Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kisah Para Tabib Muda di Karimunjawa

23 Mei 2015   11:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:41 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_419532" align="aligncenter" width="540" caption="Senja di Karimunjawa, sebuah momen yang banyak diburu orang untuk mengabadikan keindahan, tetapi gerombolan anak muda ini justru mencari mahluk-mahluk tak kasat mata (dok.pri)."][/caption]

"ini hebatnya penyelam kolor, tidak ribet, tinggal pasang alat selam dan langsung masuk saja..." kata teman saya pada Cogan, salah seorang penyelam yang hanya mengenakan celana kolor saat yang lain mengenakan skin dive. Walau hanya celana kolor, tapi tidak diragukan kepiawaiannya dalam menggeliat di antara terumbu-terumbu karang dengan gelembung-gelembung udara yang kecil dan lembut yang menandakan kondisi psikisnya yang tidak panik. 2 hari kami menyelam di perairan Karimunjawa bak tabib yang sedang mencari obat mujarap.

Setelah satu minggu tertunda dan menunggu ketidak pastian akhirnya kami berangkat menyebrang dari pelabuhan Pantai Kartini, Jepara-Jawa Tengah menuju ke Karimunjawa. Dalam beberapa minggu terakhir ini kondisi laut jawa sedang bergelombang tinggi, sehingga kapal cepat dan ferry yang menyebrang ke Karimunjawa menunda pelayarannya. Beruntung kami setelah satu minggu kapal beroprasi seperti biasanya.

[caption id="attachment_419534" align="aligncenter" width="540" caption="Anak-anak muda yang telah memilih jalan hidupnya sebagai peneliti. Mereka sedang mengamati lokasi untuk mengambil sampel untuk diteliti (dok.pri)."]

1432356471552230742
1432356471552230742
[/caption]

Sebuah kesempatan langka bisa bergabung dengan peneliti dari Undip-Kelautan untuk mengeplorasi potensi sumber daya laut di Karimunjawa untuk mencari sumber mikroorganisme/bakteri. Peneliti yang retata adalah mahasiswa sedang menjalankan risetnya untuk mencari bakteri yang berasosiasi dengan terumbu karang yang nantinya akan dijadikan sebagai penghasil antibiotik, anti kanker, anti oksidan, dan penghasil pewarna alami. Itulah misi yang dipegang oleh anak-anak muda ini mengarungi laut jawa selama 2 jam sebelum nanti akan menginap layaknya suku Bajo, yakni di lautan selama 3 hari.

Potret anak-anak muda yang memiliki dedikasi akan dunia penelitian yang menurut saya sangat jarang dijumpail. Sangat jarang dijumpai sosok-sosok mereka yang begitu total akan dunia riset. Saat anak-anak muda seusia mereka sedang menikmati dunia mainstream, mereka berani berbelok arus untuk mencari jati dirinya sebagai peneliti. Mereka tak memegang tongsis dan bergerombol sambil mengobrol dengan gawai di tangan masing-masing, tetapi justru bahu membahu satu sama lain. Mereka hanyalah anak-anak muda yang ingin berekpresi dengan cara mereka sendiri.

4 buah kotak besar kami angkut menuju kapal Bahari Express yang akan menyebrangkan kami ke Karimunjawa. Kotak-kotak berisi peralatan sampling beserta dengan alat dan bahan analisa mikroorganisme. Bisa dikatakan rombongan ini akan membuat laboratorium mikrobiologi darurat di atas perairan karimunjawa. AKhirnya kapal meninggalkan tanah jawa san bersiap 2 jam terombang-ambing ombak yang cukup lumayan besar. Kepala sedikit pusing, dimana semua tim hampir seluruhnya tertidur untuk menghindari mabuk laut.

2 jam berlalu, dan berlabuh di Karimunjawa. Sudah ke-6 kalinya saya menginjkan kaki di pulau mungil yang terletak 60mil laut dari Jepara ini. 7 tahun lalu dengan misi studi ilmiah saya mengulik daratan Karimunjawa, kini berpindah ke lautan. Sesaat kami baru menginjakan kaki, mobil jemputan sudah datang dan kami harus segera berpindah ke dermaga barat. Sesampai di dermaga, sebuah perahu yang akan mengantarkan kami menuju wisma apung sudah menungu dan bergegas kami memindahkan barang-barang bawaan ke lambung kapal. Tak berapa lama, kapal sudah angkat sauh untuk menuju hotel tempat kami menginap, benar hotel di atas lautan.

