Begitu turun dari kendaraan, mata dan kepala saya seolah tak percaya. Saya seperti terjebak dalam kotak pandora yang di dalamnya ada laut mati yang tak terhubung dengan samudra. Jajaran pasir putih yang mengkilat, pohon kelapa yang meliuk-liuk indah, dan ombak yang gemulai menari menuju pantai. Saya seperti sedang bermimpi ada laut yang tidak asin, dan menjadi salah satu yang terindah di dunia. Saya sedang ada di pantai, namun saya sadar sekarang berada di ketinggian 657 meter dari permukaan laut dan di tengah-tengan pulau Sulawesi. Benar, saya sedang menikmati pasir putih dan ombak mungil Danau Poso.
Ikan-ikan kecil penghuni Danau Poso berlarian kesana-kemari untuk mencari tempat persembunyian saat saya sedang mengejarnya. Menurut informasi ada beberapa jenis ikan di danau ini, seperti; nila, mujair, ikan mas, Sogili dan Bungu. Yang paling terkenal adalah ikan sogili. Ikan ini mirip dengan belut dan biasa banyak yang menyebut dengan ikan sidat. Saat ini ikan sogili semakin susah didapat karena campur tangan manusia semakin besar.
Ikan sogili memiliki sifat terbalik seperti salmon. Saat hendak berkembang biak ikan ini akan bertelur menuju muara. Jika sogili sudah dewasa akan kembali lagi ke danau. Banyak rintangan yang menghambat Sogili untuk menuju muara. Di dekat jembatan Pamona penduduk setempat sudah menghadang dengan bubu raksasa yang siap menjebak induk Sogili yang hendak bermigrasi. Sungai poso yang menjadi outlet danau juga dijadikan PLTA Sulewana dan menjadi perintang Sogili menuju muara. Sogili dewasa juga kesulitan kembali ke danau karena harus menghadapi rintangan yang sama seperti apa yang induknya dulu hadapi. Mungkin suatu saat nanti Sogili akan mengikuti kepunahan seperti nasib ikan Bungu yang endemik Danau Poso.
Sembari menikmati keindahan laut air tawar di tengah Sulawesi, tidak lengkap jika tidak mendengar kearifan lokalnya. Cerita tentang terjadinya danau oleh Manurung dalam kisah Ue Bailolo dan Lalung mengajarkan bagaimana hidup secara sederhana dan selaras dengan alam. Kisah mitos lain yang diyakini oleh penduduk setempat adalah silo ndano atau lampu danau. Konon pada malam-malam tertentu di danau sering ada penampakan cahaya seperti pada lampu petromax.
Cahaya yang muncul di permukaan danau diyakini sebagai mahkota naga yang sedang menampakan diri di permukaan. Jika muncul cahaya misterius ini bertanda nelayan yang sedang mencari ikan harus segera kembali karena akan bernasib sial atau tidak mendapat hasil tangkapan. Pelajaran moralnya adalah begaimana membatasi ekploitasi sumber daya danau agar tidak berlebihan. Hingga saat ini mitos silo ndano masih diyakini oleh penduduk setempat yang menjadi kearifan lokal penjaga kelestarian danau.
Siuri menjadi bukti betapa danau poso layak diperhitungkan menjadi salah satu destinasi wisata di Tentena bahkan Indonesia. Saya bisa mengatakan ini adalah danau yang benar-benar seperti laut, bahkan laut berair tawar. Ikan bungu boleh sudah punah, tetapi Sogili harus tetap lestari, dan kelestarian danau poso harus tetap maroso (kuat). Saat ini tak hanya sang naga saja yang menjaga danau poso dengan silo ndano, tetapi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H