Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Selamatkan Sungai, Maka Selamatlah Air, Manusia, dan Bumi

23 April 2015   09:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Outlet dari limbah tekstil nampak berwarna kuning dan berbau belerang (dok.pri).

Berawal dari belakang pabrik tekstil kami mencoba melihat kondis perairan sungai dari hulu hingga hilir (dok.pri). Sekitar 70% tubuh manusia terdiri dari air. 3/4 permukaan bumi ditutupi oleh air. Rasio manusia dan bumi yang tidak berdeda jauh tentang kandungan airnya, sehingga mengapa begitu penting air untuk manusia dan bumi. Pertanyaan sekarang, seberapa besar rasa peduli manusia terhadap air..? Saya teringat saat sedang mengambil master di bidang biologi lingkungan. Dosen saya waktu itu menyuruh saya dan teman-teman untuk menyusuri luaran pabrik tekstil mengeluarkan air limbah hingga sampai muara laut. Dari Salatiga, kab. Semarang, Kab. Grobogan, dan berakghir di laut utara jawa di Kab. Demak. Saya berpikir, ini adalah tugas yang tidak masuk akal, tetapi demi mendapatkan nilai maka mau tidak mau harus dikerjakan. Selang beberapa waktu manakala perjelanan panjang telah usai, kini saya dan kawan-kawan baru tersadar betapa berharganya air. [caption id="attachment_2655" align="alignnone" width="640" caption="Outlet dari limbah tekstil nampak berwarna kuning dan berbau belerang (dok.pri)."]

[/caption] Air kuning pekat berbau belerang mengucur deras dari luar limbah tekstil. Dengan cekatan teman-teman yang sudah terbiasa dilapangan segera mengambil sampel air dan mencari biota-biota yang hidup disekitar buangan limbah. Kami berjalan menyusuri aliran sungai untuk melihat dan mencatat apa saja yang terjadi. Setiap ada pertemuan sungai, kami berhenti untuk mencatat faktor fisiki, kimia dan biologis. Di salah satu bendungan, malah kami sempat dihadang seseorang yang mengaku penjaga bendungan sambil mengacung-acungkan sabit tajamnya. Entah sudah berapa kilo jalan yang kami lalau sepanjang sungai, sebab GPS hanya berkedip-kedip kehilangan sinyal. Saya berpikir ini adalah studi terberat yang pernah saya alami. Alhasil 3 dari teman saya jatuh sakit, ada yang kena thypus dan diare, jika gatal-gatal sudah pasti. Hasil mencengangkan kami dapat, yang kadang menjadi kontroversi dari beberapa pihak. Saya menyaksikan fenomena yang kadang tidak saya bayangkan sebelumnya. Sepanjang aliran sungai, banyak belik atau kamar mandi di tepi sungai. Penduduk setempat memanfaatkan aliran sungai sebagai tempat mandi, cuci, dan kakus. Bisa dibayangkan berapa banyak kamar mandi dan wc jika dari hulu hingga hilir. Mungkin yang paling kenyang menerima akumulasinya adalah mereka yang tinggal di grobogan dan demak karena menjadi pelabuhan terakhir dari aliran sungai. [caption id="attachment_2656" align="alignnone" width="640" caption="Setiap ada pertemuan aliran sungai kami mengambil sampel air dan mencatat biota yang ada (dok.pri)."]
Setiap ada pertemuan aliran sungai kami mengambil sampel air dan mencatat biota yang ada (dok.pri).
Setiap ada pertemuan aliran sungai kami mengambil sampel air dan mencatat biota yang ada (dok.pri).
[/caption] Sungai yang awalnya bersih, seharusnya sampai di muara laut juga bersih, itu idealnya, tetapi faktanya berkata lain. Sungai menjadi tempat sampah raksasa dan paling panjang. Sampah organik, an orhanik, bahkan limbah B3 juga ikut masuk dalam sungai. Banyak yang berpikir, jika sudah masuk sungai maka masalah akan berakhir. Benar jawaban tersebut, maksudnya berakhir bagi yang membuang sampah atau limbah, tetapi menjadi awal malapetaka bagi mereka yang menerima dan lingkungan. Saat ini sungai-sungai di jawa khususnya yang melewati perkotaan, pemukiman dan industri statusnya sudah gawat darurat. Konon dulu ciliwung adalah sungai terindah di Jawa karena sumber ikan yang melimpah, namun saat pemukiman bertambah dan industri ikut meramaikannya, kini Ciliwung menjadi sungai beracun. Entah harus mulai dari mana untuk menyelamatkan sungai-sungai yang sudah terlanjur tercemar ini. [caption id="attachment_2657" align="alignnone" width="640" caption="Dengan sepeda, kami menyisir aliran sunga untuk mencatat beberapa parameter sebagai bahan penelitian kami (dok.pri)."]
Dengan sepeda, kami menyisir aliran sunga untuk mencatat beberapa parameter sebagai bahan penelitian kami (dok.pri).
Dengan sepeda, kami menyisir aliran sunga untuk mencatat beberapa parameter sebagai bahan penelitian kami (dok.pri).
[/caption] Intinya, saat ini harus bisa memutus mata rantai anggapan dan tindakan bahwa semua masalah akan selesai di sungai. Generasi muda harus disadarkan sejak dini, sebab generasi inilah yang kelak menjadi tumbal dari sungai yang sudah tercemar. Peraturan ketat pemerintah terhadap industri yang kurang ramah terhadap lingkungan harus benar-benar tegas, begitu juga dengan tindakan warga yang kadang tidak bertanggung jawab. Sungai bukan lagi tempat penyelesaian masalah, tetapi bisa menjadi sumber masalah jika kita membuat salah padanya. Dengan menyelamatkan sungai, maka 70% bagian dari tubuh kita juga akan selamat begitu juga dengan 3/4 bagian permukaan bumi. Selamatkan air, maka selamat juga umat manusia dan bumi beserta isinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun