Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ada Asa di Cempaka untuk Batu Berharga Martapura

29 Januari 2016   13:39 Diperbarui: 30 Januari 2016   00:07 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pendulang intan di Cempaka - Martapura sedang mengamati bebatuan dan mencari mana yang berharga. Intan adalah buruan pertama (dok.pri)."][/caption]Chrysoberyl, chrysocolla, chrysoprase, hematite, jasper, kunszite, lapis lazuli, malachite, obsidian, olivine atau peridot, pyrite, tanzanite, tourmaline, dan zircon adalah jenis-jenis batu mulia. Hanya orang geologi yang menggeluti batu yang paham, sedangkan saya cukup menjadi penikmat saja. Datsun Risers Expedition etape ke-2 Kalimantan mengajak saya mengunjungi tambang intan di Martapura, Kalimantan Selatan.

Martapura, ibu kota dari kabupaten Banjar adalah kota kecil yang terkenal namanya. Buku Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap yang saya baca saat di bangku SD selalu menyebut nama Martapura jika mencari tambang intan. Bener saja, berjarak 7 km dari Martapura saya diajak menuju kecamatan Cempaka. Perjalanan sekitar 20-30 menit untuk sampai di lokasi penambangan intan.

[caption caption="Datsun go+ panca yang kami tumpangi mampu melewati genangan-genangan air. jalan yang biasa dilewati kendaraan berat membuat kami bersyukur tidak ada lubang di genangan atau kami harus ikut berkubang (dok.pri)."]

[/caption]

Jalan tanah dan berpasir dengan kubungan di beberapa tempat menjadi indikator jika sudah sampai di lokasi. Datsun go+ panca yang kami tumpangi dipaksa melewati jalan yang biasa dilewati truk-truk. Cukup berdebar-debar juga saat roda mungil ini melewati kubangan, ternyata hanya air yang tergenang dan tidal ada lubang. Bisa dibayangkan jika ada lubang, bisa berkubang semua kita. Kanan kiri sepanjang mata memandang yang ada hanyalah kolam-kolam raksasa dengan air berwarna kuning kecokelatan. Kolam-kolam raksasa ini adalah tempat pendulangan. Ada beberapa titik kolam yang masing-masing adalah daerah kekuasaan penambang-penambang yang beroprasi di sini.

Suara mesin-mesin terdengar saling bersahutan. Mesin-mesin ini bertugas menyemprot batuan hingga bercampur dengan air, kemudian menyedotnya. Batuan yang tersedot bersama dengan air kemudian dilakukang penyaringan secara bertingkat. salin penyaringan kemudian dituang dalam sebuah kubangan. Di kubangan inilah penambang bekerja untuk mencari batu dan logam mulia.

Dengan sebuah piranti mirip dengan wajan raksana mereka mendulang batu, pasir, tanah yang bercampur dengan air. Awalnya mereka mengambul endapan didasar kubangan lalu mengayaknya hingga air keluar lewat wajan besar tersebut. Mata mereka begitu jeli mengamati tiap batuan, pasir, kerikil, kericak hingga remahan-remahan lembut. Sekilas saya melihat sepertinya semua sama, tepi dimata para pendulang mereka bisa mengidentifikasi mana yang berharga mana yang tidak.

[caption caption="Ladang penduiangan yang menjadi kolam-kolam raksasa (dok.pri)."]

[/caption]

Senyum dan rona bahagia menyambangi mereka manakala ada batu mulia yang mereka temukan. Jika tidak ada satu pun batu mulia yang tersaring, senyum kecut mereka tahan dengan kembali mengaduk dasar kubangan untuk terus mencari peruntungan. Dalam benak penambang, mungkin berangkat dengan pas-pasan, pulang bisa jadi jutawan, atau pulang dengan hampa. Cempaka menyimpan batu dan logam mulia, salah satu harta terpendam di Martupa tempat mendulang asa.

 

Video ada di SINI https://www.youtube.com/watch?v=hHwRgA7kAw0

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun