang tidak menunjukan surat-surat kendaraan dan cukup berbincang dengan polisi maka loloslah kami, padahal kami tidak tahu dimana surat-surata kendaraan. Itulah ibu-ibu, siapa berani melawan maka ingatlah ibumu.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H