Baru saja sampai tempat penginapan dan kaki belum tegak berdiri, kami harus mengisi perut yang setengah hari belum terisi. Jadwal kami hari ini adalah akan sampling di perairan pulau menjangan kecil dari jam 13.00-17.00. 4 jam kami akan berada di dalam lautan mencari-cari mahluk tak kasat mata. Setelah peralatan sampling dan menyelam sudah siap, kembali kami masuk dalam kapal dan siap untuk berburu obat-obatan di dasar lautan.

[caption id="attachment_419535" align="aligncenter" width="540" caption="Perairan Karimunjawa dipilih karema memliki keragaman terumbu karang yang melimpah, selain mudah aksesnya. Nampak terumbu karang yang bagian permukaannya biasa dilewati kapal-kapal wisata (dok.pri)."]

14323565731337793609
14323565731337793609
[/caption]

Cogan, sebutan untuk salah satu teman kami yang akan pertama kali menyelam bersama 2 rekan. Cowok Ganteng, kami menyebutnya untuk raut muka yang polos dan kadang tanpa ekspresi, tetapi begitu melihat dasar lautan gairahnya langsung membuncah memecah lautan jernih hingga seolah terbelah oleh gelembung-gelembung udaranya. Perlahan kami menyelam dengan kedalaman bertahap. Inilah penyelaman yang menyenangkan, karena mencari sesuatu yang orang lain tidak cari.

Sebuah kantong dari jaring dan plastik bening menjadi tempat beberapa contoh terumbu karang. Kami hanya mengambil seukuran tak lebih dari 1 cm, dan masing-masing spesies terumbu karang hanya 1 sampel saja. Untuk urusan spesies apa saja, maka ahli kelautan seperti sedang berbelanja di supermarket. Jika kita melihat deretan deterjen itu sama dalam rak deterjen, tetapi mereka bisa menyebut merk-merk deterjen, aroma deterjen berikut ukuran kemasannya, begitu juga dengan hamparan terumbu karang. Mata saya melihat semuanya sama, tetapi dimata Cogan dan kawan-kawan semuanya berbeda.

[caption id="attachment_419536" align="aligncenter" width="540" caption="Menyelam sambil berpasangan. Selain untuk keselamatan. mereka saling bahu membahu dengan tugasnya mendokumentasi dan mengambil sampel (dok.pri)."]

14323566711837373858
14323566711837373858
[/caption]

Puluhan sampel sudah ditangan, dan saatnya kembali ke permukaan. Di atas kapal sudah ada tim sendiri yang siap mengeksekusi sampel dalam wadah-wadah terpisah lalu memasukan dalam kotak isolasi. Sampel-sampel ini begitu diperlakukan istimewa, karena miliki potensi yang luar biasa suatu saat nanti. Mungkin saja satu sampel ini akan banyak menolong orang yang menderita kanker atau infeksi, tetapi perjalanan masih sangat jauh untuk sampai di sana.

Perlahan-lahan kapal kembali berlayar manakala sang surya sudah semakin tenggelam ke ufuk barat. Suasana yang sentimentil saat melihat terbenamnya matahari ini dari atas lautan dengan gelombang yang tak begitu besar. Tali tambatan kapal sudah terikat dan kembali kami masuk dalam penginapan setelah memandikan peralatan selam, sampling dan fotografi dengan air tawar.

[caption id="attachment_419538" align="aligncenter" width="540" caption="Saat malam banyak para pelancong tertidur lelap, berbeda dengan anak-anak muda ini. Malam tiba mereka bermetamorfosa menjadi mahluk nokturnal. Sampel-sampel yang mereka perolah tadi siang, malam itu mereka kucilkan untuk mengkonservasi mikroorganisme agar tetap bertahan hidup sampai di laboratorium (dok.pri)."]

143235685933148191
143235685933148191
[/caption]

Malam pun datang dan badan ini begitu lelah untuk  beranjak dari kasur empuk wisma apung. Mata yang masih berat kami paksa untuk tetap melihat, sebab malam ini kami harus segera memindahkan sampel-sampel bakteri dalam tabung reaksi agar tetap terkonservasi. Rasa lelah dan kantuk adalah godaan terberat untuk menyelesaikan misi malam ini saat melihat ratusan botol sampel. Kami bekerja harus cermat dan aseptis, sebab yang kami hadapi adalah mahluk-mahluk tak kasat mata yang belum tahu siapa mereka. Bisa saja mereka mahluk yang bersahabat, bisa saja mereka adalah mahluk yang jahat. Sampel terakhir sudah di tutup dan selebihnya mata kami ikut tertutup untuk menyelam dalam larut malam dan mengusir rasa lelah di badan.

Video ada di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun