Saya hanya bisa pasrah saja menerima apa yang ada didepan mata. Berjajar seafood yang dimasak dengan kuah berwana merah. Sesaat nasi sudah dipiring, bang Dale orang Bugis yang tinggal di Berau teriak lantang “bang minta sambalnya, ayo mas makan itu tidak pedas sama sekali”. Kontan langsung saya cicipi semua yang ada di meja makan, dan benar saja yang pedas hanya sambal, Sejak saat itu, langsung jatuh cinta dengan makanan Kalimantan Timur.
[caption caption="Ayam bakarnya juga berwarna merah untuk bagian luarnya, menambah selera makan saat mengunjungi Kalimantan (dok.pri)."]
Hari kedua di Balikpapan, saatnya Datsun Risers Expedition menuju Tanjung Tabalong. DI tengah-tengah perjalanan kami mampir di sebuah rumah makan gaya melayu. “jangan-jangan menunya pedas semua” pikir saya. Kembali bang Dale teriak “maak sambalnya mana”, ternyata tidak pedas. “Masini payau, makanan khas sini dan tidak pedas, ayo habiskan” katanya memberi semangat saya agar lahap dalam memakan.
[caption caption="Puyai atau payau, makanan khas Kaltim dari daging rusa (dok.pri)."]
Payau/puyau, bisa diartikan dengan rusa. Hewan bertanduk ini dapat dengan mudah ditemukan di hutan-hutan Kalimantan. Keberadaannya yang semakin terancam, makan hewan ini masuk dalam daftar perlindungan oleh pemerintah. Untuk mengobati rasa kanget terhadap makanan khas Kalimantan Timur, maka dipesanlah payau. Potongan daging dalam kuah manis, mirip semur mungkin, semoga saya salah karena tidak mengerti tentang kuliner.
[caption caption="Kaki rusa, daging hewan ini dijajakan dipasar-pasar Kalimantan (dok.pri)"]
"mas ini bukan daging sapi, tapi daging rusa" kata Bang Dale meyakinkan. Saya sejenak berpikir, bahwa saya sedang makan hewan yang dilindungi. Saya teringat saat mengunjungi pasar Nangabulik di Lamandau-Kalimantan Tengah. Di pasar ini dijajakan daging-daging rusa yang disetorkan oleh pemburu liar. Sesaat saya penasaran dimana kepala dari rusa tersebut, para penjual mengatakan "kepalanya jatah buat pemburu, mereka hanya menjual dagingnya saja". Memang alam Kalimantan menyediakan makanan yang kadang tidak lazim dimakan. Saat saya kecil sempat tinggal di Kalimantan Tengah sering kali memancing di Sungai. Beraneka macam ikan saya dapatkan, dan setelah besar saya baru tahu jika salah satu ikan yang biasa saya pancing dan goreng adalah arwana yang harganya selangit itu.
video ada di sini https://www.youtube.com/watch?v=hHwRgA7kAw0
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H