Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jatuh Hati Jelajahi Pulau Timor

2 Desember 2015   14:54 Diperbarui: 2 Desember 2015   20:00 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Langit Timor kala senja (dok.pri)"][/caption]"Mas, itu ke arah Pika berlawanan dengan arah tujuan mas" Kata seorang ibu yang berkebaya tais saat saya bertanya arah jalan. Sial memang hari itu. Gegara pertigaan jalan ada yang berjualan pakaian dalam mobil pikap dan menutup jalan. saya berbelok arah yang salah. "Nanti setelah 3 bukit, dan 2 sungai mas lurus saja terus lalu belok kanan" kata ibu membetulkan arah perjalan saya, seiring melirik garis bensin yang menipis di dasboard sepeda motor, sebuah kenangan di Pulau Timor.

[caption caption="Kolbanoi. salah satu pantai terindah di Pulau Timor (dok.pri)."]

[/caption]Pagi buta saat semua masih terlelap. Kuda besi dengan pelan saya tuntun keluar garasi. Hanya gonggongan anjing kampung yang menjadi pertanda aktivitas saya pagi itu. Pulau timor masih gelap gulita, walau di sisi timur mulai temaram terang. Motor yang dirancang untuk medan offroad ini pelan-pelan saya panasi sebelum nanti saya ajak lari pagi. Agak susah memang menyalakan motor yang semalaman meringkuk kedinginan disalut angin selatan yang beku.

[caption caption="Kuda besi yang selalu menemani menjelajahi Timor (dok.pri)."]

[/caption]Pulau Timor pagi saya jelajahi. Kuda besi berlari lincah meliak-liuk ditanah putih berbatu, sedangkan sisi kanan kiri adalah savana dan pohon ampupu (Eucalyptus urophylla) yang khas tanah Timor. Udara yang dingin tak menghalangi menjelajahi kabupaten Timor Tengah Selatan yang beribukota di Soe. Soe adalah salah satu kota terdingin di Pulua Timor yang memiliki ketinggan 900an m dpl.

[caption caption="Sapa ramah penduduk Timor dengan rumah bulat dan kotaknya (dok.pri)."]

[/caption]Hal yang paling menyenangkan adalah menjelajah daerah-daerah yang jarang orang jamah. GPS selalu menjadi penuntun yang sabar walau kadang-kadang menjengkelkan saat tidak mendapat sinyal dari satelit atau baterey habis. Penduduklah yang menjadi petunjuk yang sangat ramah, tetapi kadang membuat hati kecil. "ah dekat mas, hanya lewat beberapa bukit, nanti setelah jembatan ke-4 belok kanan lurus dan rumah terakhir, itu sudah" saat ditanya dimana rumah Kepalad Desa. jawaban yang ringan, namun sangat berat untuk melangkahkan kaki.

Sembari melibas jalanan berbabatu, anak-anak yang masih berseragam merah putih berjalan bergerombol beradu dengan debu dan waktu. Mereka meretas masa depan dengan cara yang keras. Mungkin jika mereka di Ibu Kota, bakal masuk siara televisi karena kisah dan kegigihannya bersekolah, namun disini adalah hal yang lumrah. Saya yakin, semangat mereka akan membuat pak menteri pendidikan akan tersenyum bangga.

[caption caption="ray of Light di OEhala, salah satu air terjun di Pulau Timor (dok.pri)."]

[/caption]Pulau Timor benar-benar membuat jatuh hati untuk menikmati jengkal demi jengkal. Menjelang siang, matahari begitu teriknya seolah tak memberikan kesempatan awan untuk menjadi tabir surya namun hanya numpang lewat saja. Kembali kuda besi sudah merengek meminta minyak. Menembus perkampungan berharap ada yang menjual bensin eceran. Di ujung desa tepat usai tanjakan curam, katanya ada yang jual itupun jika tidak kehabisan. Kali ini saya beruntung, tangki kuda besi terisi penuh bonus satu botol air mineral berisi bensin buat cadangan. Baru kali ini mengendarai sepeda motor sambil menggendong sebotol bensin dalam tas.

[caption caption="Langit Timor yang benar-benar indah, nampak sang surya menghiasi cakrawala (dok.pri)."]

[/caption]Sore menjelang, saat langit semakin sayu. Sang bayu mulai meniupkan nafas dari australia. Alhasil udara dingin mulai menyeruak. Inilah khanya pulau Timor. Saat siang begitu panas, begitu malam jangan tanya sebaiknya jangan kemana-mana. Kilo 12 begitu orang menyebutnya. Sebuah bukit dengan panorama indah. Di ujung barat dari puncak bukit ini terlihan Gunung Molo dan Mutis yang merupakan puncak tertinggi di Pulau Timor.

Temaran sang surya mulai lemah cahaya dan berganti dengan gemintang yang kerlap-kerlip menghias langit malam. Sekarang langit berhiaskan lengan galaksi bima sakti dengan komunitas konsetelasi. Savana yang luas beralaskan rumput yang mulai menguning adalah ranjang raksasa yang empuk untuk sesaat merabahkan badan. Mata nana menatap kaki cakrawala hingga zenith tak ada penghalang awan. Langit begitu bersih, tak salah jika isunya observatrium mau pindah di sini. Bintang terlihat sangat indah, komet-komet berseliweran tidak memikir akan saling bersenggolan, cahaya-cahaya semu kerlap-kerlip dari jarak jutaan tahun cahaya.

[caption caption="Menikmati indahnya malam (dok.pri)."]

[/caption]Tubuh yang lelah ini pun terlelap. Balutan kantung tidur akan menjadi selimut yang hangat hingga fajar tiba, atau gemeletuk gigi yang terdengar gegara kedinginan. Tuhan telah melewatkan satu malam dari malam-malam yang lain di keesokan harinya. Yang pasti malam pertama di pulau timor terlewati. Sekilas saya melihat kalender saku "masih 3 minggu lagi".

Video Bisa di lihat di sini Youtube: Awesome Timor

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun