[caption id="attachment_419532" align="aligncenter" width="540" caption="Senja di Karimunjawa, sebuah momen yang banyak diburu orang untuk mengabadikan keindahan, tetapi gerombolan anak muda ini justru mencari mahluk-mahluk tak kasat mata (dok.pri)."][/caption]
"ini hebatnya penyelam kolor, tidak ribet, tinggal pasang alat selam dan langsung masuk saja..." kata teman saya pada Cogan, salah seorang penyelam yang hanya mengenakan celana kolor saat yang lain mengenakan skin dive. Walau hanya celana kolor, tapi tidak diragukan kepiawaiannya dalam menggeliat di antara terumbu-terumbu karang dengan gelembung-gelembung udara yang kecil dan lembut yang menandakan kondisi psikisnya yang tidak panik. 2 hari kami menyelam di perairan Karimunjawa bak tabib yang sedang mencari obat mujarap.
Setelah satu minggu tertunda dan menunggu ketidak pastian akhirnya kami berangkat menyebrang dari pelabuhan Pantai Kartini, Jepara-Jawa Tengah menuju ke Karimunjawa. Dalam beberapa minggu terakhir ini kondisi laut jawa sedang bergelombang tinggi, sehingga kapal cepat dan ferry yang menyebrang ke Karimunjawa menunda pelayarannya. Beruntung kami setelah satu minggu kapal beroprasi seperti biasanya.
[caption id="attachment_419534" align="aligncenter" width="540" caption="Anak-anak muda yang telah memilih jalan hidupnya sebagai peneliti. Mereka sedang mengamati lokasi untuk mengambil sampel untuk diteliti (dok.pri)."]
Sebuah kesempatan langka bisa bergabung dengan peneliti dari Undip-Kelautan untuk mengeplorasi potensi sumber daya laut di Karimunjawa untuk mencari sumber mikroorganisme/bakteri. Peneliti yang retata adalah mahasiswa sedang menjalankan risetnya untuk mencari bakteri yang berasosiasi dengan terumbu karang yang nantinya akan dijadikan sebagai penghasil antibiotik, anti kanker, anti oksidan, dan penghasil pewarna alami. Itulah misi yang dipegang oleh anak-anak muda ini mengarungi laut jawa selama 2 jam sebelum nanti akan menginap layaknya suku Bajo, yakni di lautan selama 3 hari.
Potret anak-anak muda yang memiliki dedikasi akan dunia penelitian yang menurut saya sangat jarang dijumpail. Sangat jarang dijumpai sosok-sosok mereka yang begitu total akan dunia riset. Saat anak-anak muda seusia mereka sedang menikmati dunia mainstream, mereka berani berbelok arus untuk mencari jati dirinya sebagai peneliti. Mereka tak memegang tongsis dan bergerombol sambil mengobrol dengan gawai di tangan masing-masing, tetapi justru bahu membahu satu sama lain. Mereka hanyalah anak-anak muda yang ingin berekpresi dengan cara mereka sendiri.
4 buah kotak besar kami angkut menuju kapal Bahari Express yang akan menyebrangkan kami ke Karimunjawa. Kotak-kotak berisi peralatan sampling beserta dengan alat dan bahan analisa mikroorganisme. Bisa dikatakan rombongan ini akan membuat laboratorium mikrobiologi darurat di atas perairan karimunjawa. AKhirnya kapal meninggalkan tanah jawa san bersiap 2 jam terombang-ambing ombak yang cukup lumayan besar. Kepala sedikit pusing, dimana semua tim hampir seluruhnya tertidur untuk menghindari mabuk laut.
2 jam berlalu, dan berlabuh di Karimunjawa. Sudah ke-6 kalinya saya menginjkan kaki di pulau mungil yang terletak 60mil laut dari Jepara ini. 7 tahun lalu dengan misi studi ilmiah saya mengulik daratan Karimunjawa, kini berpindah ke lautan. Sesaat kami baru menginjakan kaki, mobil jemputan sudah datang dan kami harus segera berpindah ke dermaga barat. Sesampai di dermaga, sebuah perahu yang akan mengantarkan kami menuju wisma apung sudah menungu dan bergegas kami memindahkan barang-barang bawaan ke lambung kapal. Tak berapa lama, kapal sudah angkat sauh untuk menuju hotel tempat kami menginap, benar hotel di atas lautan.
Baru saja sampai tempat penginapan dan kaki belum tegak berdiri, kami harus mengisi perut yang setengah hari belum terisi. Jadwal kami hari ini adalah akan sampling di perairan pulau menjangan kecil dari jam 13.00-17.00. 4 jam kami akan berada di dalam lautan mencari-cari mahluk tak kasat mata. Setelah peralatan sampling dan menyelam sudah siap, kembali kami masuk dalam kapal dan siap untuk berburu obat-obatan di dasar lautan.
[caption id="attachment_419535" align="aligncenter" width="540" caption="Perairan Karimunjawa dipilih karema memliki keragaman terumbu karang yang melimpah, selain mudah aksesnya. Nampak terumbu karang yang bagian permukaannya biasa dilewati kapal-kapal wisata (dok.pri)."]
Cogan, sebutan untuk salah satu teman kami yang akan pertama kali menyelam bersama 2 rekan. Cowok Ganteng, kami menyebutnya untuk raut muka yang polos dan kadang tanpa ekspresi, tetapi begitu melihat dasar lautan gairahnya langsung membuncah memecah lautan jernih hingga seolah terbelah oleh gelembung-gelembung udaranya. Perlahan kami menyelam dengan kedalaman bertahap. Inilah penyelaman yang menyenangkan, karena mencari sesuatu yang orang lain tidak cari.